Lima Belas

35.1K 2.7K 72
                                    

Ponsel Satria berdering. Ia baru saja menanda-tangani beberapa berkas terbaru. Tangannya hampir copot. Belum lagi, minggu depan ia akan ke London menjalankan bisnisnya. Dan juga biaya uang sekolah Satya. Apalagi, minggu depan anak itu akan mengadakan UASBN.

Bagaimana nasib anak itu nanti kalau Satria meninggalkannya?

Pasti anak itu akan telat makan, telat bangun, malas bersihin rumah, pulang larut malam, dan juga pasti akan ngadain pesta di rumah. Dasar bocah labil.

Satria melihat ke arah ponselnya. Di sana tertera nama seseorang yang selalu menambah semangatnya. Siapa lagi kalau bukan Lariel.

Dengan cepat ia langsung meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan pria itu.

"Ya, kenapa?" tanya Satria.

"Jadi kakak jangan jahat-jahat kenapa sih?" sambar Lariel dari balik telpon.

"Hah? Maksudnya apa?".

"Ya, biarin aja Satya nginep di tempat temennya."

"Tapi kan dia masih remaja Yel, kalau nanti mereka pesta narkoba gimana?".

"Ya gak mungkin lah Bang Sat, aku kenal Satya, dia gak mungkin gitu!" bantah Lariel.

"Ck, nanti jadi kebiasaan Yel."

"Kebiasaan apa? Emang dia pernah minta izin tidur di tempat temennya? Gak kan? Baru ini kan?".

"I... Iya sih, tapi kan-".

"Gak ada! Aku udah izinin dia tidur di sana!".

"Ya udah! Iya, iya! Tapi kalau dia terjerat yang enggak-enggak, kamu yang tanggung jawab ya!".

"Loh, kok aku?".

"Ya kan kamu yang izinin."

"Ya kan kamu abangnya."

"Yel! Jangan bikin abang bingung ah!".

"Makanya, jadi abang itu gak boleh jahat!".

"Loh? Aku gak jahat, aku cuma gak bolehin dia tidur di sana. Aku tuh khawatir Yel, kalau nanti dia kenapa-kenapa gimana? Kalau nanti dia terjebak narkoba gimana?".

"Gak mungkin Bang Sat."

"Jangan lah narkoba, misalnya kalau dia ngelakukan seks bebas? Kena penyakit? Kan aku juga ya repot ngurusin dia."

"Gak! Aku tau Satya, dia gak mungkin lakuin itu!".

"Gak! Dia harus pulang."

"Ya udah, jangan jumpai Lariel lagi."

"Loh kok gitu? Iya, iya, abang bolehin!" Satria berdecak di kursinya.

"Nah! Gitu dong!".

"Puas!?"

"Loh? Kok jadi marah sama Lariel?"

"Ha? Siapa yang marah?"

"Gak tau, bodo ah, Lariel mau makan malam dulu, bye!".

Tuuuttt....

Panggilannya berakhir. Satria langsung meletakkan ponselnya di atas meja. Ia mengusap wajahnya lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Sebenarnya abangnya Satya itu aku apa Lariel, sih?" tanya Satria. Padahal, di sana hanya ada dia sendiri.

Satria menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian mematikan laptopnya.

Seseorang mengetuk pintu ruangannya kemudian masuk. Terlihat seorang gadis cantik dengan rambut kuncir satu, akrab dipanggil Reyna mengenakan baju pink beralaskan blazer hitam dan bagian bawah yang merupakan rok hitam. Dan sepatu heels tinggi berwarna hitam juga.

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang