"Membuat mu bahagia rasanya lebih menyenangkan dari segalanya."
•
•
•Jangan lupa vote+komen:)
Budayakan Vote ya:)Genangan air pada kolam tak membuat Keana berpaling sedikit pun pada suara dehaman. Beberapa kali orang itu berdeham Keana sama sekali tidak peduli, bukan lebih tepatnya Keana tak mendengar saking sibuknya melamun. Ia tak menyadari kehadiran seseorang.
Rasanya untuk bernapas bagi Keana terasa berat, mengingat Ranty selalu bersikap dingin terhadapnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Ranty.
"Jangan suka melamun Na. Enggak baik, apalagi sendirian di sini," ucap Gafa.
Sontak Keana terkesiap, ia melirik ke arah Gafa yang sudah duduk di sampingnya.
Saat ini keduanya berada di tepi kolam ikan dihiasi bunga teratai. Terlihat indah dan menarik.
"Kenapa? Lo bisa cerita kok sama gue," Gafa kembali bersuara melihat Keana masih diam seperti sebelumnya.
Biasanya Gafa selalu mendapat amukan dan makian kesal dari mulut Keana tapi sekarang Keana hanya diam saja. Keduanya sama-sama terdiam, menatap kolam ikan itu dengan pandangan lurus.
"Lo punya nyokap sama bokap nggak?"
Pertanyaan itu tentu saja membuat Gafa mengernyitkan dahinya bingung. Sedikit heran pertanyaan Keana barusan.
"Ya punya lah. Kalo nggak punya gue nggak bakalan ada di dunia ini," jawab Gafa, cowok itu menggelengkan kepalanya heran. Tak habis pikir, pertanyaan macam apa itu.
"Syukur, gue kira lo anak pungut." balas Keana tanpa dosa.
Mata Gafa melebar dengan tatapan tak mengerti lagi dengan Keana. Ada apa dengan gadis di sampingnya ini?
"Untung sayang," gumam Gafa tapi tidak dapat di dengar Keana.
"Sebaik apa orangtua lo?"
Gafa terdiam, mencerna semua pertanyaan Keana. Gafa merasa hari ini Keana benar-benar aneh. Tidak berisik, pendiam dan lesu. Apa lagi pertanyaan yang keluar dari mulut Keana membuat Gafa bingung.
"Lo kenapa nanya-nanya gini sih?"
"Kenapa emang? Nggak boleh, gue kan cuma nanya!" balas Keana ketus membuat Gafa melongo.
"Ya habisnya lo aneh aja,"
"Suka-suka gue lah. Tugas Lo cuma jawab pertanyaan gue aja susah amat!" Keana merasa kesal sendiri.
"Kayak belajar aja pakai Q&A segala," gerutu Gafa langsung mendapat tatapan tajam dari Keana.
Gafa menyengir lebar.
"Baik banget! Apapun yang gue mau pasti di kasih, termasuk calon menantu sepeti lo,"
Keana memukul lengan Gafa setelah mendengar gombalan renceh cowok itu.
Sedikit tertawa sebelum akhirnya kembali bersuara.
"Pasti di rumah lo asik. Biasanya kalau nyokap baik itu pasti rumahnya adem banget," ucap Keana terus memandang air kolam. Gafa dapat melihat mata Keana menahan tangis.
"Enggak juga sih. Menurut gue sama aja,"
Keana menghela napas, memandang kolam sambil tersenyum.
"Oh iya, hari ini di rumah ada acara lo di undang juga," ucap Gafa tiba-tiba membuat Keana langsung menoleh, menunjuk dirinya sendiri.
"Maksud lo nyokap lo ngundang gue?" tanya Keana memastikan kembali.
Gafa mengangguk.
"Nyokap lo tau gue darimana? Bahkan kita enggak pernah ketemu?" tanya Keana heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...