🍓Empat🍓

2.4K 334 180
                                    

"Bagaimana kalau panggil pengacara?" Seokmin memberi saran lagi. Mingyu menatap heran pada sahabatnya, minta bantuan polisi saja dianggap memberi laporan aneh karena menyangkut masalah keluarga, kini kalau menuruti saran Seokmin lapor ke pengacara pasti akan disepelekan lagi.

Seokmin hanya memperlihatkan deretan gigi rapi kebanggannya.

Mingyu menarik nafas dengan permasalahan yang terjadi. Dia terus memikirkan kenapa kakaknya memberi bom berupa Wonwoo pada dirinya.

"Siapa dia sebenarnya? Kenapa Seungcheol hyung memberi kepercayaan padanya?" Mingyu mengetuk jemarinya di meja kafe.

"Bagaimana kalau kamu coba hubungi kakak kamu lagi?"

"Dia mengatakan akan pergi beberapa hari." Mingyu terlihat putus asa dan mulai memijat pelipisnya, kepalanya sangat sakit.

"Kenapa kamu tidak datang ke kantornya? Setidaknya sekretaris atau pegawai lainnya tahu kemana kakak kamu pergi."

"AHA!!!" Mingyu menggebrak meja dan sempat membuat Seokmin terperanjat karena terkejut. Beberapa pengunjung lain ikut menoleh ke arah Mingyu dan Seokmin.

"Ayo sekarang kita kesana! Tidak salah aku minta bantuanmu!"

"Hahahaha siapa dulu! Lee Seokmin!" Balas Seokmin bangga, berjalan berdua keluar dari kafe menuju mobilnya. Mingyu berharap ada penjelasan lainnya yang ia dapat.

Mingyu lagi-lagi harus menelan kekecewaan, Seungcheol benar pergi ada urusan bisnis dan sekretarisnya tentu ikut serta. Pegawai lain pun tak ada yang memberi jawaban pasti, kemana Seungcheol pergi.

"Ayolah, kalian bisa tanya pada Nona Park bukan? Dia pergi kemana?" Mingyu memohon pada salah satu karyawan untuk menghubungi Nona Park selaku sekretaris kakaknya.

"Maaf, tapi aku tidak akrab dengannya. Dan dia juga orang yang tertutup jarang bergaul dengan karyawan lain."

Dunia terasa mau runtuh rasanya, Mingyu bingung harus mencari penjelasan kemana lagi. Ia mencoba menghubungi kembali sang kakak namun tetap belum bisa tersambung.

Seokmin hanya terdiam menatap dengan iba, Mingyu yang tidak bisa masuk ke dalam rumahnya sendiri, Mingyu yang tidak membawa uang, bahkan bensin mobilnya belum diisi lagi, sementara saat ini parkir di rumah Seokmin.

"Gyu, kita pulang saja. Aku lapar belum makan."

"Kamu masih bisa makan Seok?"

"Yak, setidaknya kita isi tenaga dulu. Ayolah, kita makan di rumahku saja." Seokmin merangkul pundak sahabatnya itu untuk segera keluar dari kantor Seungcheol.

"Kita ke restoran biasa saja." Mingyu merengek.

"Eih, di rumah saja lebih hemat dan bersih!" Canda Seokmin dan sukses membuat Mingyu tertawa.

"Baiklah. Seok, aku tinggal di rumahmu ya." Ucap Mingyu memelas.

"Oh astaga, aku paham. Ayo! Nanti malam aku yang traktir."

"Hehehe itu baru teman!" Seketika wajah Mingyu berubah ceria seolah melupakan masalah yang menimpanya.

"Iya, kapan lagi kita menikmati hidup?"

Bagi Mingyu dan Seokmin, mencari hiburan malam adalah kegiatan wajib. Keduanya sudah bersahabat sejak masa kuliah.

Seokmin tak ada bedanya dengan Mingyu, ia putra seorang pengusaha namun pikirannya masih belum fokus untuk membantu ayahnya di perusahaan.
Setiap harinya ia sering menghabiskan waktu bersama Mingyu. Tak jarang pula sang ayah memarahi putranya.

🍓🍓🍓

Lama-lama Mingyu bosan sendiri, walau ia sudah menganggap Seokmin seperti saudaranya sendiri namun menginap berhari-hari cukup membuat ia merasa tidak nyaman.

Personal Assistant ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang