Baca dengan baik! Ini end!!
Warn: typo bertebaran
Happy Reading😘😘Hari ini haechan akan menjalani kemo nya pukul 7 pagi. Semua sudah siap daritadi, tinggal menunggu sang ayah yang masih bersiap.
Ten menyisir rambut haechan dengan rapi sedangkan mark melakukan hal yang sama pada jeno.
"Bun, adek belum siap" ucap haechan dengan mode cemberut.
"Sayang, Kau pasti bisa, ini yang terakhir ok" jelas ten berusaha menghilangkan rasa takut pada anaknya.
"Ini bukan yang terakhir bun, minggu depan kan ada kemo lagi!" kesal haechan.
"Apa yang adek takutin? Bukannya ini demi kesembuhan adek?" tanya mark tiba-tiba.
"Kemo bukan soal menyembuhkan tapi tentang memperpanjang waktu! Bisa saja kemo yang adek lakuin cuma sia-sia" jelas haechan lalu menunduk.
"Jangan pesimis, selagi tuhan berkehendak semua pasti baik-baik saja. Ini cuma ujian, adek diuji oleh tuhan. Seberapa sabar adek dalam menjalani ujian ini" jelas jeno juga.
Hal-hal seperti inilah yang kadang membuat haechan bersemangat. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kebahagiaan keluarga nya.
[Spatium Vitae]
Haechan sudah memulai kemonya beberapa menit yang lalu. mark, jeno serta ten menunggu haechan dari luar.
"Bun. semoga adek bisa sembuh ya? Perkataannya tadi membuatku takut" ucap mark. Ten mengangguk.
"Kau sendiri yang meyakinkannya kan? Dia pasti sembuh" ucap ten lagi.
"Mana haechan?!" suara orang yang baru saja datang. Sudah jelas itu renjun.
"Dia masih kemo renjun" ia mendudukkan dirinya disamping jeno tanpa sadar.
"Eh! Jeno hehehe" renjun terkekeh disamping jeno.
"Tidak apa duduk saja" renjun mengangguk.
"Jadi...kau masih berpacaran dengan jaemin?" tanya renjun ragu. Jeno menatap sang pacar kedua? Lalu mengangguk.
"Aku juga masih resmi denganmu kan?" tanya jeno membuat pipi renjun kembali memerah.
"Apaan sih!" "masih sempetnya ya kalian" sinis mark dari arah lain.
Cklekkk....
Pintu dibuka menampilkan haechan diatas kursi roda dengan taeyong yang mendorong kursi roda tersebut.
"Sudah selesai?" tanya ten. "Ayo kekamar dulu" ucap taeyong. Haechan hanya terdiam tak mengucap sepatah kata pun.
[Spatium vitae]
08.30 malam
Semua berkumpul untuk makan bersama, bahkan disana masih ada renjun.
"Hueekk..." haechan mulai merasakan reaksi dari kemo pagi tadi. Kepalanya mulai pusing.
Renjun dengan sigap mengambil baskom dibawah brangkar haechan.
Haechan memuntahkan cairan hijau begitu banyak. Mark pun ikut membantu memijat tengkuk sang adek.
Jeno terlihat khawatir. Ia mau menangis saja rasanya.
"Bun.." jeno memeluk erat sang bunda. Taeyong datang memberikan haechan air.
"Tidak apa kak, Adek bukan satu kali mengalami ini, ini efek dari kemo tadi" jelas ten menenangkan jeno.
Bersyukurlah karna ada renjun yang selama ini disamping haechan saat taeyong, jeno dan mark tidak ada disampingya.
"Kau istirahat saja dulu kalau kepalamu masih pusing" ucap renjun. Membantu tubuh haechan kembali berbaring.
Tidak apa haechan! Ini yang terakhir.
Batinnya.
07.59 pagi.
Semua terbangun. Ayah serta bunda menyiapkan barang barang yang haechan punya.
Haechan sudah mengalami banyak penyiksaan semalam. Ia terus memuntahkan cairan hijau bahkan sampai makanannya, ia juga smpat mengalami mimisan. Untung saja mark dan taeyong selalu membantunya dengan ten dan jeno yang selalu mengeluarkan kata-kata semangat untuknya.
"Kau sudah baikan?" tanya jeno lalu duduk diujung brangkat sang adik. Haechan mengangguk. Kali ini jeno mengambil sisir dan mulai menyisiri rambut haechan.
"Rambutku sering rontok akhir-akhir ini" cerita haechan. Benar saja, saat jeno menarik sisir dari rambut haechan, beberapa helai rambut ikut menempel disisirnya. Cepat-cepat jeno membuang helai rambut itu agar tidak ketahuan.
"Kau tidak akan botak bodoh! Aku punya vitamin penumbuh rambut" haechan hanya menatap malas sang kakak.
[Spatium vitae]
"Sudah sampai! Disini lah aku tinggal bersama haechan" ten merangkul pundak haechan yang sekarang sedang duduk dikursi roda.
"Bagus, Wah!" jeno melangkah menuju tanaman hias yang terpajang Indah dihalaman rumah sang bunda.
"Sekarang adek gak perlu khawatir, kita sudah kembali seperti dulu, keluarga kita gak bakal hancur lagi. Dan adek bakal sembuh, kakak juga. Keluarga kita akan kembali normal" jelas taeyong saat mereka semua berkumpul diruang keluarga.
"Sepertinya kalau sembuh nanti haechan tidak akan normal" cibir mark membuat haechan menggeram kesal.
"Gak boleh jahat bang sama adek" ok jeno membela membuat senyum haechan kembali tersungging.
"Lihat! Kakak saja belain adek, udah sih kalau abang gak suka minggir aja sana!"
Yah seperti inilah mereka. Kembali bertengkar adu bacot. Mark yang selalu membully haechan dan jeno yang selalu membelanya. Haechan merasa sempurna dengan keluarganya.
Ten dan taeyong pun kembali seperti dulu "besok-besok jangan gampang percaya lagi sama orang!" taeyong mencolek hidung ten. Kini mereka duduk disofa tepat dihadapan ketiga anaknya sambil merangkul.
"Tidak akan! Keluarga kita akan selalu harmonis, Dan maaf kalau aku egois sebelumnya" taeyong mengangguk ia tidak tahan melihat tingkah manis ten. Rasanya ingin cium saja.
"Aku ingin mencoba lagi" ucap taeyong membuat ten bingung. "Apa?!" tanya ten, perasaannya tidak enak sekarang.
"Menciummu!" taeyong mencium bibir ten secara tiba-tiba membuat jantung ten berdetak tidak karuan sekarang.
"Awhh... Pemandangan apa yang kalian buat" mark menutup mata kedua adiknya. Matanya pun ikut menutup.
Cepat-cepat ten menjauhkan dirinya dari taeyong dan memukul dadanya. "Kau! Boleh saja kau melakukannya. Tapi tidak didepan anak-anak juga!"
Keluarga lee yang bahagia kembali seperti dulu....mereka hanya tinggal membuat kenangan baru saja.END
Yaampun beneran end dong 😭😭
Eitss tahan dulu! Masih Ada Bonchap☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Spatium Vitae || NCT
Fanfiction[Complete✔] -we don't know how everything changes quickly. separated is not a small problem. ;a story about jeno and haechan twin brothers who had to be separated because of a parent dispute Cast : -lee taeyong. -ten -mark l...