Seperti biasa, Mall memang selalu banyak pengunjungnya. Seperti saat ini, banyak orang lalu lalang keluar masuk toko sambil membawa plastik. Ada juga yang hanya jalan melihat-lihat ke dalam toko. Pokoknya, pengunjung Mall tak akan pernah hilang.
Tristan dan Lariel berjalan sambil melihat ke arah toko-toko. Dimulai dari toko emas, pakaian, sepat, dan lain-lain. Tangan Tristan menggenggam tangan Lariel. Ia tak ingin melepasnya.
"Harus banget pegangan tangan?" bisik Lariel.
"Iyalah, biar semua orang tahu kalau kamu itu milikku," jawab Tristan.
"Aku gak akan kemana-mana,Tris! Malu dilihat-lihat orang!"
"Kok malu? Abaikan aja, kalau ada yang mengganggu kamu, bilang samaku!"
Lariel tak lagi menjawab. Ia hanya melirik ke arah orang-orang. Banyak yang memerhatikan mereka. Ada yang tertawa, jijik, dan terharu. Bahkan ada diantara mereka yang mengambil foto Tristan dan Lariel.
"Tris! Lepas aja," pinta Lariel.
"Gak!" Tristan semakin mengeratkan genggamannya. Mereka lanjut jalan.
Sedang asik jalan, Tristan tiba-tiba menarik Lariel ke toko perhiasan. Lariel kebingungan. Pria itu sedang melihat-lihat cincin emas yang terletak di stelengnya.
"Selamat datang, mau cincin yang mana?" tanya pelayannya ramah.
"Mbak, cincin yang seperti ini berapaan ya?" tanya Tristan.
"sepuluh juta tujuh ratus lima puluh ribu pak."
"Yang paling bagus menurut mbak yang mana?" tanya Tristan.
"Yang bagus ada pak, barangnya baru sampai dari Inggris, tapi harganya sebesar dua puluh lima juta pak."
"Cincin pernikahan kan?" tanya Tristan.
"Iya pak."
Tristan menoleh ke arah Lariel. "Kamu mau yang mana?" tanya Lariel.
"Hah?" Lariel terlonjak kaget. Ia tak tahu mau jawab apa. Sementara, pelayan wanita sudah senyum-senyum.
"Kamu mau yang mana? Yang murah atau yang mahal?"
"Kok nanya aku?"
"Loh? Kamu gak mau nikah samaku?" tanya Tristan.
"HAH?!" Lariel semakin kaget. Pelayan tadi kini tersenyum gemas melihat ekspresi kaget Lariel. Sungguh sangat-sangat lucu.
"Gak mau ya?" Tristan mengalihkan pandangannya ke arah pelayan gadis tadi. "Gak jadi mbak, dia ragu sama saya, makasih ya mbak," Tristan berbalik.
"Iya pak, sama-sama. Semoga langgeng ya pak," ucap sang pelayan.
Tristan kembali memutar badannya. Ia menatap pelayan perempuan itu. "Mbak lajang?" tanya Tristan.
"I... Iya, kenapa pak?"
"Mbak aja nikah sama saya mau?" tanya Tristan.
Tiba-tiba, perut Tristan dicubit oleh Lariel. Tristan meringis kesakitan sambil tertawa sedikit. "Tuh kan mbak, dia itu cemburuan. Kalau ditanya mau nikah atau engga, dia gagu."
Lariel membesarkan matanya. Ia sudah mulai geram dengan Tristan. Menyebalkan sekali bosnya yang sekaligus pacarnya itu.
"Mbak mau gak mbak nikah sama saya?" tanya Tristan lagi.
Kali ini berubah. Bukan cubitan yang di dapat Tristan, tapi tinjuan di perutnya. "Seneng ya bikin aku malu!" ujar Lariel dengan sedikit berbisik.
Tristan tak menjawabnya. Ia memegang perutnya sambil tertawa. Wajah Lariel sungguh menggemaskan kalau lagi marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss [end]
Roman d'amourTristan. Umurnya yang masih 27 tahun sudah menjadi pengusaha. Dan perusahaan yang ia pegang sudah terkenal di seluruh pelosok negeri bahkan sudah mendunia. Ibunya sering menanyakan kapan dia akan menikah. Dan jawabannya selalu "Besok" Tristan meman...