(27)

6.1K 879 51
                                    


"Kau memang idiot," kata Sophie yang tengah menggendong bayi laki-lakinya yang montok dan tukang tidur. Kevin tahu Sophie benar, tapi tetapi tetap saja, ia tidak butuh satu orang lagi yang mengatainya begitu. Kevin sudah merasa sangat bodoh karena menyakiti hati Quinn.

"Bukankah kau seharusnya menjaga cara bicaramu saat menggendong bayi?"

Sophie merona dan mengalihkan pandangan ke bayinya. "Tapi aku harus mengatakan itu supaya kau sadar. Kau beruntung aku sedang menggendong Trevor. Kalau tidak, aku pasti sudah meninjumu. Quinn itu orang baik, kau tak seharusnya mengatainya begitu."

"Aku tahu." Lagi-lagi rasa bersalah itu tak mau pergi. Kevin nyaris putus asa mengajak bicara Quinn. Wanita itu menghindarinya selama berminggu-minggu, terkadang tidak mengijinkannya menghabiskan waktu bersama Ed dengan berbagai macam alasan. Tetapi Kevin masih cukup beruntung masih bisa bertemu dengan Ed meski intensitasnya tidak sesering dulu. "Aku benar-benar kacau." Itu benar. Ia kacau dulu dan sekarang, tapi Kevin tidak menambahkan.

"Semua orang tahu betapa kacaunya dirimu, Kev."

Kevin memicing menatap Sophie. Ia datang kepada sahabat Quinn untuk membantunya berbaikan, bukan untuk disadarkan betapa ia sudah bersikap tolol. Kevin sudah menyadari itu dengan sendirinya. Kenapa pula ia butuh seseorang memperjelasnya? "Kau tak tahu kalau aku memang sekacau itu."

"Kau bercanda? Hanya orang bodoh yang tidak bisa melihatnya. Kau yang dulu adalah bajingan."

"Ada bayi di tanganmu, Soph," tegur Kevin. Ia tidak suka diingatkan hal itu lagi.

"Yah, maafkan Mom, Trevor. Para pria memang selalu melakukan hal bodoh. Semoga bukan kau. Amin."

Kevin mendesah. "Apa yang harus kulakukan? Dia tidak mau bicara padaku."

"Entahlah. Kau menyebutnya murahan dan itu menyakitinya. Aku sendiri lebih suka dia meninjumu daripada berbicara padamu. Biar kutekankan, dia tidak murahan. Malahan aku sangat terkejut ketika tahu dia hamil. Maksudku, dia berganti pasangan kencan tapi tak seorang pun berhasil menidurinya. Quinn yang biasanya membuat pria-pria di luar sana patah hati."

"Aku sudah patah hati. Trims."

Sophie memutar mata. "Karena kebodohanmu sendiri."

"Apakah kau benar-benar mau membantuku?"

"Apakah aku akan jadi sahabat yang berkhianat kalau begitu?"

"Kau tahu aku sangat mencintainya, kan?"

"Yah, cara mencintaimu sungguh aneh."

Sophie memindah posisi menggendong Trevor hingga bayi itu terusik sejenak. Melihat wanita dengan bayi membuat Kevin membayangkan Quinn yang menggendong Ed kecil. Pikiran itu membuat rasa bersalahnya semakin besar. Kevin bertanya-tanya apakah ia tidak punya satu hal pun yang ia lakukan secara sadar. Sekarang ia harus menyesali perbuatannya karena menghina Quinn.

"Boleh aku menggendongnya?" tanya Kevin.

Sophie mengerjap dan terlihat terkejut, namun wanita itu cepat-cepat menyembunyikannya. "Kau bukannya akan menculiknya karena aku belum menemukan solusi untuk membantumu, kan?"

Kevin memutar mata. "Aku punya tiga keponakan. Aku bisa menggendong bayi, kalau itu yang kau khawatirkan."

Sophie ragu-ragu tetapi ia menyerahkan Trevor yang tertidur pada Kevin. Bayi itu menggeliat ketika berpindah dari lengak lembut ibunya ke lengan berotot Kevin hingga ia membuka mata dan mengerjap untuk memastikan dalam rengkuhan siapa ia sekarang. Mata Trevor segelap Randy, bibirnya mengikuti Randy, bayi ini sempurna.

REMEMBER OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang