Sepuluh

40.1K 2.8K 67
                                    

Ddrrttt...

Ponsel Satria berdering di atas meja. Pemiliknya langsung melihat ke arah layar ponsel itu. Dilihatnya jelas nama orang yang tertera di sana. Senyumnya mengembang dan langsung mengangkat panggilan itu.

"Kenapa sayang?" tanya Satria.

"Dih, manggil sayang," jawab orang dari seberang sana.

"Ya, kenapa? Gak boleh?"

"Terserah abang lah Bang Sat, Lariel nanti di antar Pak Bos, jadi gak usah jemput,"

"Oh," jawab Satria singkat. Wajahnya berubah seketika. Yang tadinya ia semangat, sekarang mood nya berubah 180 derajat.

"Kok 'oh' doang?"

"Gak papa,"

"Oh ngambek! Jangan gitu ah, hari ini doang kok."

"Yakin hari ini doang?"

"Iya, yakin,"

"Oh, ya udah, jaga diri baik-baik,"

"Siap ketua, bye, Love you,"

Tuuuuttt... Tuuuutt....

"Love you too," panggilan terputus saat Satria membalas ucapan terakhir pria itu.

Mendengar informasi dari Lariel bahwa dia akan diantar Tristan, hatinya bagai tersayat pisau tajam. Sepertinya ia mulai terbakar cemburu dengan orang yang baru saja mengenal Lariel. Walaupun status mereka adalah Bos dan Sekretaris, tapi, Satria merasa ada yang berbeda. Ia merasa ada yang aneh dari Tristan yang menginginkan Lariel menjadi sekretarisnya.

III

Lariel duduk di kursi Agnes. Saat ini, ia sedang berada di ruangan Agnes. Sepertinya, Agnes akan menjadi orang terdekatnya di kantor itu. Ditambah lagi, karyawan yang lain gak kalah baik samanya. Bisa-bisa, betah Lariel kerja seumur hidup di sana. Malah, bos nya ganteng gak ketulungan lagi.

"Jadi lo mau di anter sama pak bos?" tanya Agnes.

"Iya," Lariel meminum es cendol yang dibeli salah satu karyawan untuknya.

"Eh tapi, aneh gak sih? Kenapa coba pak bos gak nyari asisten pribadi aja? Masa saya sekretaris sekaligus asisten pribadi? Di kata saya robot apa?" protes Lariel.

"Ya, udah aku bilang, pak bos itu suka sama kamu, gak percayaan sih,"

"Ih, aneh banget sih, Nes! Aku kan cowok, dia cowok, masa cowok sama cowok? Mau jadi apa keturunannya?"

"Kan ada bayi tabung," bisik Agnes.

Dengan cepat, Lariel menepuk lengan Agnes. Membuat gadis itu meringin kesakitan sambil tertawa.

"Gesrek!" umpat Lariel.

Agnes masih tertawa sambil mengelus-elus lengannya. Menjadi fujoshi sudah di embatnya sejak ia masih duduk di bangku SMA. Dan sekarang ia berumur 25 tahun, dan masih dengan sifat yang sama. Rata-rata, teman dekat Agnes adalah penyuka sesama jenis. Tapi, jangan salah, Agnes saat ini masih pacaran dengan seorang cowok yang merupakan karyawan di kantor itu juga.

Agnes juga tau siapa aja karyawan di sana yang suka sesama jenis. Bahkan, Agnes sudah pernah menjodohkan mereka dan pacaran sampai saat ini.

Drttt... Drttt...

Ponsel Lariel berdering. Ia langsung melihat ke layar ponselnya, dan berdecak setelah melihat namanya.

"Dalam sehari ini, dia udah nelpon lebih dari 10 kali, gak bosen apa? Nelpon saya mulu?" adu Lariel ke Agnes.

"Udah aku bilang, dia itu suka sama kamu yel, percaya dah,"

"Gak mungkin," Lariel mengangkat panggilan bos nya itu.

"Halo,"

"Ke ruangan saya, sekarang,"

Panggilannya langsung terputus. Dengan sabar, Lariel manahan emosinya. Karena dari tadi ia bolak-balik dari ruangan Agnes ke ruangan Tristan.

Agnes mengangkat dagunya menyuruh Lariel pergi ke ruangan bosnya. Sambil senyum sumringah. Apalagi, Lariel sudah semakin dekat dan akan menjadi sahabatnya.

Setelah sampai di ruangan Tristan, Lariel mengetuknya kemudian langsung masuk. Dilihatnya pria yang sedikit menyebalkan itu duduk di kursi kebesarannya.

"Ada apa?" tanya Lariel sambil duduk di kursi yang di sediain.

"Gak papa, cuma mau nyuruh kamu nemenin saya saja,"

"Hah?"

Tristan menyandarkan badannya ke kursinya, lalu mengangkat kakinya ke atas meja.

"Trus? Saya ngapain?" tanya Lariel.

"Di situ aja dulu, sampai saya suruh keluar,"

Lariel menghela nafasnya kasar. Ia juga menyandarkan tubuhnya di kursi. Lalu memilih untuk diam.

Hampir setengah jam mereka dalam posisi itu, Lariel mulai tak tenang. Ia sangat ingin beraktivitas, sedangkan Tristan masih asik dengan fantasinya sambil melihat wajah Lariel.

"Udah setengah jam, mau ngapain sih?" tanya Lariel.

"Di situ aja dulu!" perintah Tristan lagi.

Lariel kembali diam, dan Tristan juga kembali melihat-lihat wajah Lariel.

Tritan menurunkan kakinya, mengusap wajahnya lalu meletakkan tangannya ke atas meja.

"Udah sana, udah selesai," suruh Tristan.

"Hah? Kenapa sih pak bos?"

"Gak papa, tadi saya lagi stress, kalo liat kamu itu stress saya hilang,"

"Halah," Lariel berdiri lalu keluar dsri ruangan Tristan. Tanpa izin sama sekali.

Tristan tersenyum menampilkan giginya yang rapi. Apa yang diucapkannya tadi benar. Dia tadi lagi stress karena ia akan di jodohkan sama perempuan pilihan papanya. Besok, papanya akan datang bersama gadis itu. Ia sangat bingung harus ngapain. Secara, dia masih tak ingin menikah, dan masih ingin menikmati masa kesendiriannya. Dengan melihat wajah Lariel, pikirannya jadi sedikit tenang.

Drrtt... Drrtt...

Ponsel Tristan berdering. Ia melihat ke layar ponselnya, tertera tulisan papa di sana. Ia berdecak lalu mengangkatnya.

"Papa sampai di Indonesia besok. Sekarang papa lagi di London ada urusan. Papa berangkat nanti sore dari sini, jangan lupa jemput papa,"

"Iya,"

"Gimana perusahaan? Jangan kecewain kakek, dia lebih milih nyerahin perusahaan dia ke kamu dibanding ke papa, karena dia tau papa udah punya perusahaan di Kanada, jadi dia ngasih ke kamu,"

"Iya, aman,"

"Bagus, ya udah, mama gimana? Papa akan bawa mama ke Kanada, biar kamu berdua sama gadis yang papa jodohkan,"

"Terserah papa,"

"Ya udah,"

"Hmm.."

Panggilannya berhenti. Tristan meletakkan ponselnya, kemudian mengusap-usap wajahnya. Papa selalu tidak mengerti. Ia masih ingin menyendiri. Ia tak memikiri yang namanya cinta. Hidup sendiri lebih nikmat. Hidup bareng pacar itu malah nambah kerjaan.

Lagian, sepertinya pernikahan itu tak akan berlangsung. Pikiran Tristan sudah mulai terbuka. Ia akan membuat sebuah rencana. Dan pasti akan membuat orang tuanya terdiam tak bisa ngomong apa-apa. Kalau mereka tidak terima, mungkin ada sesuatu yang akan Tristan lakuin.

Emangnya sekarang itu jaman Siti Nurbaya? Nikah di jodoh-jodohin? Mana maulah. Hubungan suami istri gak akan bisa lancar kalau tak saling sayang. Ngapain nikah kalau tak saling kenal dan tak saling cinta? Gak guna. Intinya, Tristan gak mau dijodohin. Dia akan mencari jodohnya sendiri.

Hiii.... Lariel back 😽😽
Kangen ya??
Yg penting jangan lupa vote dan komentarnya.

Love yall

Salam

Lumol 😘

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang