Kevin tidak perlu berpikir dua kali ketika Quinn menyuruhnya untuk tidak berhenti. Wanita itu menginginkan sentuhan ini, begitu juga Kevin. Tubuh Quinn yang mungil begitu pas dalam dekapannya, persis seperti yang Kevin bayangkan selama ini. Kevin mengangkat tubuh Quinn dan mendesaknya ke dinding. Kevin merasakan gairah yang membakarnya, hasrat yang membuatnya nyeri. Ia menyentuh tubuh Quinn dengan bibirnya. Wanita itu mendesah nikmat, desahan yang menyoraki Kevin untuk melakukan lebih.
Quinn begitu manis. Tubuhnya beraroma kayu manis, membuat Kevin tak sabar mencicipi. Tangan Quinn menyusup ke balik kemejanya. Sentuhan itu cukup mampu menyengat Kevin hingga tidak bisa memikirkan apapun lagi selain sentuhan Quinn.
"Kita harus pindah," kata Quinn.
Benar. Mereka butuh ranjang. Kevin tidak mau memulai ini di lorong yang gelap dengan dinding kayu yang membatasi putranya di sisi lain. Ia tidak ingin mengulangi apa yang ia lakukan dulu pada Quinn, meski dirinya sendiri tidak sadar. Kali ini Kevin harus sepenuhnya sadar dan memanjakan wanita yang sangat diinginkannya itu.
Quinn menurunkan kakinya dari pinggul Kevin. Membuat Kevin merasa kehilangan untuk sejenak. Tetapi tangan Quinn tak lepas darinya. Ia membimbing Kevin menuruni tangga dan memasuki kamar tidur sederhana dengan ranjang ukuran dobel, lemari, dan meja rias.
Quinn membelakanginya dan Kevin bersabar menunggu wanita itu membulatkan tekadnya. Meski gairahnya memburu tapi Kevin tetap akan memberi kesempatan pada Quinn jika ingin mundur. Quinn melepaskan tangan Kevin, membuat Kevin bertanya-tanya apakah ia melakukan kesalahan hingga Quinn berubah pikiran.
"Quinn?"
Tapi ternyata bukan keputusan mundur yang diambil Quinn. Wanita itu justru mengangkat kaos berkerahnya dan membuka tubuhnya untuk Kevin. Dari belakang, Kevin bisa melihat Quinn mengenakan bra berenda putih yang cantik dan cocok untuk kulit pucatnya. Wanita itu mengumpulkan rambutnya dan membawanya ke pundak kanan. Membiarkan punggungnya terekspos seutuhnya untuk Kevin. Namun Kevin tak berani memulai, meski nalurinya begitu ingin mendorong Quinn ke ranjang dan melucuti segalanya. Kevin ingin menghargai Quinn kali ini. Kevin tak tahu apa yang Quinn dapatkan pada percintaan mereka bertahun-tahun lalu selain Ed. Tetapi Kevin berniat memberikan dirinya seutuhnya untuk memuaskan Quinn.
Quinn membawa kedua tangannya ke belakang. Dalam sekali lucutan mudah, bra itu sudah terjatuh dan punggung Quinn kini sepenuhnya telanjang. Wanita itu berbalik menatapnya. Memperlihatkan tubuh bagian depannya yang tak kalah mengagumkan. Sepasang daging kenyal menggantung di sana, puncak merah muda yang menggiurkan. Kevin tak tahan meneguk ludah.
"Quinn..." Kevin berusaha bernapas dengan benar. "Kau... sangat cantik."
"Lalu kenapa kau tidak menyentuhku?"
"Aku hanya akan melakukan itu jika kau yang meminta. Aku bersumpah aku akan mengabulkannya."
"Jadi lakukan. Aku menginginkanmu."
Kevin tidak berpikir lagi. Ia hanya menghapus jarak, mencium Quinn, menyentuh tiap inci tubuhnya, meremas dada penuhnya. Quinn mengerang, sementar Kevin menggeram. Pria itu membawa Quinn ke ranjang. Wanita itu begitu pasrah berada dalam kungkungannya. Kevin melepaskan celana jins Quinn, sementara wanita itu meraih kemeja Kevin dan melepas kancingnya.
"Kau yakin?" tanya Kevin. "Kita tidak harus melakukannya jika kau tidak ingin. Ini semua tentangmu. Aku ingin kau puas. Aku bisa melakukan banyak hal."
"Kalau begitu lakukan. Bercinta denganku, Kev. Aku menginginkanmu."
Bercinta. Kevin belum pernah bercinta. Tetapi ia akan memastikan kali ini benar-benar percintaan yang panas dan memuaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER OURS
RomanceBEVERLY HOUSE SERIES #3 √ Completed √ Kevin Beverly baik-baik saja ketika berada di sekitar kembarannya. Tetapi kembarannya selalu saja berusaha menjauhinya hingga Kevin terpuruk meski sudah bertahun-tahun lamanya. Namun malamnya bisa saja lebih bur...