Kevin harus menahan diri sebisa mungkin untuk tidak memeluk Quinn karena wanita itu belum sepenuhnya memaafkannya. Meskipun, yah, Quinn membalas ciumannya dan berkata dengan yakin bahwa ia mencintai Kevin. Tapi tetap saja, Kevin tidak yakin bahwa itu lampu hijau yang mengartikan bahwa hubungan mereka sudah kembali seperti sedia kala.
Quinn bersikap sopan padanya. Tidak bermanja-manja. Tidak terlihat ingin menelanjangi Kevin. Atau bahkan bersandar padanya. Quinn hanya duduk di sampingnya, menikmati makan malam, dan takjub dengan api unggun yang dikelilingi keluarga Beverly untuk mencari kehangatan.
Kevin mulai bertanya-tanya, memangnya berapa lama yang dibutuhkan seorang wanita untuk memaafkan pasangannya? Ini sudah berbulan-bulan, demi Tuhan. Kevin merasa nyeri di hatinya, di tubuhnya, sekaligus pada gairahnya karena tidak bisa menyentuh Quinn.
"Menurutmu, bayimu kali ini laki-laki atau perempuan, C?" tanya Jesse.
Berita kehamilan Cara memang mengejutkan. Starr baru berumur satu tahun minggu lalu dan sekarang ia sudah menjadi calon kakak. Kevin harusnya membayangkan jenis makan malam yang lebih besar dari ini. Dengan lebih banyak anak-anak, tentu saja.
"Entahlah," sahut Cara. "Usianya baru dua minggu. Aku mulai mencurigai tamu bulananku. Kemudian aku mengeceknya sendiri. Ketika hasilnya positif, aku ingin meyakinkan berita ini dengan pergi ke dokter kandungan."
"Dan aku bahkan tidak tahu kapan kau pergi ke dokter kandungan," gerutu Rick yang tengah memangku Starr dan menjaga bayi itu tetap hangat. Sepertinya ia agak terguncang karena bayinya masuk ke dalam kardus yang ditutup selama tiga menit, meski sebenarnya kardus itu tidak sepenuhnya tertutup. Cara membuat kardus itu seperti rumah yang punya jendela. Sungguh aneh Rick tidak menyadarinya. Tetapi Kevin bisa melihat kebahagiaan terpancar di wajah kakak iparnya itu.
"Sudah ada tanda-tanda kau mengalami masalah kesehatan?" tanya Quinn hingga membuat Kevin terkejut karena wanita itu hampir selalu diam kecuali ditanya.
"Maksudmu mual mengerikan itu?" tukas Cara.
"Ya Ampun, jangan lagi," erang Jesse. "Kau tak tahu masa mual yang dialami Cara. Aku jadi harus membawa biskuit asin ke mana-mana karena Rick mengancamku."
"Apakah kita akan terus membicarakan soal kehamilan ini?" cetus Kevin. "Karena aku mulai mual kalian membicarakan mual-mual ini."
"Bagaimana dengan pertandinganmu, Max?" tanya Calvin.
"Kami masih harus mencetak skor supaya unggul di grup, Sobat," kata Max. "Kau harus menonton ESPN dari laptopmu kalau kau memang berada di luar Amerika. Musim ini akan seru. Segalanya soal balas dendam."
"Hati-hati dengan lenganmu," tegur Jesse. "Kau bisa bayangkan empat bulan tidak menggendong jagoan dan tuan putrimu."
Max meringis. "Aku tidak akan mengulanginya lagi. Sungguh menyiksa. Kalian bisa bayangkan aku berhubungan seks dengan satu tangan? Satu tangan!"
"Astaga!" gerutu Cara diikuti protesan semua orang yang sedang mengitari api unggun itu.
"Itu menjijikkan, oke?" gerutu Kevin. "Aku tidak mau membayangkan kalian."
Jesse mengurut kening dan wajahnya sudah semerah kepiting rebus. "Kenapa aku menikahinya? Demi Tuhan, kenapa?"
Untungnya Keith dan Lean diungsikan ke dalam rumah oleh kakek neneknya, di mana kehangatan tetap terjaga di sana. Mereka tidak harus mendengarkan kegilaan orang tuanya. Kevin melirik Ed yang asyik bersama teman barunya Coco. Sepertinya ia satu-satunya orang yang berkeringat di tengah salju tipis ini.
Quinn mengamati arah pandang Kevin dan tersenyum. "Bagaimana ayahmu bisa tahu dia butuh teman? Meskipun dia pemalu, dia suka sekali punya teman. Dia suka bayi, dia suka hewan berbulu. Kalau dia merengek tengah malam untuk ke rumah kakeknya, aku tidak tahu harus melakukan apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER OURS
רומנטיקהBEVERLY HOUSE SERIES #3 √ Completed √ Kevin Beverly baik-baik saja ketika berada di sekitar kembarannya. Tetapi kembarannya selalu saja berusaha menjauhinya hingga Kevin terpuruk meski sudah bertahun-tahun lamanya. Namun malamnya bisa saja lebih bur...