"Musuh jadi Cinta?"
VOTE+KOMEN.
Bel pulang telah berbunyi hal yang dinanti-nantikan semua murid. Keana segera membereskan semua buku-bukunya masuk ke dalam tas.
Dara menepuk lengan Keana membuat gadis itu menoleh pada Dara. "Na, gue duluan ya. Nyokap udah jemput." ujar Dara.
Keana mengangguk membiarkan Dara pulang terlebih dahulu dari pada dirinya. Setelah membereskan semuanya, Keana berjalan keluar kelas.
Baru dua langkah keluar dari pintu kelas, Keana sudah ditarik ke belakang. Ia memberontak kesal tak kala sebuah tangan kekar menariknya.
"Aww--lo apa apaan sih! Narik narik tangan gue!" bentak Keana kesal seraya melepaskan cekalan tangan Gafa.
"Lo pikir tangan gue tali apa! Seenak jidatnya lo tarik." lanjutnya.
Gafa diam memperhatikan Keana yang mengelus tangannya yang sedikit memerah.
"Lo gak dengar yang gue ucapin pas di lapangan?" ucap Gafa bersandar di dinding.
Keana menghentikan elusan pada tangannya, lalu mendongak menatap Gafa yang tengah menatap dirinya juga. "Nggak. Peduli!" jawab Keana penuh penekanan lantas segera beranjak pergi dari hadapan Gafa.
Berhadapan dengan Gafa harus extra sabar dan tahan emosi.
Baru saja satu langkah Keana berjalan, dirinya kembali ditarik Gafa sehingga Keana menubruk dada bidang Gafa. Mata mereka bertemu seolah-olah ada tarikan magnet untuk memandang manik mata satu sama lain. "Lo modus ya segala nabrak gue?" bisik Gafa tepat di depan wajah Keana.
Keana melotot tidak terima. Ia berdiri di hadapan Gafa sambil berkacak pinggang. "Heh, punuk onta! Jelas jelas lo yang narik gue, ogeb!" bantah Keana tidak terima.
Memang faktanya jika Gafa lah yang menarik Keana hingga jatuh tepat di dada bidang cowok itu.
"Ck, lupain!" decak Gafa.Keana memutar bola matanya malas. Sudah tahu salah tapi masih saja membela diri.
Tanpa ba bi bu lagi Gafa segera menarik Keana menuju ruangan seni, membiarkan Keana yang memberontak ingin dilepaskan. Gafa tak memperdulikan teriakan Keana dan pukulan- pukulan kecil pada tanganya. "Lepasinn gak, Onta!"
"Nama gue Gafa ganteng! Bukan onta," balas Gafa.
Huekk
Mulut Keana berpura-pura muntah setelah mendengar ucapan Gafa yang menyebut dirinya sendiri 'ganteng'.
"Lo mau bawa gue kemana sih?!" beo Keana.
"Ck, diem deh!"
Sesampainya di ruangan seni Gafa segera melepaskan tangan Keana yang sudah memerah karena ulahnya. Ringisan kecil dapat di dengar oleh Gafa membuat dirinya merasa bersalah. Tapi di sini Gafa juga tidak salah sepenuhnya, gadis itu memang keras kepala.
"Ngapain sih di sini, gue mau pulang!" ketus Keana.
"Nan--"
Ucapan Gafa terpotong tak kala bu Susi berbicara. "Kalian terlambat 10 menit." bu Susi menatap jam yang melingkar di tangannya.
Dahi Keana menyatu, bingung dengan ucapan bu Susi. Apa maksudnya terlambat? Bukankah ini waktu nya jam pulang? Keana menatap Gafa dengan alis terangkat, seolah bertanya pada Gafa 'ada apa?'.
Gafa hanya mengangkat bahunya acuh. Lalu melihat ke arah ruangan berpura-pura tidak melihat Keana.
Keana mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...