(18)

6.3K 801 64
                                    



Kevin duduk beralaskan tanah basah dan bersandar pada perosotan taman tak terawat. Posisinya sempurna untuk menyembunyikan diri dari pemandangan jalan utama, meski jalanan memang sepi karena hujan baru saja turun dan taman ini memang selalu sepi saat malam mengingat minimnya pencahayaan.

Kevin menerima uluran ganja yang disulut Ray. Mengisapnya dalam-dalam sebelum melepas asapnya ke udara. Kevin hanya baru beberapa kali mencoba barang itu, namun Kevin takjub barang sekecil itu bisa membuatnya begitu jauh dari rumah hingga melepaskan bayang saudaranya.

Kevin tidak mengerti ada apa dengan kembarannya, hingga menyembunyikan banyak hal dari Kevin. Ia tak tahu apa yang membuat Calvin begitu tidak mempercayainya. Kevin sudah bersikap seolah tak ada apapun yang terjadi. Ia mengajak Calvin berangkat bersama meski saudaranya itu menolak. Ia tetap mengikuti Calvin meski akhirnya saudaranya itu punya banyak alasan untuk menyingkirkannya. Kevin menjadi terbiasa dengan itu semua. Mengenakan topengnya sebagai saudara kembar yang tidak terpisahkan di hadapan orang-orang, padahal Kevin tahu Calvin menjauhinya, padahal Kevin tahu sesuatu berubah di antara mereka.

Kevin membiarkan semua orang percaya bahwa mereka masih kembar Beverly yang tak terpisahkan. Kevin bertahan dengan itu selama bertahun-tahun terakhir. Jadi di sinilah ia sekarang, bersama Ray―yang bukan jenis teman sungguhan, tetapi selalu punya barang bagus. Kevin hanya senang beberapa kali menghabiskan waktu bersamanya.

"Apa aku sedang sangat teler atau yang kulihat itu memang saudaramu?" tanya Ray tiba-tiba. Matanya sayu meski ia berusaha memfokuskan pandangan ke arah jalanan. Suaranya sudah berubah lemah, sementara cengiran menghiasi wajahnya. "Oh, wow, dia bersama seorang gadis."

Kevin mengikuti arah pandang Ray dan mendapati Calvin yang sedang berbicara dengan April. Kevin ingat rumah April memang di sekitar sini, tapi Calvin yang menghentikan gadis itu untuk bicara di tempat gelap dan sepi seperti ini pasti adalah sesuatu yang lain. "Ya, itu Cal. Bersama seseorang."

"Pacarnya?"

"Mm-hmm." Kevin merebut ganja dari tangan Ray lagi dan mengisapnya. Bayangan Calvin serta merta mengabur meski masih melayang dalam kabut candunya. "Yang ini benar-benar barang bagus."

"Ya. Pacar Cal sungguh―" Ray bersiul. "Apa dia satu sekolah dengan kita?"

"Dia April. Masa kau tidak bisa mengenalinya? Dan omong-omong, bukan dia yang kumaksud sebagai barang bagusnya."

"Aku mungkin ereksi kalau sedang tidak teler. Menurutku dia hot."

"Mungkin kau memang sudah teler." Atau Kevin lah yang sebenarnya mati rasa melihat sosok April. Tapi gadis itu memang tidak cantik lagi, menurut Kevin. "Dia tidak seseksi itu. Ketika kau sadar, kau akan bertanya-tanya mengapa pernah berpikir begitu. Gadis itu hanya menghancurkan hubunganku dan Cal."

"Kau terdengar menyedihkan."

"Memang sedih." Kevin terkekeh pelan. Kemudian Ray juga ikut tertawa meski tak tahu apa yang lucu di sini. Tawa itu mengundang tawa Kevin. Mereka sebisa mungkin berusaha mengendalikan suara mereka sebelum seseorang mengetahui mereka sedang bersembunyi di sini. Alasan merokok saja sudah ilegal bagi Kevin yang masih enam belas tahun. Kalau Kevin sampai tertangkap mengisap ganja, ayahnya akan marah besar, mengingat ini tahun yang berat setelah Miranda Beverly meninggal tahun lalu setelah melawan tumor di rahimnya selama beberapa berbulan-bulan lamanya.

"Bagaimana rasanya?" tanya Ray.

"Apa? Ganja ini? Sejauh ini terbaik."

"Bukan," erang Ray. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Kevin dan tertawa-tawa. "Punya kembaran, maksudku. Melihat dirimu ada dua."

REMEMBER OURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang