Sembilan

40.6K 3K 173
                                        

"Kerja yang bagus kakak ganteng, bye, muaacchh,"

Satya menutup ponselnya. Ia sedang berada di rumahnya bersama dengan Edgar. Teman sekaligus kekasihnya. Mereka baru saja pulang dari sekolah. Ingin rasanya mereka menenangkan pikiran dari sulitnya rumus-rumus mematikan dari fisika yang dipelajari tadi pagi.

Kedua sudut bibir Satya terangkat. Ia mencium bibir kekasih nya itu. Melihat itu, Edgar kebingungan.

"Gimana?" tanya Edgar.

"Kakak pulangnya malem," jawab Satya.

Kedua sudut bibir Edgar terangkat. Ia langsung mencium bibir Satya. Saling bertukar saliva dengan gerakan yang ganas. Edgar berhasil membobol bibir Satya dengan lidahnya. Kedua tangan Satya membuka kancing seragam Edgar, kemudian melemparkannya ke segala arah.

Puas dengam bibir seksi milik Satya, Edgar berpindah ke leher pria itu. Ia memberikan bekas manis di sana. Kemudian lanjut membuka kancing seragamnya. Jadilah mereka berdua bertelanjang dada saat ini.

Edgar langsung mengulum puting Satya dengan lembut. Tubuh Satya mengejang. Ia menggigit bibir bawahnya, sembari meremas-remas rambut Edgar. Membuat rambut kekasihnya itu berantakan.

Satya menolak tubuh Edgar. "Pindah yuk," ajak Satya.

Ia menarik tangan Edgar menuju kamarnya. Sampai di kamar, mereka melanjutkan aksinya kembali. Tangan Satya memegang ikat pinggang Edgar. Aksinya membuat Edgar berhenti.

"Kamu punya pengaman?" tanya Edgar.

"Jangan merusak suasana,"

Bibir Edgar kembali membentuk lengkungan. Ia langsung memberikan ciuman hangat pada kekasihnya itu, sembari meremas-remas selangkangan Satya.

III

Lariel membuka pintu ruangan bos nya itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Membuat pria yang ada di dalamnya terkejut terheran-heran.

"Sopan dikit kalau masuk ruangan orang!" bentak Tristan.

"Oh... Maaf, perlu saya ulang?"

"Gak usah! Sini duduk,"

Lariel duduk di kursi yang ada di hadapan Tristan. "Ada apa bos,"

"Besok saya ada Job di luar kota, saya tak punya asisten pribadi," Tristan tidak nelanjutkan omongannya.

"Trus?"

"Saya mau kamu jadi asisten pribadi saya,"

"Loh kok saya? Saya kan sekre-"

"Permintaan pertama," Tristan menaikkan jari telunjuknya. "Kamu harus jadi sekretaris sekaligus asisten pribadi saya,"

"Hah?" Tiba-tiba Lariel mengingat hari di mana ia menjatuhkan lamarannya. Bos nya itu meminta lima permintaan dan ini baru permintaan pertama.

Gak tau harus bagaimana, Lariel terpaksa melakukannya. Ia menarik nafasnya kemudian menghembuskan nafasnya kasar.

III

Leriel saat ini berada di kantin bersama Agnes. Ia menceritakan semuanya yang ia bicarakan sama Tristan saat di ruangannya tadi. Benar-benar membuat Lariel sakit kepala.

"Santai aja kali yel, itu baru permulaan," usaha Agnes untuk menghibur Lariel.

"Ya, tapi kan aku karyawan baru, masa langsung di ajak ke luar kota?"

"Gak papa, itung-itung berduaan sama pak bos," ledek Agnes.

"Yeee... Otak kamu ya, terobsesi banget sama pak bos, kenapa? Naksir ya sama dia?" sambar Lariel.

"Eh! Cuma orang gila yang gak naksir sama pak Tristan!"

"Saya engga tuh,"

"Berarti kamu-"

Lariel menunjuk Agnes dengan jari telunjuknya. Mengatakan untuk tidka melanjutkan omongannya.

"Memang sih, pak Tristan itu ganteng, putih, tinggi, berwibawa," Lariel memangku dagunya dengan kedua tangannya.

"Tuh kan, kamu mulai naksir," sambar Agnes lagi-lagi.

"Tapi, ngeselin!" lanjut Lariel.

"Gak papa, biasanya, yang ngeselin itu yang setia,"

Lariel memicingkan matanya. Ia memandang Agnes yang duduk di hadapannya.

"Kamu suka liat cowok sama cowok pacaran?" Tanya Lariel.

"Hahaha... Ya ampun Lariel, aku ini cewek fujoshi,"

"Fujoshi?"

"Fujoshi itu, cewek yang suka liat LGBT,"

"Jangan-jangan kamu?"

"Eh! Aku masih suka cowok! Aku hanya suka aja liat cowok sama cowok jadian, apalagi kalau mereka lagi enaena, duh, hotnya nambah,"

"Sarap ni anak, aku mau ke toilet dulu,"

Lariel beranjak dari kursinya menuju toilet yang ada di kantin. Ia ingin mencuci semua cerita yang baru saja ia dengar dari Agnes. Sebelum cerita itu terkubur dalam-dalam di pikirannya.

III

"Ahhh... Ahhh... Mmmpphh..." desahan demi desahan terdengar jelas di kamar Satya. Tubuh mereka diselimuti oleh keringat mereka. Suhu AC yang 18 derajat tidak ada pengaruhnya sama tubuh mereka.

Edgar dengan bergairah menggoyangkan pinggulnya maju mundur di atas tubuh Satya. Kejantanannya sedang bertarung di dalam lubang kenikmatan milik Satya. Desahan yang di keluarkan Satya membuat kekasihnya itu semakin bergairah.

Satya menarik kepala Edgar. Ia mengulum bibir kekasihnya itu. Sambil mendesah. Keringat Edgar berjatuhan ke ke perut, dada, dan bahkan wajah Satya.

Semakin lama, goyangan Edgar semakin kencang. Membuat desahan mereka berdua semakin cepat. Hingga akhirnya, Edgar mengeluarkan cairan putih nya di dalam tubuh kekasihnya itu. Sesekali ia menghentakkan pinggulnya.

Setelah memastikan semuanya keluar. Edgar menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Satya. Batang kejantanannya keluar dengan sendirinya. Mereka masih berusaha mengontrol nafas mereka.

Edgar menaikkan kepalanya. Ia mengelus kening Satya dengan tangan kanannya. Kemudian ia mencium bibir kekasihnya itu. Dengan penuh perasaan. Lalu ia mencium kening pria yang ada di bawahnya itu.

"I love you," ucap Edgar.

"You too,"

Mereka kembali menyatukan bibir mereka. Saling bertukar saliva, hingga membuat mereka lelah dan tidur dengan posisi Edgar di atas tubuh Satya.

Masih berlanjut....

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komentarnya. Maaf singkat dan kurang hot.

Salam

Lumol

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang