Bunga tidak berhasil. Lebih banyak bunga, juga tidak. Kevin sudah mencoba segala bunga. Ia juga menyadari kesalahannya karena menyembunyikan bunga di mantelnya. Itu sungguh memalukan. Siapa kira anyelir tidak bertahan di dalam jas? Jadi Kevin mencoba lagi. Kali ini rangkaian bunga mawar merah cantik yang kata pemilik tokonya akan membuat wanita manapun jatuh hati.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Kevin saat memberikan bunga itu di toko Amanda. Ia pura-pura kebingungan memilih menu sarapan, padahal ia selalu menyetok sereal apapun di rumah. Sekarang ia memata-matai Quinn, menunggu sampai hanya Quinn yang bisa melayaninya.
Ada rona merah di pipi Quinn ketika mengalihkan pandangan dari Kevin ke bunga itu. Kevin tak tahu apakah Quinn malu atau kedinginan. Ia juga tidak bisa menilai apakah Quinn terkesan.
"Yah, eh... trims," jawab Quinn. Lalu ia pergi meninggalkan Kevin di mejanya seraya membawa bunganya ke dapur. Kevin bahkan tak tahu apakah Quinn sudah memaafkannya. Jadi Kevin menyimpulkan Quinn tidak terlalu suka mawar atau pemilik toko bunga itu membual.
Kevin mencari bunga lainnya lagi. Untungnya ada beberapa toko bunga di Westerly. Ia tidak mau mempercayai pemilik toko sebelumnya.
"Bunga untuk permintaan maaf, ya?" ujar Deanne yang menjaga toko bunga milik Nora Jansen. Deanne dulunya teman satu sekolah Kevin dan Calvin. Harusnya ia datang lebih awal ke tempat ini, setidaknya temannya bisa dipercaya. "Entahlah, Kev. Tapi aku selalu luluh dengan tulip. Menurutmu apa yang wanita itu sukai?"
Kevin berpikir Deanne tahu betul wanita yang sedang mereka bicarakan sekarang, tapi Deanne cukup menghormatinya dengan tidak bersikap lancang. "Entahlah. Aku kehilangan ide."
"Yah, sayang sekali kau tidak tahu," desah Deanne. Benar, harusnya Kevin tahu Quinn suka bunga apa. Deanne mengambil seikat bunga tulip dan menunjukkannya pada Kevin. "Bagaimana menurutmu?"
"Sangat cantik," ujar Kevin. Ia memang suka berkebun. Ia suka hotelnya terlihat asri. Tetapi Kevin tidak punya jenis tanaman kesukaan secara sepesifik. Menurutnya, semua tanaman memang indah. "Kalau begitu, aku beli lima ikat."
Deanne memberi petunjuk untuk menata bunga itu di vas―siapa tahu itu diperlukan. Karena Deanne sudah bilang begitu, Kevin pun meminta waktu untuk menghabiskan waktu bersama Ed. Ia menjemput putranya dari sekolah, kemudian mereka pulang ke rumah Quinn.
"Kenapa kau membawa bunga, Dad?" tanya Ed ketika mereka memasuki rumah.
"Eh... aku sedang membuat kejutan untuk ibumu."
"Mom pasti senang," dukung Ed. "Boleh aku membantumu membuat kejutan?"
Karena Deanne sudah memberikan petunjuk untuk menata bunga tulip yang cantik itu ke vas, Kevin pun melakukan saran itu bersama Ed. Berusaha sebisa mungkin menatanya dengan cantik. Ibunya pasti bangga dengan hasil karya dadakannya itu.
"Sangat indah," kata Ed mengagumi hasil kerja mereka.
Ketika Quinn pulang, Ed dan Kevin pura-pura tidak tahu apa-apa. Mereka hanya mengobrol ketika Quinn menuju ke meja makan. Tetapi tentu saja wanita itu menyadari bunga-bunga itu karena Kevin tidak berpikir ketika bilang akan membeli lima ikat.
"Kenapa ada bunga di sini?" tanya Quinn.
"Meja makan kita mungkin butuh... sentuhan," kata Ed sesuai dengan apa yang ia dan Kevin rencanakan sebelum ini. "Bagaimana menurutmu, Mom? Kau suka?"
"Siapa yang menatanya?" kata Quinn yang mengendus bunga itu sambil memejamkan mata. Demi Tuhan, wanita itu sungguh cantik.
"Dad," jawab Ed hingga Quinn menegang dan merona. "Yah, dengan sedikit bantuanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER OURS
RomanceBEVERLY HOUSE SERIES #3 √ Completed √ Kevin Beverly baik-baik saja ketika berada di sekitar kembarannya. Tetapi kembarannya selalu saja berusaha menjauhinya hingga Kevin terpuruk meski sudah bertahun-tahun lamanya. Namun malamnya bisa saja lebih bur...