4 O'clock
***
Keheningan masih juga mengelilingi dorm sejak pagi tadi. Suara televisi menjadi satu-satunya yang menguar menggema diruangan. Tak jelas siapa penontonnya. Tapi tadi Taehyung yang menyalakannya. Berulangkali mengganti chanel namun tak kunjung memuaskan hasratnya untuk mengalihkannya dari situasi rumah.
Dan bahkan disinilah anak itu berada. Mondar-mandir tak jelas. Dijalan dengan masker dan hodie hitam yang bertengger apik di badannya yang ia akui mulai membentuk kotak-kotak keras di sana. Berjalan dengan tujuan kantor namun Taehyung membuatnya sedikit lebih jauh.
Jangan tanya mengapa ia memilih berjalan kaki. Tolong salahkan saja otaknya yang dengan bodohnya menyuruhnya begitu. Tadi Hoseok sempat pulang kerumah dan kembali lagi ke kantor. Dan lagi-lagi Taehyung dengan bodohnya tak ikut saja bersama Hoseok.
Harap-harap ia merasa kelelahan dan otaknya tak lagi berpikir mengenai Jimin. Bahkan Taehyung saja bingung dengan dirinya sendiri. Ia akui ia sedikit khawatir dengan namja mungil itu. Melihatnya berjalan pelan dan tatapan sendu. Miris sekali. Eum garis besar hanya sedikit saja. Selebihnya Taehyung merasa masih menyimpan kekesalannya pada namja itu. Jika saja ia kembali menuruti kebodohannya. Ingin sekali dirinya menarik kerah baju Jimin dan kembali menjadikan sahabatnya itu sasaran kekesalannya.
Namun Taehyung sadar sepenuhnya bahwa itu hal yang akan membuat suasana semakin runyam. Jadilah Taehyung butuh pengalihan untuk semua itu.
Gedung Bighit tak kunjung nampak. Sedari tadi Taehyung memang berharap demikian. Ia mengatakan pada Seokjin akan ke kantor dan jika ia tak sampai kantor ia akan berbohong pada Seokjin. Dan Taehyung benar-benar butuh ketenangan jadilah Taehyung berjalan pelan. Hingga beberapa menitpun Taehyung ingin.
Namun sepelan apapun dirinya berjalan tetap saja akan sampai pada tujuannya kan. Hembusan nafas kasar Taehyung lakukan. Taehyung pikir semuanya tak serumit ini.
Langkah kakinya menuntunnya menuju Dance Practice Room mungkin sedikit melatih kemampuan menarinya akan membuat sedikit pikirannya teralihkan.
Beberapa minggu ini ia tak semangat latihan. Barangkali setelah kekesalannya memuncak ini dirinya akan sedikit berhasrat untuk menari. Apalagi konser akan berlangsung. Mengingatnya membuat Taehyung kembali kesal.
Taehyung menyalakan musik sembarang. Harap-harap akan keluar suara yang membuat darahnya berkobar untuk menari. Taehyung justru terdiam di tempat. Mematung dengan tubuh sedikit bergetar.
***
Dua tempat tidur masih terlihat rapi ditempatnya. Sudah jelas salah satu penghuninya berada di rumah sakit sehingga tak mungkin ada yang menempatinya. Namun satunya? Jimin pikir Hoseok tak kemana-mana. Positif saja dan mungkin saja Hoseok selalu merapikannyakan.
Jimin langsung berbaring di tempat tidur miliknya. Setelah bersitatap dengan hyung tertuanya, Jimin tak juga merasa puas. Bahwa satu orang saja akan menyambutnya pulang. Mungkin yang paling besar presentasenya disini adalah Hoseok dan Seokjin. Mengingat Hoseok sudah memahaminya sejak dia masih di rumah sakit kemarin dan Seokjin yang merupakan namja yang begitu perhatian pada adik-adiknya.
Tapi bodohnya Jimin masih berharap semua itu ditengah situasi yang bahkan secara sadar ia menyalahkan dirinya sendiri. Lalu bagaimana bisa orang lain tak menyalahkannya.
Dalam beberapa hari terakhir mungkin Seokjin berubah pikiran untuk selalu mempercayainya. Hoseok? Mungkin saja dia hanya melakukan formalitasnya saja.
Ayolah Park Jimin jangan hanya menduga-duga hal yang bahkan tak orang lain harapkan. Biarlah saja semua berjalan begini adanya toh dia yang secara tak sadar membuatnya serumit ini. Yoongi buktinya untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself, Park Jimin ✔
FanfictionPark Jimin salah satu member BTS yang pandai menyembunyikan kesusahannya. Masalahnya berdampak pada para member. Meski begitu sejujurnya masalah itu bukan datang dari Park Jimin. Disini Jimin juga korbannya. Meski begitu dengan segala ketakutan da...