- Dua puluh Empat

526 37 13
                                    

"Untuk seseat perasaan ini masih bimbang antara berpihak atau hanya sekedar singgah sementara."


Hello aku update lagi maaf ya suka update lama. Sibuk gais:) hei aku harap jangan lupa vote dan komen terus ya cerita aku:)
Sedih kalau yg baca lebih banyak daripada vote:)

Keana mengetuk jari-jemarinya di kepala, menatap lantai tempatnya kini berpijak. Ya, Keana masih berdiam diri di sekolah sibuk memikirkan sesuatu. Rencana yang Keana siapkan gagal karena dirinya sedang tidak mood saat ini. Menghela napas berat karena bingung sendiri akhirnya Keana melangkahkan kakinya keluar dari perkarangan sekolah.

Hah, buang-buang waktu saja.

Suara klakson motor membuat Keana menoleh, matanya terfokus pada seseorang yang tengah menghampirinya dengan motor. Keana memutar bola matanya malas kala melihat seseorang di depannya.

"Ngapain masih di sini?" tanya Gafa seraya membuka kaca helmnya.

"Menurut lo?" ketus Keana.

"Ngamen?" tebak Gafa, sontak sebuah pukulan melayang pada bahu Gafa.

"Sialan!" umpat Keana.

"Ayo pulang gue anterin," ajak Gafa.

"Nggak, Makasih. Gue mau jalan kaki," tolak Keana sembari berjalan meninggalkan Gafa.

Dengan iringan lambat Gafa mensejajarkan motornya dengan langkah Keana. "Sok-sok an nolak lo. Buruan!" seru Gafa.

Keana tak mendengar, menulikan pendengarannya saat Gafa berulang kali memanggil. Keana berdecak sebal mau tak mau mengikuti ucapan Gafa.

"Nyebelin lo!"

Gafa tertawa menggelengkan kepalanya mendengar gerutuan dari mulut Keana. Kemudian Gafa melakukan motornya menjauh dari sekolah.

🍁

Sudah 10 menit lamanya Keana menatap danau dihadapannya, sesekali tangannya melempar bebatuan kecil ke dalam sana. Mengabaikan kehadiran Gafa yang sejak tadi hanya memperhatikan Keana dalam diam.

Di tengah cuaca mendung begini semesta seolah mengerti apa yang sedang Keana rasakan, mood yang sedang tidak baik saat ini. Untung saja Gafa membawanya ke tempat ini, tempat dimana Keana bisa meluapkan segalanya.

"Gaf lo percaya nggak tentang cinta?"
Dahi Gafa menyatu bingung dengan ucapan Keana. Namun Gafa tetap menganggukkan kepalanya.

"Rasanya gimana?"

"Rasanya anda menjadi inromen,"

"Sialan! Gue serius anying,"

"Eh, kasar! Ga boleh dosa,"

"Oke oke maap gue khilap."

"Rasanya gimana?" ulang Keana.

"Pertanyaan macam apasih? Emang Lo nggak ngerasainya?" Keana menggeleng pelan kembali menatap danau.

"Gue nggak pernah lagi ngerasain apa itu cinta setelah dua tahun terakhir. Bahkan gue lupa rasanya gimana,"

"Gue masih gak lupa ya lo bilang lo suka sama si Tama," cetus Gafa kemudian ikut melemparkan bebatuan kecil ke dalam sana.

Sontak Keana menoleh, menatap Gafa dengan dahi menyatu. "Kok lo ingat sih?!" balas Keana seraya menyipitkan kedua matanya. Jujur Keana bahkan sudah lupa dengan Tama kenapa cowok di sampingnya ini bisa ingat tentang cowok itu.

"KEANA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang