18

9.5K 705 60
                                    

Angin malam menerbangkan surai hitam milik Jimin kala dirinya keluar dari ruang rawatnya tanpa sepengetahuan Yoongi. Ya, sejak terbangun hanya ada Yoongi yang terlelap dengan tampang lelah yang begitu terlihat.

Benar saja pukul empat pagi udara begitu menusuk. Meski Seoul sedang musim panas sekalipun. Beruntung Yoongi meninggalkan sweeter biru di sofa dekat Yoongi tidur.

Lorong-lorong terasa sedikit mistis di malam menjelang pagi ini. Tidak sebenarnya, hanya saja ilusi manusia terkadang terlalu berlebihan. Jimin sendiri pernah melakukannya. Bukan pernah lagi sebenarnya. Jimin'kan memang sering berhalusinasi tentang hal itu. Itulah sebabnya ia tak pernah ingin sendiri. Biar saja ia dikatakan namja penakut toh nyatanya memang demikian.

Jimin mengusir pemikiran itu saat ini. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya jadi lupakan hantu sejenak. Jimin melangkah bergegas seolah dikejar seseorang.

Taman rumah sakit nampak lebih sepi dari lorong. Tak terlalu gelap terdapat beberapa lampu penerang disana. Sebuah kursi menarik perhatian Jimin. Jimin melangkah menuju kursi tersebut.

"Akh.." Mukanya meringis kala menginjak rumput yang berembun menimbulkan sensasi dingin melebihi dinginnya lantai marmer rumah sakit. Dia bahkan tak memakai alas kaki saat ini. Pantaskah ini disebut kabur?

Mengabaikan dingin sejenak, Jimin melangkah kembali menuju kursi taman kemudian mendudukkan badannya ke kursi tersebut. Sepertinya ia harus mengakuinya bahwa dirinya telah melakukan kesalahan besar dengan keluar dari kamar rawat. Mengabaikan dinginnya rumput, ia berhadapan dengan dinginnya kursi besi taman.

Jimin menaikkan kakinya dan tangan kirinya mendekap kaki, sedikit sulit berhubung tangannya terhubung jarum infus.

Netranya terpaku entah pada apa. Bukan karena objek taman yang tak menarik. Hanya saja dirinya yang tak ada minat untuk berfikir indahnya taman.

Ia begitu menyesali apa yang dia lakukan pada Namjoon. Air matanya mengalir. Harusnya ia tak melepaskan tangan Namjoon. Harusnya ia lebih cepat menemukan Namjoon. Harusnya tangannya kuat hanya sekedar menahan Namjoon. Harusnya ia tak seceroboh itu hingga Namjoon terluka. Harusnya ia bisa melindungi semua member.

Pikiran buruk menguasai otaknya hingga membuat kepalanya terasa berputar hebat. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Tangannya ia gunakan menarik rambutnya agar rasa sakit itu berkurang. Namun bukan berkurang, bahunya justru kembali terasa sakit saat tangan kanannya terangkat.

Dia kembali berbuat bodoh saat itu. Air matanya menderas. Jimin mencoba meraup oksigen rakus. Mencoba menenangkan pikirannya dengan harapan rasa sakitnya akan berkurang. Tangannya ia turunkan perlahan. Kemudian mencoba menarik nafas kembali dan menghembuskan pelan dan melakukannya berulang hingga dia merasa sedikit rileks.

Sedikit demi sedikit kepalanya membaik hanya bahunya masih mengeluarkan darah kembali. Jimin menyentuh bahu kanannya.

"Darah lagi?"

***

Semilir angin pagi tak juga membuat seorang namja menggerakkan tubuhnya sekalipun. Bahkan ketika jendela pintu terbuka akibat udara itu. Tubuhnya sudah menggigil sejak semalam. Kantung matanya menghitam akibat si pemilik tak juga memejamkan matanya sejak tiba di ruang kamarnya.

Seokjin. Namja itu masih setia dengan lamunannya sejak beberapa jam terakhir usai air matanya tak lagi mengalir. Sesekali menghembus nafas lelah.

Setelah memastikan dongsaengnya tertidur lelap malam tadi. Ia berdiam dikamarnya, tak ada niat sedikitpun menutup mata.

Ia tak bisa mengalihkan pemikirannya sekalipun.
Taehyung menceritakan kejadian yang terjadi pada Namjoon sore kemarin.

Hoseok membuka pintu dorm pelan kemudian mengawali masuk dorm. Jin, Jungkook, Taehyung dibelakangnya dengan langkah lesu. Mereka bertujuh tapi semalam ini dorm hanya diisi mereka berempat.

Love Yourself, Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang