-06- [Painful]

3.6K 373 3
                                    

Happy Reading...

Praaang!!

Lagi-lagi suara itu terdengar, untung aja anak-anak belum pulang. Sebab, ayah sama bunda kembali bertengkar.

"Aku sudah bilang berapa kali ten? Ini tuh gak bener! Tadi aku sempat cari johnny. Tapi bajingan itu pergi entah kemana...-cukup! Jangan mencari alasan" ten memotong cepat ucapan taeyong.

"Kamu yah! Bener-bener keras kepala! Kenapa kamu gampang percayaan sama bajingan itu? Lagian kalau aku pergi pun kamu tau siapa orangnya?"

Ten diam. Mulai terisak..

"Keputusan sudah bulat, sekarang kamu pilih kita berhubungan tapi pisah atau sekalian cerai?" ten mengatakannya dengan nada terkesan dingin.

"Apa maksud kamu?!" taeyong membentak.

"Tidak ada pisah! Apalagi cerai! Kamu gak mikirin nasib anak-anak?!" lanjut taeyong.

"Mereka tetap terhubungkan lewat telfon"
"Ck, egois kamu!"

"Baiklah, setelah porseni disekolah mereka aku akan kembali kethailand membawa haechan dan jeno!"

"Apa maksudmu?! Memisahkan mereka! Aku mau mereka tetap bersekolah disini!" bentak taeyong.

"Kalau begitu aku akan membawa haechan saja! Titik." final ten dengan tangisnya yang sudah pecah sedaritadi.

"Sesudah memisahkannya dengan mark, kau mau memisahkan jeno dan haechan?! Bener-bener egois yah!"

"Kamu mau itu kan? Jaga aja mereka sama pacar baru kamu itu!" ten meninggalkan taeyong keluar rumah, menyisahkan taeyong dengan dendam dan rasa bersalahnya.

"Sialan kau johnny! Kenapa kau membalasku seperti ini?!" taeyong frustasi, ia memasuki kamarnya dengan bantingan pintu yang amat keras.

Tapi, sejak perkelahian mereka berdua. Ada seseorang yang memerhatikan mereka sambil menangis. Dia adalah MARK.

Ia memilih meninggalkan rumah setelah ten keluar dari rumah....

[Spatium Vitae]

Saat itu jeno dan haechan baru saja pulang pukul 8 malam karna tugas-tugas mereka disekolah.

Jeno baru saja membuka pintu rumah dan keadaan benar-benar gelap.

"Kemana semua orang?" tanya jeno, lalu menyalakan saklar lampu. Dilihatnya Vas bunga sudah pecah berserakan dilantai.

"Kak, ini bukan perbuatan ayah sama bunda kan?" haechan menatap jeno sambil menggigit bibir bawahnya takut.

"Ini bukan mereka, ayo kita bereskan." ucap jeno mencoba menenangkan haechan dengan mengelus surainya lembut.

Haechan mengangguk, mereka menyimpan tas mereka disofa dan mulai bekerja. "Biar kakak yang bersihin serpihannya, kamu masak makan malam yah sebelum ayah sama bunda pulang." ucap jeno yang diangguki haechan.

"Oh iya, bang mark kemana yah kak? Perasaan dia pamit pulang duluan deh?" tanya haechan sembari mengaduk nasi goreng yang ia buat.

"Kakak gak tau, mungkin bentar lagi abang pulang."


Cklekk...

"Ayah? Dimana bunda? Biasanya kan kalian pulang bareng?" tanya haechan saat ayahnya baru membuka pintu, Wajahnya terlihat sembab.

"Ayah habis nangis, yah?" ujar jeno mendekati sang ayah dan menangkup wajahnya, Memperhatikan setiap sisi wajah sang ayah.

Sang ayah menggeleng, "Tidak apa sayang, ayah cuma kecapean."

"Awhh!.." jeno dan ayah menatap kearah dapur.

"Kenapa dek?" mereka berlari menghampiri haechan. Ayah menarik tangan adek yang terluka.

"Wajannya panas yah..." lirih haechan.

"Tunggu yah, kakak ambilin salep" seru jeno lalu berlari kekamar mengambil kotak obat.

Setelah jeno menghilang dibalik pintu, keadaan kembali hening. Sampai...

"Ayah...beneran mau pisah sama...bunda?"

Degg...


Jangan lupa votementnya 😚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votementnya 😚

Spatium Vitae || NCT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang