Terkadang sebersit kenangan, bisa menjadi celah rasa rindu yang telah terlupa
🕊🕊🕊
Aku sangat bersyukur selama Nenek berada di rumah ini, tidak ada hal buruk yang terjadi. Meskipun kami tak saling tegur sapa, aku merasa senang karena Nenek mau duduk semeja denganku saat makan malam bersama. Suatu kemajuan untuk hubungan kami.
Selama ini Nenek memang bersikap acuh padaku. Tapi aku yakin, masih ada rasa sayang untukku di hatinya. Dan semoga suatu saat nanti Nenek akan kembali memperlakukan aku seperti cucunya. Seperti dulu ketika Bunda masih ada.
Meskipun sering disindir dan ditatap dengan sinis, tetapi aku tetap berusaha mendekat pada Nenek. Berusaha bersikap sebaik mungkin untuk meluluhkan hatinya.
"Aku balik ke Jogja dulu ya." Pamit Kak Aisyah padaku.
Aku memeluknya dengan sangat erat. Seolah-olah ini adalah pelukan terakhir yang dapat kurasakan. Aku menyayanginya. Sangat.
"Hati-hati Kak. Sering-sering pulang." Ujarku padanya.
Ya, hari ini keluarga dari Jogja pulang. Termasuk Kak Aisyah. Aku, Kak Tian dan Mbak Rahma mengantar kepergian mereka sampai jalan depan rumah. Melambai pelan.
"Sepi ya." Ujar Mbak Rahma pelan.
"Udah biasa Mbak. Alhamdulillahnya sekarang ada Mbak, aku enggak kesepian lagi."
"Bisa aja kamu."
Tak lama suara klakson motor terdengar nyaring di depan rumah. Teriakan seorang perempuan membuatku tersadar akan satu hal. Aku melihat jam dinding sebelum beranjak dari dudukku. Berlari ke kamar, meraih ponsel dan tas selempang kecil yang biasa kugunakan.
"Mau ke mana?" Tanya Mbak Rahma heran.
"Aku keluar bentar, ada janji sama temen Mbak. Bilngin Kak Tian ya." Pamitku segera berlari ke luar rumah menghampiri Alya.
Kemarin aku sudah membuat janji dengan Marko dan Alya untuk kumpul bersama anak basket di salah satu cafe. Sebenarnya aku merasa tak nyaman saat harus bergabung dengan anak basket yang hampir semua laki-laki. Tapi, rasa tidak enak lebih mendominasi. Yang membuatku memutuskan utuk menemui mereka. Mungkin sesekali tak apa.
"Lupa kan lo?" Tebak Alya.
"Sorry, keluarga dari Jogja baru aja pulang. Nggak mungkin kan gue pergi ." Ujarku membela diri.
"Lo tuh ditunggu dari tadi."
"Udah rame ya?" Tanyaku penasaran.
"Iyalah. Kasian si Mega cewek sendirian dia di sana."
Alya mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Membuatku memejamkan mata rapat.
"Gila lo, mau bikin gue mati ketakutan." Protesku saat sampai di cafe.
"Memburu waktu." Jawabnya singkat dan langsung melangkah meninggalkanku.
"Akhirnya datang juga princess Ashila." Ujar Marko heboh.
Aku mendelikkan mata dan mengangkat kepalan tangan ke arahnya.
"Kangen sama bogeman gue ya lo?"
"Lebih kangen lagi sama orangnya. Sombong amat lo jarang nongol kalo ada kumpul-kumpul." Sahut Hilmi datar.
Aku tidak menanggapi, menarik kursi dan memilih duduk di samping Alya. Membuka menu makanan yang ada di meja.
"Sibuk apa sih lo?"
"Biasa, lo tahu sendiri kan mahasiswa sibuknya kayak apa." Ujarku tanpa menoleh.
"Halah, sok banget lo. Kita di sini juga mahasiswa kagak sibuk-sibuk banget." Jawab Marko sewot.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHILA
Random"Kita selesai baik-baik. Maaf kalau aku menorehkan luka pada hatimu. Tapi percaya, aku tak pernah main-main. Kelak bila kita berjodoh, apapun rintangannya kita akan tetap bersatu." "Pergilah, aku ikhlas. Temukan dirimu yang sesungguhnya. Bila meman...