"Aku lebih merindukan suara tawa mu dari pada suara tangis mu yang membuatku resah."
--------------------------------------------------
Be Silent Readers...
Votment.Pagi ini Keana berjalan menyusuri koridor. Tidak seperti biasanya datang sepagi ini, bisa dikatakan Keana adalah murid yang paling sering datang terlambat, entah setan dari mana yang merasuki tubuh gadis itu hingga dia datang sepagi ini.
Sembari berjalan menuju kelas Keana memainkan ponselnya sepanjang perjalanan hingga dirinya tanpa sadar menabrak seseorang, dahinya membentur lumayan keras.
Keana mengumpat sembari memejamkan matanya kesal.
"Aduh... Nabrak apaan gue? Keras amat, jidat gue jadi sakit," ringis Keana tanpa peduli apa yang dia tabrak.
Keana masih saja mengelus dahinya yang terasa sakit. Kepalanya yang tertunduk tak sengaja menatap sepasang sepatu berdiri di depannya membuat gadis itu langsung mendongak cepat.
Aduh! Pasti gue nabrak orang, batin Keana.
"Ngapain lo nabrak gue? Mau modus atau sengaja?" ucap cowok itu sedikit mencondongkan badannya ke arah Keana. Senyum cowok itu tampak menyebalkan dimatanya.
Sontak Keana memundurkan diri yang langsung ditahan oleh cowok itu dengan tangan kananya yang ia letakan di belakang kepala Keana. Keana lantas memejamkan matanya sejenak.
Gafa, teman seangkatan dengan Keana, mereka seperti tom and jerry dan selalu bertolak belakang sifatnya jika sudah bertemu.
Keana menatap seseorang yang berdiri di hadapannya. Beberapa orang menyaksikan keduanya, jujur saja sebenarnya Keana risih namun dia hilangkan dengan mengeluarkan keberaniannya. Keana tak ingin dikatakan 'kalah' oleh musuhnya.
"Hah, gue MODUS sama lo? Bhahahaaah! MIMPI!" gadis itu tertawa menunjuk dirinya dan cowok itu diakhiri dengan suara sinisnya membuat pemuda itu menaikan sebelah alisnya.
Keana malah tertawa sambil memegang perutnya, tidak sadar jika tawanya menggelegar di koridor, beberapa murid yang menyaksikan itu juga ikut tertawa akibat tawa Keana menular pada semua orang.
"Kenapa lo ketawa?"
Tak lama suara tepukan pada jidat kini terdengar.
"Oh iya! Gue lupa lo kan sakit jiwa." sambung Gafa dramatis membuat tawa Keana berhenti berubah menjadi tatapan sinis.
Ditatapnya Gafa dengan ejekan.
"Terus gue harus bilang WOW gitu?!" sarkas Keana memutar bola matanya malas.
Gafa berdecak kesal.
"Dasar Sakit jiwa! Udah nabrak malah ga minta maaf." Gafa menekan kepala Keana ke belakang, hingga gadis itu sedikit mundur.
Kesal? Tentu saja. Keana berdecak sebal melihat Gafa sudah pergi dari hadapannya. "LO YANG SAKIT JIWA!" teriak Keana tanpa peduli tatapan sekitarnya. Keana membuka sebelah sepatunya lalu melempar ke arah Gafa.
Tepat sekali sasaran-nya, sepatu itu menubruk punggung Gafa. Gafa menghentikan langkahnya seraya meringis pelan, dia tahu siapa pelakunya. Gafa memutar tubuhnya menghadap Keana yang kini sudah meleletkan lidahnya seolah mengejek. Beberapa orang menyaksikan kini tertawa. Entah apa yang lucu membuat Gafa benar-benar yakin jika Keana memang sakit jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...