"Mencoba berjuang dulu. Kalo capek berhenti aja, jangan dipaksakan."
HAPPY READING...
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
Setelah bel pulang berbunyi nyaring Keana segera bergegas menyimpan semua barang-barangnya ke dalam tas. Guru yang mengajar telah keluar, beberapa murid masih berada di dalam kelas, ada yang ingin piket dan ada juga yang masih mengerjakan tugas. Dara mengernyit heran melihat Keana seperti menahan sesuatu. "Lo kenapa, Na?" tanya Dara berjalan ke arah Keana.
"Pen pulang. Sakit perut nih gue." ucapnya buru-buru menyandang tas.
Dara mengangkat alisnya sebelah. "Boker?"
Keana menggeleng cepat segera menarik tangan Dara keluar dari kelas sebelum Dara bertanya banyak. Ia tak ingin sama sekali mendengar bacotan Dara. Saat ini dirinya ingin pulang secepat mungkin. Di sepanjang koridor langkah kaki keduanya sangat cepat membuat beberapa murid menatap mereka bertanya-tanya. "Lo kenapa sih, Na? Panik gitu?" tanya Dara saat keduanya sudah sampai di parkiran. Sekolah belum sepi sama sekali, masih ada beberapa murid yang mengobrol di parkiran dan ada juga hendak mengambil kendaraan untuk pulang.
Keana memejamkan matanya gemas mendengar Dara selalu bertanya banyak, "Aduhhh!! Ra! Gue pulang karna laper banget. Jadi jangan banyak cincong nih." tuturnya.
Pasalnya, sejak menarik Dara keluar kelas gadis itu sama sekali tak hentinya bertanya-tanya membuat ia pusing tujuh keliling, di tambah lagi perutnya yang semakin sakkt. "Lo sih, di ajak makan ke kantin malah gamauuu sibuk terus sama tu tugas. Padahal aslinya lo pemalas." tukas Dara sekenanya.
Keana melepaskan tangan Dara lalu menatap gadis itu dengan kesal. "Gini-gini gue juga sering ngerjain tugas ya, Ra."
"Itu bukan Pr tapi Ps, pekerjaan Sekolah." jelas Dara menekan kan kata 'pekerjaan sekolah'.
Keana mengerucut sebal. "Sekolah itu rumah kedua setelah rumah pertama, asal lo tau!"
"Ya tau. Tapi kan tetep aja di kasih tugas itu kerjain di rumah bukan di sekolah! Namanya aja udah Pr."
Keana mendengus sebal. Beradu mulut dengan Dara akan membuat dirinya tetap kalah. "Serah lo aja bambank." pasrah Keana berjalan meninggalkan Dara.
"Lah? Gue bener kan?"
***
"Yakin rencana lo kali ini bakalan berhasil?" tanya Revan menatap Gafa tak yakin. Mereka berdua tengah berjalan di koridor yang belum sepi sama sekali. Ada beberapa kelas yang baru saja keluar setelah 5 menit bel pulang berbunyi. Contoh-contoh kelas rajin, pulang paling akhir.
Gafa mengangguk. "Yakin lah. Seorang Gafa pantang menyerah." ujarnya bangga seraya merapikan rambutnya ke belakang.
"Gaya lo elah!" cibir Revan memutar bola matanya malas.
Mereka terus berjalan di sepanjang koridor hingga Revan menghentikan langkah keduanya. "Eitss! Lo kecolongan lagi, bro!" Revan menepuk bahu Gafa seraya tersenyum remeh.
Tak mengerti maksud Revan, Gafa mengangkat alisnya sebelah. "Kelas Keana udah pada bubar coy!" Revan tertawa pecah. Rencana Gafa kembali gagal. Gafa langsung menoleh ke samping. Benar. Dia baru saja berhenti tepat di depan kelas Keana. Di lihatnya kelas Keana sudah kosong segera Gafa berlari ke arah parkiran meninggalkan Revan yang melongo di tempat.
"Sialan! Gue di tinggal!" umpat Revan.
"Yaampunn!! Perut gue sakit banget njirr," keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...