11

9.9K 741 41
                                    

Rasa sakit tubuh mudah untuk di atasi. Karena memang semua tampak nyata dapat dilihat. Bagaimana dengan rasa takut yang semakin lama semakin membelenggu. Semakin bertambah hari semakin banyak hal yang terus terjadi.

Bagi seorang Park Jimin. Namja manis yang selalu terlihat ceria, setidaknya itu pandangan semua orang. Rasa takut itu tentu saja terlalu menyiksa dirinya. Jika itu hanya menyangkut dirinya saja tentu bukan masalah untuknya setidaknya semua orang tetaplah bisa bahagia. Itu hanya dari sudut pandangnya saja.

"Jimin-ah makanlah!" Yoongi kembali menyodorkan bubur yang dibuatnya tadi. Sesampainya ke dorm dari rumah sakit.

Jimin masih terdiam. Pandangannya kosong pikirannya tentu tak berada dimana matanya menatap.

Baru beberapa menit Yoongi membuat bubur. Jimin memanfaatkan kesendiriannya untuk kembali melamun. Nyatanya atensi Jimin salah saat beranggapan Yoongi tak akan kembali secepat itu.

Yoongi menggerakkan kelima jarinya ke depan wajah Jimin. Hal itu sukses membuat Jimin tersentak.

"Hyung...."

"Apa yang kau pikirkan? Jungkook? Taehyung? Atau sesuatu yang kau SEMBUNYIKAN?" Yoongi sengaja mengeraskan bagian akhir pada pertanyaannya.

"Tentu saja aku memikirkan mereka berdua hyung." Jawab Jimin tanpa gugup jika dilihat sepintas.

Yoongi mengenal Jimin bukan sehari dua hari, hingga tak menyadari respon Jimin. Jimin itu aktor hebat yang salah melakukan perannya. Bukan karena ia tak pandai. Hanya dia salah melakukan kegiatannya pada orang yang tentu saja tak akan tertipu.

Yoongi mungkin terlihat cuek dan sedikit dingin jika dilihat dari luar. Tapi jika dikenal lebih jauh ia sosok yang begitu peduli. Lihat saja siapa yang menduga seharian Yoongi merawat Jimin tanpa bantuan siapapun.

"Park Jimin!! aku benar-benar lelah saat ini jadi cepatlah makan. Aku akan ke kamarku." Yoongi berlalu melewati pintu. Yoongi tak akan munafik, dia benar-benar lelah seharian dengan segala masalah ditambah Jimin yang tak jujur padanya. Membuatnya merasa begitu gagal menjadi kakak yang baik bagi dongsaengnya.

Sepeninggalan Yoongi, Jimin benar-benar tak bisa mengontrol perasaannya lagi. Dia menangis dengan menahan isakan yang mungkin saja akan terdengar dari luar. Begitu seterusnya hingga ia tertidur bahkan tanpa menyentuh bubur yang dibuat Yoongi.

***

Seokjin membuka pintu dorm sedikit pelan. Tubuhnya lelah, seharian ini begitu banyak yang terjadi. Hoseok yang berada tepat dibelakangnya pun tak jauh berbeda.

Rencana awal ingin berlibur harus terganti dengan peristiwa yang membuat mereka lelah hati dan pikiran mereka.

Seakan dunia memang tak mengizinkan mereka untuk menikmati setidaknya sehari saja. Tapi setidaknya, mereka tetap bersama hingga saat itu.

"Aigoo aku lupa Jimin dan Yoongi juga sudah pulangkan? Dimana mereka kenapa aku tak melihat mereka." Seokjin menatap sekeliling.

"Mungkin saja mereka di kamar sedang beristirahat hyung."

"Kau benar. Aku akan mandi dan memasak sebentar untuk kita kau pergilah tengok Jimin. Pastikan dia baik baik saja." Hoseok mengangguk. Seokjin berjalan menuju kamarnya.

Hoseok berjalan ke dapur sekedar mengambil air putih untuk memuaskan dahaganya.

Setelah tenggorokannya terasa basah kembali Hoseok berlalu menuju kamar.

Hal pertama yang di lihat Hoseok saat memasuki kamar yang sedikit remang adalah semangkuk bubur yang belum tersentuh sama sekali oleh penghuni kamar tersebut.

Love Yourself, Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang