23

8.8K 734 45
                                    

Keheningan merayap menjadi bukti berubahnya kehangatan beberapa minggu terakhir. Kursi, meja dan barang elektronik lainnya masih sama masih diam ditempatnya bahkan ac ruangan masih ditempatnya dan berfungsi dengan baik.

Terasa menyesakkan ketika semua hal yang biasa dilakukan nyatanya menjadi kenangan semata. Bukannya tanpa niat memperbaiki hanya saja mungkin waktu dan keadaan tak bisa berpihak pada ketujuh namja yang tergabung dalam boyband yang sedang naik daun tersebut.

Bahkan kehadiran mereka pun tak lagi seperti dahulu yang selalu bersama-sama dalam susah dan senang. Bagaimana mau bersama jika salah satu atau mungkin dua tak ada disana.

Taehyung memejamkan matanya sejak beberapa menit lalu. Berkat Yoongi yang dengan tenangnya memapah tubuh Taehyung yang tak berdaya di ruang berlatih dancenya.
Keempat namja disana terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

Seokjin beranjak meninggalkan kamar Taehyung. Mungkin menyelesaikan pekerjaan memasaknya akan sedikit membuatnya tenang. Meski nantipun tak ada yang menyantapnya.

Hoseok berniat menghabiskan waktunya di Hope Word. Menulis beberapa lirik yang mewakili perasaannya mungkin akan membuatnya lebih lega.

Yoongi menerawang beberapa hal. Memikirkan kelanjutan Bangtan Sonyeondan. Kim Namjoon, namja satu tahun lebih muda darinya yang nyatanya memiliki kedewasaan melebihi dirinya. Kim Seokjin, yang paling tua dari semuanya namun nyatanya dapat mengimbangi semuanya. Jeon Jungkook yang termuda dengan lainnya yang mewarisi masing masing karakter para member. Kim Taehyung, namja tampan dengan segala keanehan yang melekat pada dirinya. Jung Hoseok si periang yang selalu mencairkan suasana. Park Jimin-

"Astaga!" Yoongi menyambar hodienya dan berlari keluar. Yoongi melupakan Jimin dan meninggalkannya hampir dua jam ini. Dan sekarang waktunya makan malamnya. Yoongi tak bisa menjamin anak itu sudah makan dan meminum obatnya.

Jungkook menatap kepergian Yoongi dengan raut lelah. Lagi-lagi dirinya ditinggal sendiri. Apa semua benar-benar tak ada yang tau perasaannya?

Jungkook adalah bukti kekacauan saat ini. Dia begitu hafal rasanya selalu ditinggal. Bagaimana hyungnya meninggalkannya satu-persatu. Tanpa sadar Jungkook menjadi korban dari sikap masing -masing. Meski begitu dia harus tetap diam dia cukup sadar untuk mencampuri perasaan masing-masing. Mengurus perasannya sendiri saja ia kesusahan setidaknya itu yang dia pikirkan.

"Aku tak tau apa salahku hingga kalian selalu membuatku menjadi bukti segala kekacauan ini." Jungkook merunduk perasaan tak tenang dari awal kekacauan ini terbukti sudah.

Memikirkannya membuat kepalanya pening dan tentu saja lelah. Jungkook menyandarkan kepalanya di sofa dan mungkin saja beberapa saat kemudian tubuhnya mengizinkan dirinya untuk terlelap dan melupakan segalanya sejenak. Dan berharap lupa selamanya mungkin.

***

Yoongi membuka pintu ruang rawat kasar membuat dua orang didalm terlonjak. Jimin yang telah bergelung dengan selimutnya terlonjak sesaat. Joonki yang terlebih dulu sadar mengusak surai Jimin agar kembali tenang hingga kemudian terlelap kembali.

"Hyung!" Yoongi membulatkan matanya terkejut.

"Kau sudah disini. Aku akan pulang dan beristirahat dirumahku." Joonki bangkit dan berjalan melewati Yoongi begitu saja tanpa menghiraukan tatapan menyesal dari Yoongi.

Yoongi mengerjap matanya kemudian mengejar Joonki yang baru beberapa langkah darinya.

"Joonki hyung--"

Joonki menghentikan langkahnya. Raut kesal begitu ketara di wajahnya. Meski begitu Joonki tak kunjung membalik badannya menghadap Yoongi.

Usai Joonki memperingatkannya siang tadi Yoongi sadar bahwa Jimin memang tak bisa di tinggalkan. Namun yang dia lakukan justru sebaliknya. Membuatnya merasa bersalah pada Joonki yang selalu meninggalkan pekerjaannya demi menjaga Jimin. Yoongi curiga jangan-jangan saat ia pergi Joonki selalu menemani Jimin?

Love Yourself, Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang