4. Rasa Rindu

224 14 0
                                    

Karena setiap orang berhak memendam rasanya

🕊🕊🕊

Dengan sangat malas aku berjalan keluar dari sekolah. Sepertinya Khanza benar-benar marah. Meskipun tidak ditunjukkan secara langsung tetapi dua hari belakangan ini dia seperti menghindariku.

Dan sekarang dia tidak masuk sekolah. Kata wali kelas kami, Khanza sudah mengikuti semua mata ujian terlebih dahulu karena akan pergi ke Surabaya.

Entahlah, mungkin dia menjauh dariku atau mungkin memang benar-benar menjenguk neneknya yang sedang sakit. Rasanya ada yang kurang saat Khanza tidak ada bersamaku.

"Shila" teriak seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Alya. Dia berlari berusaha menyamakan langkahku.

"Langsung pulang atau mau kemana?" Tanyaku padanya ketika sudah berdiri di sampingku.

Sebelum masuk tadi, kami memang sempat berjanjian untuk bertemu.

"Ke lapangan dulu aja ya. Gue males pulang" ucapnya masih dengan napas tersenggal.

"Ok"

Kami berjalan beriringan menuju lapangan. Bola Basket menjadi pelampiasan kebosanan kami hari ini. Untuk masalah olahraga, kuakui kemampuanku dan Alya tidak bisa diremehkan. Sejak kecil aku memang suka hal-hal yang berbau dengan olahraga. Dan Alya, dia bergabung dalam tim inti basket putri. Segala hal yang berbau sport akan mudah ditaklukan oleh Alya.

"Tumben lo sendiri La, si Khanza kemana?" Tanya Alya dengan mendribling bola kearah ring kemudian melemparkanya. Dan, tepat sasaran.

"Ngga masuk. Dia ke Surabaya" jawabku.

Alya menghentikan kegiatanya, menatap heran kearahku. "Kok bisa ke Surabaya? kan masih UAS"

Aku mengendikkan bahuku kemudian melempar bola yang kupegang kearah ring, tetapi gagal.

"Emang ngapain sih ke Surabaya? Perasaan sering banget deh dia ke Surabaya?" Tanya Alya dengan bingung.

"Ya, nenek kakeknya kan di surabaya, ngga mau pindah. Jadi ya dia sering jengukin gitu. Dan kali ini dia kesana karena neneknya sakit. Kata bu Marta sih gitu. Orang udah gue telponin ngga di angkat"

Alya mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali fokus pada bola yang sedang di dribbling.

"Terus UASnya gimana La?"

"Dia udah ikutan UAS duluan. Semua mapel"

"Wuih, kok bisa ya?" Tanyanya dengan menggelengkan kepala kagum.

"Orang pinter, ya bebas dong"

Dug. Alya melempar bola basket yang ada di tanganya kearahku, dan mengenai kepalaku.

"Mentang-mentang ya kalian pinter, ikut akselerasi, biasa aja dong jangan sombong"

"Sialan lo"

Alya memang temanku dan Khanza. Tetapi kami tidak satu kelas. Dia ada di IPA 3 sedangkan aku dan Khanza di IPA 1. Kami dekat karena sering latihan basket dan futsal bareng. Sama-sama pecinta olahraga. Dan karena aku dan khanza sudah sahabatan lama, akhirnya Alya juga menjadi akrab dengan Khanza. Dia termasuk anak yang mudah bergaul.

"Lo masih mau main?" Tanyaku saat kurasa kami telah menghabiskan banyak waktu untuk bermain basket.

"Lo pulang aja dulu, gue masih mau disini" jawabnya dengan melangkah kearah bangku yang disediakan di pinggir lapangan.

Aku ikut menghampirinya dan duduk disampingnya. Menyodorkan air yang kuambil dari dalam tas.

"Lo ada masalah?" Tanyaku to the point.

ASHILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang