Satu kejadian tak terduga mampu mengubah segala ekspektasi
🕊🕊🕊
Langkahku semakin lebar saat tempat yang kutuju sudah terlihat. Dari jauh dapat kulihat dua orang tengah duduk dengan ponsel di tangan masing-masing. Senyumku terbit saat keduanya tak ada yang menyadari kehadiranku. Game benar-benar bisa mengalihkan segalanya.
"Assalamualaikum." Ucapku mencoba mengembalikan mereka berdua pada dunia nyata.
"Waalaikumsalam. Telat 28 menit, ah 29 menit. Hampir setengah jam." Ucap Alya tampa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Maaf, macet." Jawabku asal.
"Segala macet. Mana ada woi Tuban macet. Lo pikir Jakarta." Protes Marko.
"Yes menang." Teriak Alya girang.
"Eh gak adil, ulang-ulang."
"Salah sendiri lo nggak fokus." Ledek Alya seraya mengangkat tangannya tinggi. Memperlihatkan bahwa dialah pemenangnya.
"Elo sih Shil, kalah kan gue." Ujarnya kembali protes padaku.
"Kok gue? Jadi gue nih yang disalahin. Ok gue pulang aja, kalian main game aja terus berdua." Ujarku berpura-pura merajuk dan hendak pergi dari hadapan mereka.
"Halah sok-sokan ngambek lo. Duduk."
Aku tersenyum kemudian langsung duduk di samping Alya, bergelayut manja di tangannya seolah aku adalah anaknya. Selalu seperti ini saat bersama Alya. Karena entah kenapa aku merasa terlindungi saat bersamanya.
"Agenda kita hari ini apa?" Tanyaku pada Marko dan Alya.
"Makan sama jalan-jalan." Jawab Marko serius.
"Ok rapat selesai, kita langsung berangkat ke?" Tanyaku tak tahu tujuan.
"Goa Akbar." Jawab Marko.
Menelusuri kota Tuban adalah kegiatan rutin kami. Hanya untuk mengisi kegiatan saat bertemu. Mungkin juga untuk mendapatkan foto yang memorable. Sebagai kenangan kelak, bahwa pertemanan kita sedekat itu dan sangat menyenangkan.
Dulu ketika bertemu kami selalu pergi ke satu tempat yang sama. Pantai Boom, pantai sejuta kenangan. Namun, karena dipikir sudah terlalu sering akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi setiap wisata yang ada di kota Tuban. Mengulik lebih banyak tentang kota ini. Tuban bumi wali.
"Senangnya hidupku." Ujar Marko yang tiba-tiba tersenyum aneh ke arah aku dan Alya.
Tiga tiket masuk sudah berada di genggaman tangannya, namun dia tak kunjung memberikannya pada petugas yang berjaga di depan pagar.
"Kasih Markonah, di tunggu sama Bapaknya." Ujar Alya menyenggol lengan Marko.
"Kenapa sih lo senyum-senyum, enggak jelas banget." Ujarku yang sudah mulai risih dengan tingkah aneh dari Marko.
"Masa tadi ada yang bilang kalau gue keren bisa punya dua cewek sekaligus, mana akur lagi. Kan jadi terngiang-ngiang seandainya jadi nyata."
Mendengar penjelasan dari Marko membuatku dan Alya menganga tak percaya, kemudian kami bertiga tertawa. Mana mungkin hal itu akan terjadi. Sekalipun bisa terjadi, jelas perempuannya bukan aku dan Alya. Hei, kami bukan tipe perempuan gampangan yang mudah menaruh hati pada lelaki.
"Sorry nih, gue masih waras buat wujudin angan gila lo." Ujar Alya bergidik ngeri.
"Kalau Alya ogah apalagi gue." Sahutku sembari tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHILA
عشوائي"Kita selesai baik-baik. Maaf kalau aku menorehkan luka pada hatimu. Tapi percaya, aku tak pernah main-main. Kelak bila kita berjodoh, apapun rintangannya kita akan tetap bersatu." "Pergilah, aku ikhlas. Temukan dirimu yang sesungguhnya. Bila meman...