Tujuh

44.7K 3.5K 127
                                    

Lariel keluar dari ruangan bersamaan dengan Tristan. Mereka langsung menuju ruangan Lariel yang ada di sebelah ruangan Tristan. Ketika hendak membuka ruangannya, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Terlihatlah Atika dengan wajah tak bersahabatnya.

Atika menatap Lariel dengan tatapan tidak suka. Kemudian ia melihat ke arah Tristan yang terlihat cuek-cuek bebek. Wajahnya terlihat biasa aja melihat gadis yang di hadapannya itu.

"Nunggu apa lagi?" tanya Tristan.

Atika menghembuskan nafasnya kasar, kemudian mulai melangkahkan kakinya dari ruangan itu. Ia berhenti tepat di sebelah Lariel.

"Liat aja ntar, lo bakal ngalamin kayak gue," bisik Atika lalu meninggalkan 2 pria itu di sana.

Lariel masih belum mengerti maksud dari Atika. Apa Lariel juga akan dipecat? Sama seperti Atika alami saat ini? Atau ada yang lain? Ah... Entahlah, biar waktu saja yang menjawab.

Mereka masuk ke dalam ruangan. Tristan menjelaskan segala tugas Lariel jika menjadi sekretarisnya. Awalnya memang, Tristan tak memberitahu jabatan Lariel di perusahaannya ini. Tapi, akhirnya Lariel tau saat ini juga.

"Kamu yang akan mengurus masalah terlambat, jadwal rapat aku, mengurus semua berkas-berkas yang baru-"

"Tunggu!" Lariel mendekat satu langkah ke arah Tristan yang sedang duduk. "Bukannya masalah berkas-berkas itu tugas Agnes?" tanya Lariel.

Tristan terdiam sebentar. Ia gak tau kalau Lariel pernah bertanya dengan Agnes sebelum ia di wawancarai kemarin. "Dia adalah manager di sini. Tugasnya hanya memeriksa dokumen, sebelum sampai ke tanganku. Dan kemudian, dia akan memberikannya ke kamu, lalu kamu menyampaikan ke ruangan saya,"

"Ribet banget sih! Apa susahnya tinggal ngasih doang? Malah pake perantara," protes Lariel.

Tristan mengerjap sebentar menatap Lariel. 5 kali ia mengganti sekretarisnya, baru ini ada yang protes akan hal ini. Sungguh membuat Tristan semakin penasaran.

"Trus mau kamu apa?" tanya Tristan.

"Ya mana saya tau, saya kan masih baru di sini, lagian pak bos kan bos saya, ya pak bos dong yang ngasih saya tugas,"

Tolong siapapun, Tristan ingin melambaika tangan di sini. Wajah pria itu sungguh imut sekali. Ditambah lagi ia sudah gak tahan dengan semua cakapnya. Ia mengerut batang hidungnya kemudian mengusap wajahnya kasar.

"Ya udah kerja kamu cuma itu,"

"Oh itu, kerja seribet ini kah?"

Tristan berdiri lalu menempelkan jari telunjuknya ke mulut Lariel. "Jangan banyak tanya, udah kayak wartawan aja, ayo kita ke bawah," Tristan menarim tangan Lariel.

"Ngapain?"

"Banyak tanya banget sih? Kamu mau gak ada yang ngenal?"

"Oh kenalan, bilang dong,"

Tristan dan Lariel keluar dari ruangan kemudian turun ke lantai bawah. Yang ada di benak Tristan saat ini adalah, pria ini sangat menarik perhatiannya. Cara ngomongnya yang sangat tak menghormati bosnya, terlihat lucu dan Tristan gak mempermasalahkannya. Terbuat dari apa makhluk seperti Lariel ini. Membuat orang di sekitanya merasa gemas dan tak ingin jauh darinya.

Mereka sampai di lantai pertama. Semua yang ada di lantai itu langsung berlarian ke meja mereka masing-masing. Tristan dan Lariel langsung menuju ke depan mereka. Melihat mereka langsung ke meja masing-masing membuat Lariel heran sejenak.

"Hari ini, Atika sudah tidak lagi bekerja di perusahaan ini," pembukaan Tristan.

Semua karyawan di sana langsung semangat dan melemparkan senyuman ke sesama mereka. Wajah bahagia mereka mulai terlihat.

"Dan yang akan menggantikannya adalah, Lariel," lanjut Tristan.

Lariel melambai-lambaikan tangannya. Ia juga tak lupa melemparkan senyumannya ke semua karyawan yang ada di sana. Ia juga melihat ada agnes di sana. Senyum mereka saling beradu. Baru berapa jam dia di perusahaan ini, ia sudah mendapatkan teman baru. Selain ia baik, ia juga cantik.

Lariel dan Tristan selesai perkenalan dengan karyawan pada tiap lantai. Lariel langsung menghempaskan badannya di sofa yang ada di ruangannya. Ia juga melonggarkan dasinya sedikit.

"Kalau tau capek kayak gini, aku gak mau jadi sekretaris," protes Lariel pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba, Tristan masuk ke dalam ruangannya. Ia melihat seorang pria duduk lemas sambil menghela nafas di sofanya. Pria itu bahkan merasa-bodo amat-dengan kedatangan Tristan.

"Baru segitu, sudah capek," ucap Tristan sambil duduk di sebelah Lariel.

"Emang pak bos gak capek?" tanya Lariel.

"Lumayan,"

Lariel menghela nafasnya. Ia meletakkan kepalanya di sandaran sofa. Yang diinginkannya saat ini adalah bersantai. Ia mengabaikan bosnya di sebelahnya.

Masih di posisinya, Tristan memandangi wajah lucu Lariel. Bahkan, dengan wajah letih pun, pria itu terlihat menggemaskan. Ingin sekali ia melahap wajah imut pria yang di hadapannya itu. Tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya terangkat. Dalan benaknya, ia harus bisa memiliki pria seutuhnya. Bodo amat dia laki-laki. Yang ia tau, ia menyukai pria itu. Sangat menyukai.



Haiii...
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komentarnya ya..

Thank you all
Love you 💕

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang