(29)

6.7K 907 77
                                    

Quinn hampir saja melupakan janjinya untuk menghadiri makan malam keluarga Beverly kalau bukan karena Ed yang mengingatkan. Bocah itu begitu semangat menyambut Natal dan lebih bersemangat lagi ketika teringat akan menghabiskan malam Natal bersama keluarganya. Sayang sekali Quinn tidak bisa membuat alasan seperti bekerja untuk menghindari makan malam itu karena Randy menutup bar dan Sophie sendiri mendengar ajakan itu hingga sahabatnya itu mendesak melalui panggilan telepon selama beberapa hari terakhir, bahkan menyempatkan diri menemui Quinn di bar.

"Kau mungkin harus memasak kalkun," kata Sophie ketika Quinn sedang mencuci gelas. Untuk pertama kalinya setelah Trevor berumur empat bulan, Sophie akhirnya membawa bayinya ke bar.

"Ini bukan Thanksgiving. Tapi, yah, Kevin mengingatkanku untuk tidak membawa apapun. Mereka punya segalanya dan aku tidak yakin makananku akan diterima."

"Aku meragukannya," kata Sophie. "Omong-omong soal Kevin, kau sudah punya gaun bagus?"

Quinn tidak ingin menanggapi sahabatnya. Ia memang memikirkan gaun bagus, tapi ia tidak mau mengartikan itu sebagai cara untuk membuat Kevin menyukainya. Quinn hanya ingin terlihat pantas di antara keluarga Beverly. Jadi ia membeli baju untuk dirinya sendiri, namun tidak melupakan Ed dan Laurel meski hari itu belum saatnya untuk bertukar kado.

"Kau tidak seharusnya membelikanku baju, kau tahu?" ujar Laurel ketika Quinn memaksa Laurel untuk ikut ke makan malam keluarga Beverly. "Aku juga tidak seharusnya ikut acara keluarga Beverly. Aku tidak mengenal mereka. Aku tidak apa-apa tinggal di rumah."

"Aku tidak akan membiarkanmu sendirian di rumah saat malam Natal," kata Quinn. "Dan kau sudah mengenal Kevin, kau akan menyesuaikan keadaan nanti. Mereka cukup baik. Kita hanya makan, lalu pulang. Aku janji."

Laurel hanya mengendik dan memandang terusan warna merah jambu yang berakhir di pahanya itu. Quinn belum pernah melihat Laurel dengan gaun, tapi ia puas dengan pilihannya untuk adik sepupunya. Laurel cantik dengan itu. "Omong-omong gaunmu cantik. Sangat cocok untukmu," kata Laurel yang membuat Quinn terkejut.

Quinn menatap gaun hitam lengan panjang yang melekat di tubuhnya dan berakhir di lututnya. Gaun ini sederhana, tidak mahal, bahkan bisa dipakai untuk acara formal maupun non formal yang mungkin akan Quinn hadiri. Quinn tidak butuh waktu lama untuk memutuskan akan membeli gaun itu. "Trims? Kau juga."

"Yah, kalau begitu terima kasih untuk ke sekian kalinya. Aku suka gaunnya."

"Dad datang!" seru Ed dari ruang utama.

Quinn bersiap mengambil tasnya dan memasukkan lipstiknya. Ia mematut sekali lagi sebelum keluar kamar bersama Laurel. Ketika Quinn mendapati Kevin yang sedang menggendong Ed, Quinn sangat yakin napasnya tercekat dan mendadak ia butuh udara untuk bernapas. Rasanya Quinn memang tidak bisa mengendalikan dirinya setiap kali melihat Kevin yang tampan dengan kemeja dan celana jinsnya. Lagi-lagi Kevin mengenakan mantel kulit seksi itu, namun ia menggulung lengannya. Otot-otot tubuh Kevin tercetak jelas akibat menggendong Ed. Itu membuat Quinn hanya bisa meneguk ludah demi mempertahankan diri agar tidak terlihat memalukan di depan Kevin.

Sepertinya waktu membeku begitu saja di antara Quinn dan Kevin. Mata Kevin menelusuri penampilannya. Quinn merasa tubuhnya panas akibat energi yang pria itu pancarkan. Apakah Quinn sudah cukup cantik bagi Kevin? Apakah Kevin suka dengan gaun pilihannya? Apa yang Kevin pikirkan?

"Quinn..." Kevin tercekat. "Kau sangat... wow."

Quinn tidak bisa mengartikan kata-kata itu. Tetapi senyum cerah Kevin ketika menelusuri tubuhnya membuatnya merona malu. "Siap pergi?"

"Ya!" sahut Ed.

Laurel berdeham hingga Quinn menyadari satu hal. "Apa Laurel bisa bergabung? Aku tidak mau meninggalkannya di malam Natal sendirian."

REMEMBER OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang