(23)

5.8K 906 115
                                    


Apakah sudah waktunya kembali? Hahaha

Sejak Kevin menjemputnya untuk makan malam di rumah Gerald Beverly, pria itu begitu diam dan tidak menanggapi Quinn. Ketika Kevin tiba pun, tidak ada sambutan dengan kecupan di bibir atau apapun yang biasa mereka lakukan. Membuat wanita itu bertanya-tanya apakah riasannya menggelikan atau gaunnya terlalu sederhana hingga Kevin tak mau memandangnya. Harusnya Kevin mengutarakan pendapatnya saja kalau Quinn tidak pantas berada di sekitar keluarga Beverly yang terpandang dengan pakaian ini. Quinn merutuki dirinya sendiri karena tidak menyempatkan diri berbelanja lebih dulu.

Ed lebih beruntung karena ocehannya ditanggapi beberapa kata singkat Kevin. Namun pria itu sepenuhnya diam saat menuju ke tempat makan malam mereka. Ini sama sekali tidak membuat Quinn lebih baik. Bukan hanya berada di sekitar keluarga Beverly yang ia khawatirkan, tetapi kenyataan bahwa Calvin sudah pasti ada di sana. Quinn hanya berharap Calvin tidak bersikap kasar padanya seperti malam kemarin. Jika pakaiannya saja tidak bisa membantu, kalau Calvin mempermalukannya, Quinn tak yakin bagaimana caranya membangkitkan kepercayaan dirinya lagi.

Mendekati perumahan tenang di lingkungan menengah ke atas Westerly, Quinn semakin gugup. Karena Kevin terlihat sedang begitu tegang, Quinn tidak berani memulai pembicaraan atau bahkan meminta dukungan. Pria itu melajukan mobilnya ke jalan masuk rumah keluarga Beverly yang begitu terang dan hangat. Ia hanya mematikan mesin, melepas sabuk pengaman, dan keluar tanpa bicara sepatah kata pun. Tidak pula membuka pintu untuk Quinn meski Quinn berusaha tidak mengeluh dan bisa mengatasi masalah itu sendiri.

"Halo? Grandpa?" seru Ed di depan pintu.

Gerald Beverly yang terlihat segar meski usianya sudah berkepala lima membukakan pintu dan memeluk Ed dengan penuh sayang. Senyuman khas seorang ayah ia sunggingkan untuk menyambut Quinn. Setidaknya yang satu itu cukup berhasil untuknya. "Quinn?"

Quinn mengangguk. "Mr. Beverly, terima kasih sudah mengundangku."

"Tolong, Gerald saja. Ayo masuk. Semuanya sudah di dalam."

"Apa kami terlambat?" tanya Ed saat mereka memasuki rumah Beverly lebih dalam. "Dad terlambat menjemput kami. Itu sebabnya kami terlambat. Aku sudah siap pukul enam."

Gerald hanya terkekeh dan mengusap kepala Ed. "Tidak apa-apa. Pesta ini tidak lengkap tanpamu. Kami tidak keberatan menunggu."

Ketika tiba di ruang makan. Keriuhan keluarga Beverly semakin nyata. Ed langsung menghampiri Max yang sedang duduk di kursi sambil menggendong dua bayi di kanan-kiri lengannya. Ed mengecup bayi-bayi itu dan mengucapkan halo. Rick sedang sibuk mondar-mandir menenangkan bayinya yang menangis. Ada Jesse dan Cara yang sednag terlibat pembicaraan. Tetapi di tengah keriuhan itu, Quinn melihat Calvin yang terdiam dan menatapnya tajam

"Quinn?" sapa Jesse yang sibuk di meja dapur bersama Cara. "Kau tepat waktu. Masakannya baru saja matang."

"Maaf aku tidak membantu," kata Quinn. Ia menghampiri Jesse dan Cara. Memberi pelukan singkat yang masih terasa canggung baginya. "Lalu sekarang apa yang bisa kulakukan?"

"Bisakah kau mengurus ini?" Cara memberi ruang pada Quinn untuk bergabung di sampingnya. "Ini hampir matang, tapi Starr sudah menangis sejak tadi."

"Apa ini?" tanya Quinn.

"Sup jamur."

"Hmmm, sepertinya lezat. Biar kuurus ini. Aku akan menyajikannya di mangkuk besar. Kau bisa mengurus bayimu."

"Sempurna." Cara melepas apronnya dan menghampiri Rick untuk mengambil alih bayi yang rewel.

"Rumah ini terkesan sempit setelah makin banyak orang," kata Jesse yang sedang melap piring dan alat makan. "Tapi aku senang kau di sini. Antara aku dan Cara, kami butuh penengah. Kau adalah orang paling potensial. Omong-omong, kau cantik dengan baju itu. Dan payudara itu. Uh... sungguh, beri tips padaku supaya punya yang seperti itu. Karena aku sudah mengandung dua bayi, tapi tidak membuatku bervolume di manapun."

REMEMBER OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang