36

10K 804 176
                                    

Anyeong..
Maaf lagi sudah ngilang sekian abaad..
Tolong beri komentar jika ada yang merasa kurang tepat baik itu kata ataupun yang lainnya...
Selamat membaca...

***

Seokjin mengerjap beberapa kali. Masih terlalu terkejut dengan yang terjadi sebelumnya. Seokjin merasa bahwa dirinya sedang bermimpi. Jantungnya berdetak terlampau cepat. Tangan kanannya ia cubit berulangkali.

Seokjin membulat. Handuk di bahunya ia lempar begitu saja. Lekas saja Seokjin berlari menuju ruang keluarga. Tempat semua sedang berkumpul untuk membahas langkah-langkah yang akan mereka ambil.

Seokjin mengatur deru nafasnya agar lebih stabil. Seokjin meraup udara sebanyak mungkin. Semua yang ada disana menatap aneh pada hyung tertua.

"Aku mendapat telepon dari Namjoon." Seokjin mengatakan dengan tempo cepat membuat yang lain mengerjap polos.

"Aku mendapat telepon dari Namjoon tadi dan dia mengirim lokasinya padaku!" Seokjin berusaha meyakinkan. Keempat adiknya masih tidak mengerti.

"Hyung, maksudmu apa?" Yang paling muda mewakili kakak-kakaknya. Yoongi menatap datar, khasnya, Hoseok sedikit memancarkan harapan dari matanya, Taehyung menggaruk kepala yang tak gatal.

"Aku memang ingin kita berusaha hyung, tapi bukan berarti kau harus seagresif itu hingga berhalusinasi yang sebenernya kurang dibutuhkan saat ini." Yoongi menghembuskan napas pasrah kemudian kembali menatap Hoseok, Taehyung dan Jungkook.

Seokjin menggeram frustasi.

"Yak! Kalian kira aku berhalusinasi? Lihat ini!" Seokjin membuka roomchat dengan nomor tak dikenal yang baru saja mengirim pesan padanya kemudian menunjukkan pada semua.

Yoongi tetap berekspresi datar, Jungkook,Hoseok dan Taehyung membulatkan mata. Seokjin benar-benar tak berhalusinasi untuk hal ini.

"Daebak!" Komentar Taehyung.

"Itu bagus hyung, rencana akan semakin mudah setelah kita tau keberadaan mereka berdua," Hoseok menatap Seokjin "hyung kita coba hubungi mereka lagi?"

Seokjin mengangguk kemudian mendial nomer tersebut. Selang beberapa detik, suara operator menggantikan bunyi tut.

"Tidak aktif. Tapi aku sempat menelepon tadi. Namjoon sempat memanggilku tapi kemudian terputus sebelum aku bertanya apapun. Sepertinya ponsel itu mati atau mungkin susah sinyal." Seokjin menerangkan.

"Hyung! Kita harus secepatnya menemukan Namjoon hyung dan Jimin, perasaanku kurang enak sejak kemarin. Aku benar-benar takut terjadi hal yang tidak kita inginkan." Taehyung mengusap wajah kasar. Jungkook mengangguk, mengiyakan.

Lekas saja Yoongi menjelaskan langkah yang akan mereka ambil dalam misi diam-diam itu. Yoongi membagi tugas pada masing-masing anggota dengan memperhatikan kemampuan yang masing-masing.

Jungkook, Hoseok, Taehyung, Seokjin menatap serius dengan sesekali mengangguk. Beberapa menit kemudian mereka menghembuskan nafas bersama kemudian saling memeluk untuk menyalurkan kekuatan.

Hal yang mereka lakukan mungkin saja berbahaya atau lebih fatalnya berhubungan dengan nyawa. Persiapan yang mendadak membuat mereka setidaknya berhati-hati mengambil keputusan. Apalagi mereka seorang artis besar, segala yang mereka lakukan menjadi sorotan publik. Untuk itulah mereka memutuskan menyamar dan memakai pakaian serba hitam dengan masker dan topi sebagai penutup wajah, terlebih hodie menutup sebagian kepala. Mereka sulit dikenali.

***

Namjoon meraba sekitar hati-hati sambil mengandlkan kaki kirinya yang masih kokoh, setidaknya untuk menahan berat tubuhnya. Air matanya menganak sungai tanpa terlihat. Meski badannya terasa berat, Namjoon memaksakan diri. Bukan untuk dirinya sendiri, Namjoon menghawatirkan Jimin yang tak memberikan kode sedikitpun tentang keberadaannya.

Love Yourself, Park Jimin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang