Dua Puluh Satu

29.4K 2.2K 105
                                    

Halooooo!!!!
Aduh maaf banget nih! Telat update. Soalnya, kemarin tiba-tiba ada kesibukan. Jadi, yaaa.... Ga sempat nulisnya.

Nih aku munculin Lariel lagi!!!

Happy Reading!!!!!!


Setelah keluar dari ruangan Tristan, Lariel mengomel sejadinya. Ia tak henti-hentinya bergumam sampai ke ruangannya. Ia hanya tak terima dibilang anak kecil. Umurnya kan sudah 25 tahun. Anak kecil mana yang umurnya 25 tahun? Dasar Tristan bodoh.

Lariel duduk di kursinya. Ia masih saja ngedumel dengan pikirannya. Kelihatan Lariel banget.

Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka. Menampilkan Agnes yang anggun masuk dan duduk di kursi yang ada di hadapan Lariel.

"Kenapa, sih?" tanya Agnes.

"Kesel tahu gak! Masa aku dibilang anak kecil sama pak bos?"

"Kok gitu?"

"Aku kan nanya kenapa pernikahannta batal, malah bilangnya itu urusan orang dewasa. Trus aku apa? Anak bayi gitu? Dasar!" jelas Lariel.

Agnes tertawa kecil. "Tunggu, tunggu, tunggu!" Agnes memajukan tangannya. "Pernikahannya batal?"

"Iya!" Lariel menjawabnya sambil mengangguk seperti anak kecil.

"Kok batal?"

"Tahu! Tanya aja dia orang," Lariel menyandarkan badannya ke sandaran kursi, lalu melipat tangannya dan meletakkannta di dada.

III

Tristan dan Lisa sudah sampai di parkiran mobil. Mereka langsung masuk dan pulang ke rumah.

Selama di jalan, mereka hanya diselimuti keheningan. Tak ada satupun yang mau membuka suara. Sampai mereka berhenti perempatan karena ada lampu merah.

"Kamu jangan bilang ke Lariel tentang perasaanku," ujar Tristan membuka suara.

Lisa menoleh ke arah Tristan. Ia melukiskan senyum di wajahnya.

"Tristan.... Mau sampai kapan kamu di hantui sama perasaan kamu sendiri? Perasaan itu gak boleh dipendam Tris! Sakit, bagaimana nanti kalau Lariel diambil orang? Kamu mau apa?"

Tristan tak menajawab. Ia mengurut-urut dagunya dengan telunjuk dan ibu jari.

"Tapi aku masih belum siap."

"Emang Lariel siap?"

"Makanya."

"Aku mau tanya, deh! Emang kamu waktu mau lahir, kamu siap?"

Tristan menggeleng.

"Kamu waktu mau diangkat jadi CEO perusahaan, kamu siap?"

Tristan lagi-lagi menggeleng.

"Nyatanya, kamu bisa jalani hidupmu sekarang. Nyatanya, kamu bisa handle perusahaan sekarang."

"Percayalah, segala sesuatu yang kita belum persiapkan, tapi tetap kita jalani, akan berjalan lancar dan kebahagiaan akan menunggu kita."

"Tapi-" Lisa menempelkan ibu jarinya ke bibir Tristan. Menutup mulut pria itu.

"Perasaan sama logika saling bertolak belakang," Lisa melepaskan jarinya.

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang