"Aku bukan dilan yang kamu impikan, aku adalah aku. Dia adalah dia."
Votment.
Pagi ini Keana jalan mengendap- ngendap di taman belakang sekolah takut ketahuan oleh anak Osis maupun guru Bk yang sedang piket. Pasalnya, Keana baru saja tidur pukul 2 pagi hingga dirinya terlambat datang ke sekolah.
Seperti biasa Keana memanjat pagar belakang sekolah, kebiasaan Keana jika dirinya datang terlambat.
Keana mengayunkan kakinya ke bawah, mencari sesuatu yang setiap hari dia gunakan.
"Anjirr ... Baskom yang sering gue pakai mana ya? Kok hilang?!" gumam Keana mencari-cari baskom.Keana memang menggunakan baskom untuk turun jika dirinya memanjat pagar, bahkan lebih tepatnya baskom yang besar sengaja diletakan nya di bawah pagar.
"Udah diambil sama pak Joko,"
Keana menoleh ke arah sipemilik suara. Seketika ia memutar bola matanya malas."Dia lagi, dia lagi." gumam Keana kesal.
"Perlu gue bantuin?"
"Ga perlu! G-gue bisa sendiri! " tolak Keana cepat.
Gafa bersandar di dinding bersedekap dada sambil tersenyum miring. "Yakin? Ntar nyesel loh, mbak." tanya Gafa memastikan Keana kembali.
Keana diam menatap tanah yang sedikit kotor di bawah. Jika dirinya turun ke bawah, pasti jatuh dan akan membuat bajunya kotor. Apalagi kemaren hujan menimbulkan air hujan di bawah.
Ini bukan pertama kalinya Keana datang terlambat, tapi pertama kali turun dari pagar tanpa alat.
"Yaudah kalo lo gak mau, gue dulua--" belum sempat Gafa menyelesaikan ucapannya. Keana menyahut cepat. "Tt--tunggu!!" teriak Keana.
Gafa berbalik lalu mengangkat alisnya sebelah, menunggu lanjutan ucapan Keana.
"G-gue, guee...""Gue apa?" tanya Gafa tersenyum miring. Dia yakin, pasti Keana akan meminta tolong.
Keana memejamkan matanya sejenak. "Gue perlu baskom!"
Gafa melongo mendengar ucapan Keana. Bahkan dirinya sudah berpikir bahwa Keana akan meminta bantuannya. "Lo ambil aja sendiri! Punya tangan kan? Punya kaki kan?" jawab Gafa tak peduli.
Keana mendelik kesal, "Kalau pun gue bisa ga perlu juga gue nyuruh lo ngambil baskom ogeb!"
"BODO AMAT MAEMUNAH!"
"Nama gue Keana, bukan maemunah jojon."
Gafa mendengus.
"Alaah, ga usah sok-sok an deh ga minta bantuan gue,""Gue gak butuh BANTUAN lo!" tegas Keana dengan penekanan.
"Yaudah, bye-bye. Tunggu panggilan selanjutnya ya." ujar Gafa lalu melongos pergi.
Keana mendengus kesal. "Aelah bodoamat dah. Yang penting gue turun!"
Bumm
Tanpa pikir panjang Keana loncat dari pagar, lalu menepuk-nepuk tangannya dengan bangga. "Nah kan, gue tuh selalu bisa." ujarnya bangga.Baru saja Keana melangkah kan kakinya tubuhnya langsung terdiam di tempat.
"Keana! Saya tunggu kamu di ruang Bk!" ujar bu Rina.
"Aelah, baru aja tadi gue merdeka sekarang kalah lagi." monolognya sendiri.
Keana tersenyum kikuk menatap bu Rina. Dengan pasrah dirinya berjalan mengikuti bu Rina dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...