-Dua puluh tiga

589 51 15
                                    

"Perlahan rasa itu mulai mati rasa berjalannya seiring waktu."



Hi tinggalkan jejak ya. Jangan lupa Vote dan komentar:)


Sesuai pesan dari Bram saat istirahat tadi Keana akhirnya menepati janjinya. Saat ini Keana duduk di hadapan Bram yang tengah sibuk menelphone. Pria itu sepertinya tengah sibuk, terlihat Bram kewalahan berbicara. Sejak 15 menit yang lalu Keana hanya bisa diam sesekali meneguk minumannya.

"Oke... Oke nanti saya hubungi lagi." Setelah mematikan sambungan tersebut barulah Bram bisa menghela napas lega. Kemudian meneguk minumannya yang hampir dingin sebelum akhirnya membuka suara.

"Maaf menunggu lama Keana," ucap Bram membuat Keana yang duduk di hadapannya mengangkat kepala.

"Selow aja." balas Keana tersenyum, "sibuk banget kayanya?" tanya Keana.

Bram terkekeh. "Ya, begitulah. Ada sedikit masalah,"

"Kalau boleh tau tentang perusahaan ya?" tanya Keana penasaran. Saat Bram menelphone tadi Keana tak sengaja mendengar Bram mengucapkan kata perusahaan, bukan bermaksud menguping Bram yang menelphone dihadapannya tentu saja terdengar.

"Bukan, cuma bisnis kecil-kecilan aja. Soal perusahaan itu mah beda," jelas Bram. Keana hanya mengangguk, toh dia juga tak mengerti sama sekali.

"Ngomong-ngomong ada apa ya tumben lo ngajak gue ketemu, apa ada hal yang penting?" tanya Keana dengan satu alisnya terangkat. Sedikit heran, sebab biasanha Bram menghubunginya lewat telephone.

Bram menggeleng. "Nggak ada sih cuma ngajak lo ngobrol biasa aja. Udah lama nggak ketemu,"

"Caelah, jadi lo kangen gitu sama gue?" Bram terkekeh mendengarnya.

"Itu salah satunya," jawab Bram sukses membuat Keana terdiam. Jantungnya jadi berdisko-disko saat ini.

Keana mengalihkan pandanganha ke arah jalanan. Di tempat warung kecil ini sangat enak untuk tempat mengobrol, selain tempatnya yang nyaman juga dapat melihat pemandangan sekitar.

"Gimana sama sekolah lo?" tanya Bram.

"Nggak gimana-gimana gitu aja," jawab Keana.

"Udah ada pacar?" Keana yang semula meneguk minumannya tersedak dengan pertanyaan Bram.

"Hah? pa-pacar?" Keana merasa bodoh karena menjawab dengan terbata-bata.

"Enggak kok. Gue nggak punya pacar." Jelas Keana tersenyum.

"Kirain," ucap Bram terkekeh pelan. Beberapa detik Keana terpana dengan tawa Bram, pria itu semakin terlihat tampan.

Lama-lama Keana jadi suka nih.

"Emang kenapa kalau gue punya pacar?" tanya Keana mengangkat satu alisnya dengan senyuman nakal.

"Masa cewek secantik lo nggak punya pacar. Masa-masa SMA itu di isi sama kenangan sahabat+pacar,"

"Makasih udah bilang gue cantik. Tapi sayangnya sekarang gue lagi nggak suka sama siapa-siapa," balas Keana santai. Bram terkekeh mendengar ucapan Keana yang berterima kasih padanya.

"Tapi pasti ada yang suka sama lo," ucapan Bram membuat Keana terdiam. Pikirannya tiba-tiba melayang pada Gafa.

Apa benar yang di ucapkan Gafa waktu itu jika cowok itu menyukainya? Apa Gafa benar -benar tulus padanya?

"Enggak lah. Mana mungkin," elak Keana tertawa. Membuang pikiran tentang Gafa jauh-jauh. Keana tahu, Gafa pasti hanya mempermainkan perasaanya untuk membalas dendam selama ini.

"KEANA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang