"Ku tak bisa menggapaimu, tak kan pernah bisa"
--------------------------------------------------
Votment dong.Makasih❤
Keana sudah berpakaian santai untuk olahraga sore. Dia memakai hodie coklat dan celana training tak lupa memakai earphone. Seperti biasa Keana ber-olahraga untuk menenangkan segala pikiran dan malas berlama-lama di rumah.
Keana membuka pintu kamarnya, kakinya melangkah berjalan keluar dengan santai. Belum sempat membuka knop pintu terdengar suara yang membuat hatinya kembali sakit.
"Mau kemana kamu?" Keana mendesah pelan.
"Joging," singkat, padat dan jelas namun dingin.
"Mau olahraga apa berkeliaran cari cowok?"
Keana terdiam tanpa ingin membalas ucapan Ranti. Sakit hati? Tentu saja, Keana sudah kebal dengan ucapan Ranti selama dua tahun belakangan ini. Ranti begitu benci padanya. Bahkan menurut pandang Keana, Ranti dan Adrian hanya menyayangi Tania.
Entah karena apa yang jelas Keana jadi berpikir apakah dirinya memang anak Ranti atau kah anak pungut? Sehingga tidak dibutuhkan.
Malas berdebat, Keana pergi saja tanpa membalas ucapan Ranti. Katakan lah jika Keana anak durhaka, mungkin orang lain akan mengatakan begitu tapi tidak dengan dirinya yang selalu tak dianggap. Lebih baik diam dari pada membalas ucapan mamanya, jika sekali ucapan saja bisa membuat hati Ranti sakit mendengarnya.
"Dasar anak tidak tau diri!" desis Ranti.
🍁
Sudah 45 menit mengelilingi lapangan Keana memilih berhenti untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah. Keana memilih duduk jauh dari orang ramai karena saat ini yang ber-olahraga sangatlah banyak.
Setelah berkeliling selama 15 putaran Keana duduk di kursi yang tersedia. Memakai earphone dan memejamkan matanya sejenak melupakan masalah kesulitan di hidupnya selama ini.
Jujur, dia juga lelah dengan semua ini. Mengapa semuanya terlalu rumit dan sakit. Keana rindu dengan keluarganya yang dulu. Keluarganya yang begitu hangat dan bahagia. Keluarganya dulu benar-benar membuatnya seperti istimewa. Entahlah, orang tidak akan pernah mengerti di posisinya saat ini.
Rasanya, Keana ingin tidur menikmati setiap waktu. Lelah? Tentu. Tapi Keana harus tetap sabar. Sampai kapan? Entahlah, mungkin sampai dirinya benar-benar lelah.
"Hufttt." Keana terkesiap dengan tiupan seseorang. Matanya mengerjap pelan memulihkan cahaya.
Seketika tatapan tajam langsung mengarah pada cowok memakai hodie putih. Siapa lagi kalau bukan Gafa.
Gafa duduk di depan menghadap Keana dengan senyum lebar. "Ganggu aja sih lo!" kesal Keana menegakan tubuhnya.
"Ngapain lo tidur disini?" Gafa bertanya santai sesekali mencuri pandang di sekelilingnya.
"Lo pikir gue tidur beneran?"
"Siapa tahu," Gafa mengedikkan bahunya acuh. "Kalo mau tidur jangan di sini, ntar lo dikasih uang recehan, kan kasihan," sambungnya membuat Keana berdecak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...