29. Hari Bahagia 2

81 9 0
                                    

Sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan dan harapkan bisa saja datang dengan tiba-tiba

🕊🕊🕊

Pagi-pagi sekali aku sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Rasanya aku mendapat energi positif entah dari mana. Hingga di pagi hari yang ceria ini semangatku seakan membara.

"Dek, kamu pesen barang online?"

Aku menatap Kak Tian bingung. Dan menggelengkan kepalaku. Memang sih aku lumayan sering membeli barang melalui online shop.

"Aku nggak beli apa-apa kok. Emang kenapa?"

"Tadi ada kurir nganter barang. Udah Kakak taruh di kamar kamu." Ujar Kak Tian kemudian meninggalkanku dengan membawa satu piring nasi goreng.

Karena sangat penasaran aku segera berlari ke kamar dan melihat sebuah bingkisan kotak di atas kasur. Padahal aku sangat yakin kalau tidak memesan barang apapun.

Saat kulihat memang benar, ada namaku dan alamat rumah ini. Tetapi tidak ada nama pengirimnya, membuatku sedikit ragu untuk membukanya. Kali-kali orang iseng ataupun hadiah jebakan dari orang-orang yang tak suka.

"Dari siapa dek?" Tanya Kak Tian yang duduk di sofa depan.

"Nggak tahu Kak, nggak ada nama pengirim." Ujarku ikut duduk di sebelahnya dan menyuapkan nasi goreng yang sudah berada di meja. Kakakku memang terbaik.

"Udah kamu buka?"

"Belum, nggak berani Kak. Entar malah kayak yang di sinetron, isinya surat ancaman atau yang macem-macem." Jawabku dengan bergidik ngeri.

"Kebanyakan nonton jadi gini. Siapa tahu dari temen kamu kado ulang tahun. Siapa? Alya sama Marko mungkin."

Kemungkinan itu memang ada. Tetapi seingatku, aku tidak pernah mendapat kado dari mereka berdua. Biasanya hanya ucapan selamat dan kita pergi makan-makan di luar.

"Buka aja dulu, jangan mikir aneh-aneh."

Selesai sarapan aku kembali ke kamar untuk mengambil tas sekolahku. Tetapi pandanganku terhenti pada paket yang masih kuletakkan di atas kasur. Karena penasaran, aku memutuskan untuk membukanya. Masih tidak ada nama pengirim, isinya kotak sepatu yang dilapisi bubble wrap. Kelihatan sekali kalau ini sepatu. Aku jadi sedikit lega karena meyakini bahwa ini adalah kado. Meskipun belum tahu dari siapa.

"Ayo berangkat dek."

"Iya Kak bentar."

"Kamu buka paket tadi ya?" Ujar Kak Tian yang sudah berdiri di pintu kamarku.

"Belum, nanti aja pas pulang sekolah. Sepatu kayaknya."

"Ya sudah ayo berangkat."

Meskipun sangat penasaran, aku tetap tidak membuka kotak itu dan memilih untuk berangkat sekolah.

Setibanya di sekolah, aku sempat berpapasan dengan Marko. Dia terlihat sedikit berbeda. Menyapa Kak Tian dan pergi begitu saja. Padahal biasanya dia akan banyak bicara padaku. Aku tidak ingat kalau punya salah padanya sampai dia mendiamkanku seperti itu.

Saat jam istirahat juga sama. Aku bahkan tak bisa menemukan Alya dan Marko. Entah di kelasnya, kantin atau di lapangan mereka tak bisa kutemukan. Mereka berdua seakan sengaja menghindariku.

Saat pulang sekolah kuputuskan untuk menunggu Marko dan Alya. Duduk sendiri menatap lapangan yang terlihat kosong. Biasanya kami selalu menyempatkan untuk bermain basket. Rasanya sudah lama sekali tak melakukan hal tersebut.

"Siapa ini?" Tanyaku saat ada tangan yang menutup kedua mataku.

"Surprise!" Teriak Marko dan Alya di kedua telingaku.

Aku kaget. Dan berusaha menutup kedua telingaku yang terasa berdengung akibat ulah mereka berdua.

"Gila. Gue bisa budeg." Ujarku tak terima. Tetapi mereka malah tertawa lebar.

"Selamat ulang tahun. Sorry banget telat ngucapinnya. Harusnya kemarin. Tapi nggak sempet." Ujar Alya yang memelukku erat.

"Sweet banget kalian. Ikutan dong." Ujar Marko dengan merentangkan kedua tangannya.

Dengan gesit Alya langsung menoyor kepala Marko. Membuat sang pemilik kepala mengerucutkan bibirnya kesal. Melihat tingkah Marko membuatku dan Alya menertawakannya. Hal sederhana ini yang selalu kurindukan.

"Selamat ya Shil, semoga lo selalu bahagia." Ujar Marko dengan raut wajah yang terlihat sangat bersahabat.

"Thanks kalian berdua. Makin sayang." Ujarku dengn gaya kubuat seimut mungkin. Membut Alya melepaskan pelukannya dn Marko berlagak seakan ingin muntah.

"Karena hari ini masih dalam rangka Shila ulang tahun, jadi kita makan-makan di bayarin Marko." UjarAlya dengan heboh.

"Eh kok gue?"

"Marko baik deh." Ujarku dan Alya bersamaan.

Dengan segala bujuk dan rayuan, akhirnya kami bertiga pergi ke salah satu cafe.

"Biar gue yang bayar. Kan gue yang lagi ulang tahun." Kataku saat Marko hendak mengeluarkan dompetnya.

"Nggak papa Shil, gue aja." Cegah Marko.

"Udah, gue lagi ada rezeki lebih. Gue aja." Ujarku langsung memberikan uang dua lembar seratus ribuan kepada mas-mas kasir.

"Habis dapet apaan lo?" Tanya Alya saat kami sudah duduk di kursi ujung.

"Menang lomba cerita juara dua. Lumayanlah hadiahnya buat jajan sebulan." Jawabku asal.

"La, sorry ya gue sama Marko nggak bisa ngasih apa-apa. Kita cuma bisa doain yang terbaik buat lo. Kita juga bakalan tetep jadi sahabat lo. Maaf ya."

"Nggak papa. Kalian mau jadi temen gue, bahkan sahabat gue udah seneng banget. Makasih udah mau nerima gue sebagai sahabat kalian." Ujarku dengan dengan menunjukkan kedua tanganku yang berbentuk love.

"Halah drama." Ujar Marko muak dengan tingkahku.

Kami menghabiskan waktu untuk berbincang di cafe cukup lama. Tertawa membahas banyak hal. Hingga tepat setelah adzan ashar baru pulang.

Saat masuk ke dalam kamar, kotak sepatu dengan bubble wrap menjadi pusat perhatianku. Sudah tidak sabar untuk membukanya.

"Hah."

Tawaku langsung menyembur saat isinya bukan sepatu. Melainkan jaket parka warna abu tua dengan size cukup besar. Bisa-bisanya disimpan dalam kotak sepatu. Membuatku salah sangka.

"Avan." Gumamku saat melihat ada surat kecil yang dilipat di dalamnya.

Selamat ulang tahun adenya Kak Tian yang cantik. Selamat berkurang umur. Semoga di tahun ini kamu bisa menjadi seseorang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Jaga kesehatan.
Salam rindu,
Avan

Aku tersenyum membaca surat singkat dari Avan. Segera kuraih ponsel yang masih tersimpan di tasku dan langsung menghubunginya. Namun berkali-kali tidak ada jawaban. Sepertinya dia sangat sibuk sampai meninggalkan ponselnya.

Akhirnya kuputuskan untuk mengirim pesan singkat. Ucapan terima kasih dan ungkapan rindu padanya.

Aku tidak menyangka kalau Avan mengingat hari ulang tahunku. Kupikir karena jauh dan sangat sibuk dia akan lupa. Namun lagi-lagi aku salah. Dia mengingatnya, bahkan sampai mengirim kado untukku.

TBC

Selamat malam, selamat membaca
Salam rindu dari saya


Tegur aku bila apa yang kutulis salah

Sebaik-baiknya bacaan adalah al-Quran

29-08-2020
nenins

ASHILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang