(6)

6.2K 838 77
                                    


Kevin tiba di Danny's tepat saat tengah malam. Ia tak tahu apakah bar itu akan tutup lebih cepat hingga Quinn bisa berkesempatan menghindarinya. Meski mereka berada di kota kecil yang sama, Kevin yakin Quinn bisa menemukan cara untuk melarikan diri darinya.

Untungnya Danny's tidak menutup bar pada pukul dua belas. Sepertinya mereka akan selesai pada jam yang seharusnya. Kevin melihat bar yang terlihat cukup ramai meski ini baru Kamis malam, yang secara teknis sudah berganti ke hari Jum'at. Karena Quinn sengaja mengajaknya bertemu pukul satu dini hari, Kevin tahu Quinn berusaha menghindari gosip. Meski Kevin tidak mengerti untuk apa hal itu dilakukan jika Ed saja mendengar desas-desus siapa ayahnya dari orang lain.

Memikirkan desas-desus itu juga membuat Kevin pening. Sekarang bukan hanya ayahnya saja yang tahu. Saudara dan saudarinya juga cepat atau lambat akan tahu. Kevin tidak mau mereka mendengar itu dari orang lain. Mengingat semarah apa Sophie kemarin, Kevin tak yakin desas-desus itu terdengar menyenangkan.

Pukul setengah satu, Kevin memutuskan keluar dari mobilnya. Ia sudah menahan diri selama setengah jam lamanya yang ia habiskan untuk membalas email-email dan mendengarkan lagu acak di radio. Di dalam Danny's hanya tersisa tujuh orang. Lima di antaranya adalah sebuah kelompok yang tidak Kevin kenal, sementara dua lainnya adalah teman ayahnya yang memesan bir di meja bar. Tidak ada Quinn. Kevin menyapa seperlunya, tidak menghampiri mereka namun mendekati Randy yang tengah membersihkan meja.

"Hei."

"Kevin! Kau datang larut sekali, Bung. Kami hampir tutup. Tapi kau masih bisa memesan minuman botol. Kau mau sesuatu?"

"Bir saja."

"Segera datang."

Kevin melirik pintu dapur. "Jadi... Quinn ada?"

Randy terdiam sejenak saat membuka kulkas. Ia juga melirik dapur. "Ya. Dia di dalam. Kau mau bertemu dengannya?"

"Ya. Tapi setelah selesai bekerja."

Randy tersenyum lebar. "Kau tahu aku bisa menyuruhnya selesai sekarang. Aku bisa mengatasi sisanya."

"Tidak. Kami akan menunggu tempat ini sepi dulu untuk membicarakan beberapa hal."

Randy tidak bertanya hal apa yang akan mereka bicarakan, tetapi pria itu mengangguk saja dan memberikan bir padanya.

"Berapa lama kau mengenal Quinn?"

Randy berpikir sejenak. "Entahlah. Sudah lama sekali. Sejak aku berpacaran dengan Sophie. Waktu itu Ed baru beberapa bulan. Eh... kau tahu Ed, kan?"

Kevin mengangguk. "Aku bertemu dengannya tadi."

Randy menghembuskan napas lega dan terkekeh. "Dia anak populer, kau tidak ingat? Dia jadi terkenal karena pernah dekat dengan Liam Wester setelah cowok itu putus dari kakakmu. Kau tahu?"

"Tidak." Berpacaran dengan Liam Wester? Mantan pacar Cara yang sekarang bekerja di kantor pemerintahan? Itu berita yang baru Kevin ketahui. "Kita tidak berada di angkatan yang sama dengan Cara, Quinn, dan Sophie. Aku tidak tahu berita itu sama sekali. Terakhir kuingat Cara putus dengan Liam saat kelas 9."

"Ya, memang Quinn terkenal setelah itu. Maksudku, tidak ada yang mengenal Jacob Weiner yang suka menyendiri itu. Kalau bukan karena hubungannya dengan Liam, Quinn tidak akan dikenal banyak orang. Tapi seharusnya Quinn familiar bagimu."

"Ke mana dia pergi setelah lulus?"

"New Haven. Dia kembali pada orang tuanya. Ayahnya mengidap kanker stadium akhir, jadi Quinn ingin di sana di saat terakhirnya. Meninggal sepuluh hari lebih dulu dari Jacob Weiner. Quinn harus menghadapi dua kehilangan sekaligus."

REMEMBER OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang