10. Inikah Saatnya?

126 11 0
                                    

semua yang terjadi di dunia sudah menjadi takdir Allah. Dan setiap manusia memiliki ceritanya masing-masing

🕊🕊🕊

Aku berdiam diri cukup lama di dalam masjid. Merenungkan hidupku yang selama ini sangat jauh dari Allah.

Kadang yang aku herankan, kenapa Allah harus mengujiku seperti ini? Membuatku menjauh darinya.

Namun lagi-lagi aku harus ingat, bahwa aku hanyalah salah satu pemeran yang harus bernasib seperti ini.

Lucu memang. Sama halnya seperti sinetron, ada pemeran utama dan juga pemeran pendukung. Lalu pertanyaanya berperan sebagai apakah aku di bumi ini?? Yang jelas pertanyaan itu hanya Allah yang tau jawabanya.

Kulangkahkah kakiku menghampiri laki-laki yang tengah duduk di depan masjid sambil menatap gemerlap bintang di malam ini.

"Udah selesai?" Tanya laki-laki itu, siapa lagi kalau bukan kak Tian.

"Sudah" jawabku sambil duduk di sampingnya. Mengikuti arah pandangnya.

"Indah ya kak"

Kak Tian mengangguk kemudian menoleh kearahku. Menungguku melanjutkan kalimat.

"Iya indah, karena Allah bahkan tidak membiarkan satupun tempat di bumi ini terabaikan" jawabku masih menatap kearah langit.

"Maksud kamu apa sih?"

"Bahkan langit yang tidak bisa kita jangkau pun dapat menjadi penghibur di bumi ini. Dengan adanya bintang yang bertaburan menghiasi malam" ucapku.

Kak Tian tersenyum sekilas kemudian menarik kepalaku untuk bersandar di bahunya. Kegiatan yang sudah lama tidak kurasakan.

"Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan?" Kata kak Tian pelan.

Aku tertawa pelan. "Suran Ar-rohman dong"

Kak Tian ikut tertawa. "Allah itu maha baik. Disiang hari Allah memberikan cahaya yang luar biasa dasyatnya, matahari. Dan di malam hari Allah mengganti matahari dengan bulan. Memang, bulan tak seterang matari, namun Allah masih memberikan bonus keindahan berupa bintang yang menghiasi langit"

Aku menganggukkan kepalaku.

"Kak, boleh aku nanya sesuatu?" Kataku pelan. Menatap kearah mata kak Tian.

"Boleh. Nanya apa?"

"Kenapa kakak mau maafin aku?" Tanyaku seraya menundukkan pandanganku.

Lama. Kak Tian hanya diam. Kemudian menghembuskan napasnya perlahan.

"Seharusnya kamu nggak nanya gitu. Karena sekalipun kakak ngga pernah marah ataupun benci sama kamu"

Aku kembali menatap kak Tian. Matanya menyiratkan rasa bersalah.

"Lalu kenapa selama ini kakak menjauh dariku? Selalu menghindar dariku?" Tanyaku tidak puas dengan jawaban yang diberikan kak Tian.

"Oh ya? Masa sih?" Tanyanya dengan senyum yang demi apa aku pengen nabok wajah kak Tian.

"Kaak, serius"

"Kamu ngga salah Shila. Dalam kasus keluarga kita ngga ada yang salah. Ini semua murni takdir dari Allah. Ujian, yang harus kita hadapi"

Aku terdiam mendengar ucapan kak Tian. Aku tau ini semua adalah takdir. Tapi disetiap takdir pasti ada sebab dan akibat. Dan semua ini terjadi karenaku. Karena tindakan cerobohku saat kecil dulu.

"Kamu salah Zahra kalau selama ini berpikir kami semua membencimu. Kami sangat menyayangimu. Sangat" kata kak Tian menekankan setiap katanya.

"Tapi semua terjadi karena aku" kataku pelan.

ASHILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang