Tujuh Belas

32.3K 2.4K 45
                                    

Sebelum membaca part ini, aku minta lagi untuk membaca kembali part enam belas. Karena terjadi kesalahan sedikit dan aku baru memperbaikinya.

Cuma itu aja kok, happy reading guys!!

III

Satya berbaring di atas sofa panjang sambil memainkan ponselnya. Tubuhnya yang hanya mengenakan boxer saja dengan santai menikmati ruangan yang saat ini ia tempati. Benar, apartemennya Edgar.

Melihat kepergian Tristan sekitar lima belas menit yang lalu, Satya tersenyum sumringah. Ia membuka seragamnya dan hanya menyisakan boxernya saja.

Beberapa menit kemudian, Edgar keluar dari kamar mandi. Hanya berbalutkan handuk yang menutupi daerah kejantanannya. Tubuhnya yang masih basah. Rambutnya yang masih basah tidak teratur arahnya. Tersenyum melihat kekasihnya sedang berbaring di atas sofa.

"Hey, kok buka baju?" tanya Edgar.

"Eh, udah selesai? Gerah, makanya aku buka baju."

"Kak Tristan mana?" tanya Edgar sambil melihat ke satu ruangan.

"Udah balik sekitar lima belas menit yang lalu."

"Oh gitu," Edgar berdiri lalu menepuk paha Satya pelan. "Mandi sana! Bau!" suruh Edgar.

"Iya bentar lagi."

"Sekarang!"

"Ih! Iya, iya," Satya duduk lalu menatap Edgar sambil memajukan bibirnya.

"Apa?" tanya Edgar.

"Mm," Satya masih monyong di tempatnya.

"Kamu tuh ya!" Edgar mendekat lalu mengecup bibir pria di depannya. "Sana mandi!"

Satya menarik tangan Edgar. Dirabanya badan pria itu yang memiliki otot sempurna. Sampai ke lipatan handuknya. Ia menggenggamnya.

"Mandiin," pinta Satya.

"Haha... Udah SMA! Udah kelas tiga, masih mau dimandiin?"

"Ih! Ya udah aku gak mandi."

"Manja banget, sih, jadi cowok!".

"Biarin!"

"Ya udah, aku pakai baju dulu, dingin, bye!".

"Ih! Edgar!" teriak Satya sambil melihat kepergian Edgar ke kamar.

"Untung pacar," ucap Satya pelan. Ia lalu berdiri dan jalan menuju kamar mandi.

III

Lariel menutup wajahnya dengan selimut. Lalu menyibakkannya dengan cepat. Kemudian ditarik lagi sampai menutup wajahnya. Lalu menyibakkannya lagi. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tapi ia masih belum bisa menenangkan pikirannya supaya bisa tidur. Pikirannya selalu tertuju pada Tristan.

Lariel menyibakkan lagi selimutnya yang tadi sudah menutupi wajahnya lagi. Ia lalu duduk. Matanya melirik ponselnya yang terletak di meja yang ada di samping kasurnya sambil menggigit kuku jempolnya.

Tanpa pikir panjang, Ia meraih ponselnya lalu membuka kuncinya. Tak berapa lama, ia letakkan kembali ke atas meja. Lalu dilihatnya kembali sampai beberapa saat diambilnya lagi.

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang