"Ada rasa yang sulit untuk di ungkapkan."
-----------------------------------------------------------
"Keanaa!! Huaa kangen banget gue!" pekik Dara kaget melihat Keana sudah datang sepagi ini. Dara segera berlari ke arah Keana yang baru saja melangkahkan kakinya ke dalam kelas.
"Sumpah kangen banget gue! Lama banget sih lo disana!" dumel Dara memeluk Keana erat, membuat sang empu memutar bola matanya malas.
"Lo mau bikin gue mati apa!" desis Keana mencoba melepaskan pelukan Dara. Dara terkekeh pelan, lalu melepaskan pelukannya.
"Seru gak disana berduan sama Gafa?" bisik Dara seraya menaik turunkan alisnya menggoda Keana.
Sontak Keana melebarkan matanya. "Mulut lo pengen gue sobek deh, Ra." sarkas Keana.
Dara menyengir kuda. "Lo ga kangen gue apa?" tanya Dara menatap Keana cemberut.
"Kangen! Tapi kaki gue pegel kalo lo ajak ngomong berdiri terus."
Dara tersenyum lebar, segera menarik Keana ke arah meja mereka. Keana meletakan tasnya di atas meja, lalu menatap sekekelingnya yang hanya terdapat beberapa orang saja yang baru datang sepagi ini. Keana tersenyum tipis.
"Lombanya menang gak?"
Suara Dara mengalihkan Keana. "Menang dong." jawab Keana tersenyum lebar.
"Wii keren juga tuh."
"Iyalah siapa dulu, Keana!" ujarnya penuh bangga.
Dara memutar bola matanya jengah. "Paling di bantu Gafa." cibirnya.
Keana menyengir kuda. Mendengar nama Gafa membuat Keana tersenyum tipis. Alasan Keana datang sepagi ini karna ia tak ingin di jemput Gafa. Setelah pulang dari Bogor kemaren, Gafa sempat memaksa Keana untuk pulang bersama. Awalnya Keana menolak tapi Gafa tetep kekeuh, alhasil Keana hanya bisa menurut karena badan nya yang terasa lelah dan ia tak ingin menguras tenaganya untuk melawan Gafa. Dan kemaren, Gafa juga memaksanya untuk berangkat ke sekolah bersama,
tentunya Keana menolak, namun melihat reaksi Gafa yang datar membuat Keana ingin mengerjai cowok itu. Maka dari itu Keana sengaja menghidupkan alaram nya sepagi mungkin agar datang ke sekolah cepat dan tidak pergi bersama Gafa.Keana beralih menatap Dara. Ada satu hal yang ia lupa. "Lo bawa semua catatan yang gue bilang kemaren kan?"
Dara mengangguk, mengeluarkan semua buku catatannya yang ia bawa karena permintaan Keana. "Nih ada 10 buku catatan gue, jangan sampai hilang!" tegas Dara.
"Lengkap gak?" tanya Keana menatap beberapa buku catatan di atas mejanya.
"Ya lengkap dong!"
Keana terkekeh kecil, "lo pasti bantuin gue kan?"
"Hmm."
"Sayang deh." ujar Keana memeluk Dara erat.
"Giliran ada maunya baru bilang sayang-sayangan lo!"
***
Disinilah Gafa, berdiri di depan rumah Keana mengetuk dan memanggil, namun tak ada respons sama sekali membuat Gafa berulang kali membuka roomchat Keana dan memberi banyak pesan tetapi hanya ada satu centang disana.
Gafa mendesis, mencoba mengetuk lagi. "Ini rumah gak ada penghuninya apa?" gumam Gafa. Lalu membalikan badannya ingin beranjak, tetapi suara decitan pintu terbuka membuat Gafa kembali menoleh mendapati seorang gadis cantik berdiri disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...