DJ telah mengganti musiknya dengan lagu yang bertempo lebih cepat. Quinn bergoyang dalam pelukan Jax Geraldine yang kelihatannya sudah tidak sabar menggeranyanginya. Tangan cowok itu di mana-mana, tinggal menunggu kapan ia berani menangkup dada Quinn di tengah hiruk pikuk pesta murid senior.
Jax bernapas di lehernya. Quinn nyaris membayangkan lidah cowok itu di kulitnya. "Babe... kau sangat―sangat seksi."
Quinn tidak suka dipanggil Babe. Ia juga tidak suka dipanggil begitu dengan imbuhan seksi. Jax jelas menginginkan sesuatu darinya. Bukan berarti Quinn tidak menerima gelagat itu. Mereka sudah berciuman beberapa kali sejak seminggu ini saling menggoda. Jax yang pertama memulainya, kemudian Quinn menanggapi. Namun ia tidak mau memberikan sinyal untuk berhubungan seks. Tidak sekarang. Jax hanya bukan tipenya. Orang seperti Jax akan menghitung skor gadis-gadis yang ditidurinya. Tipe orang yang akan menceritakan pengalaman seksnya pada teman-temannya. Quinn tidak mau menjadi bahan obrolan, namun ia tetap bertahan. Lagipula tubuh Jax tinggi. Ia adalah kapten futbol yang baru di sekolahnya. Jax juga sering memuji Quinn, itu intinya. Quinn cukup bersenang-senang dengan Jax.
"Mau menjauh dari kebisingan?" tanya Jax, seolah Quinn begitu polos dan Jax adalah cowok pertama yang pernah menawarkan 'jauh dari kebisingan' pada Quinn.
"Aku sebenarnya agak haus."
Jax membalik tubuh Quinn dan mendekatkan wajahnya. Memberikan sentuhan menggoda tanpa berusaha menciumnya. Ia menyeringai sambil membelai wajah Quinn. Meski Jax itu brengsek, paling tidak ia tahu cara memperlakukan wanita. "Kenapa bukan aku yang memuaskan rasa hausmu?"
Quinn tertawa. "Aku benar-benar haus, oke? Bisa ambilkan aku minuman?"
Jax meraih dagu Quinn dan memberi ciuman singkat. Setidaknya ia juga tahu cara mencium. "Baiklah. Aku segera kembali."
Quinn mencari sofa terdekat untuk duduk dan menunggu Jax. Hampir lima puluh orang ada di sini, di rumah Randy. Quinn mengenal sebagian besar dari mereka, karena yang datang didominasi dari murid senior meski Randy adalah junior. Beberapa lagi tidak Quinn kenal, Quinn bersumpah mereka pasti anak kuliahan yang sedang mencari hiburan saja. Setidaknya Randy tahu caranya membuat pesta, ayahnya punya bar di kota, jadi ia bisa menyelundupkan bir sepuasnya.
Sophie datang dengan semangkuk keripik yang dibutuhkan Quinn. Sahabatnya itu adalah sebab Quinn bisa mengenal Randy. Randy dan Sophie sudah berpacaran selama setahun ini. Sophie mengusir pasangan-pasangan yang duduk di sebelah Quinn dan mengambil tempat di samping Quinn. "Camilan?"
"Trims!" seru Quinn untuk melawan musik yang menggema. "Randy keren karena bisa membuat yang seperti ini."
Sophie tertawa. "Butuh modal nekat yang cukup besar, kau tahu?" Ia memasukkan keripik ke mulutnya, Quinn mengikuti. "Di mana pasanganmu?"
Quinn melihat Jax datang sambil membawa dua cangkir plastik. Ia menunjuk ke arah kedatangan Jax pada Sophie. Memberikan sedikit ruang untuk Jax duduk, tetapi cowok itu sepertinya tidak berniat menemani Quinn. Ia hanya menunduk dan memberi ciuman panjang pada Quinn sebelum menyodorkan apa yang Quinn butuhkan.
"Hai, Soph," sapa Jax. "Pesta yang keren. Sampaikan itu pada pacarmu."
"Aku pasti akan menyampaikannya kalau aku bisa menemukannya," Sophie memutar mata. "Dia diseret ke sana ke mari oleh orang-orang."
"Duduk?" tawar Quinn. Ia memberi kerlingan menggoda pada Jax. "Aku bisa duduk di pangkuanmu kalau tempatnya terbatas."
Mata Jax berkilat-kilat ketika menyusuri tubuh Quinn yang hanya mengenakan gaun ketat yang mencetak payudaranya dan membiarkan bahunya telanjang. "Aku ingin, tapi aku harus pergi. Sori, babe. Aku mungkin tidak bisa mengantarmu pulang. Kau baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER OURS
RomanceBEVERLY HOUSE SERIES #3 √ Completed √ Kevin Beverly baik-baik saja ketika berada di sekitar kembarannya. Tetapi kembarannya selalu saja berusaha menjauhinya hingga Kevin terpuruk meski sudah bertahun-tahun lamanya. Namun malamnya bisa saja lebih bur...