"Sering kali aku berpikir bahwa dunia memang kejam. Nyatanya semesta terlalu hebat dalam menulis takdir.
•
•
•Hey JANGAN LUPA VOTE+KOMEN.
BUDAYAKAN VOTE YA:)Koridor telah sepi sejak bel pulang berbunyi 10 menit yang lalu. Rasanya Keana tak ingin pulang, ia ingin berlama-lama di luar meskipun nantinya setelah sampai di rumah tetap di marahi Ranty.
Menghela napas berat setelah berdiam diri di koridor yang sepi akhirnya memilih berjalan meninggalkan sekolah. Mencoba mencari ketenangan.
Menyusuri jalan dengan lesu, sesekali kakinya menendang batu kecil.
"Sini ikut gue!" Keana tersentak kaget begitu tangannya di seret masuk ke dalam mobil. Keana memberontak melepaskan saat tahu bahwa Gafa lah yang menariknya.
"Lo siapa sih narik-narik tangan gue seenaknya." Ketus Keana menatap Gafa tajam. Cowok itu sudah duduk di sampingnya dengan santai.
"Gue Gafa gante--"
"Jelek!" Seru Keana memotong ucapan Gafa. Seketika Gafa tertawa.
Tanpa peduli Keana membuka pintu mobil tapi tertahan saat Gafa sudah lebih dulu mengunci pintunya.
"Buka gak!"
"Nggak mau,"
"Gaf gue lagi nggak mau marah-marah," Keana mencoba bersabar. Jujur, hari ini ia tak mau marah-marah, ia tak ingin menguras tenaganya.
"Daridulu lo kan sering marah-marah sama gue jadi gue udah terbiasa," balas Gafa membuat Keana terdiam.
"Lo mau bawa gue kemana?" tanya Keana kesal. Jangan sampai Gafa menculiknya untuk membalas dendam cowok itu.
"Mau culik gue ya?" tuduh Keana dengan mata memicing. "Please nggak ada faedahnya lo mau nyulik gue. Lo cari aja cewek lain buat lo culik." jelas Keana.
Gafa tertawa keras. Ia tidak berpikir jika Keana akan berpikiran seperti itu padanya.
"Iya gue mau nyulik lo terus gue bawa ke hotel." Dalam hati Gafa tertawa senang melihat tatapan takut serta marah di mata Keana.
"Anjirr!! Lo kira gue cewek apaan segala bawa ke hotel!"
"Eh sialan lo! Turunin gue nggak!" teriak Keana namun Gafa tidak peduli dan fokus membawa mobil.
Keana terus saja berteriak minta turun meskipun Gafa tidak peduli.
Gafa menoleh melihat Keana sudah mulai diam namun Gafa dibuat kaget mata Keana sudah berkaca-kaca.
"Na lo kenapa nangis?" tanya Gafa, Keana tak merespon dan tetap menatap Gafa dalam.
"Astaga! Gue cuma becanda kok bawa lo ke hotel. Jangan nangis," ucap Gafa tak tega. Satu tangannya bebas mengusap air mata Keana di pipi gadis itu.
Plak
"Astaga! Tangan lo besi apa kayu keras banget mukul tangan gue," Gafa meringis saat meraskaan pukulan di tangannya.
"Becandaan lo tuh nggak lucu." ketus Keana. Ia hampir saja ketakutan karena Gafa.
"Yaelah... Ngapain coba gue bawa lo ke hotel mending ke KUA aja langsung SAH sekalian." ucap Gafa menekankan kata sah sekaligus menggoda Keana.
Keana mulai diam memilih tak membalas ucapan Gafa. Keana merasa lega Gafa tidak membawanya ke hotel. Matanya melirik kaca melihat pengendara lainnya berlalu. Membiarkan Gafa kini membawanya pergi asal ia tidak pulang cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
"KEANA"
Teen FictionDefinisi rumah itu seperti apa sih? Rasanya rumah bukan lagi tempat tinggal yang nyaman untuk Keana. Rumah adalah tempat yang menyeramkan, hampa, tidak ada lagi kebahagian di sana. Lalu, seperti apa tempat yang nyaman bagi Keana? Hidup dalam kepedih...