Enam

55.1K 3.8K 68
                                        

Semangat pagi menyapa seluruh kota. Cahaya ilahi yang masuk ke dalam kamar Lariel membuat pria itu langsung terbangun. Tak punya sopan santun. Membangunkan orang yang sedang enak-enaknya tidur.

Lariel membuka matanya perlahan. Ia melihat ke arah jendela kamarnya. Dasar si Lariel yang bodoh sekaligus pikun. Ia sampai lupa menutup jendela kamarnya tadi malam. Untung tidak ada terjadi apa-apa.

Pria berumur 25 tahun itu menyatukan tangannya lalu mengangkatnya ke atas. Setiap pagi otot harus diregangkan. Biar relax dan tenang melakukan pekerjaan.

Setelah selesai meregangkan otot-ototnya, ia kemudian memutar kepalanya ke arah jam yang terletak di meja kamarnya. Matanya langsung terbuka lebar. Seenak apa mimpinya sampai ia terbangun pukul 7 lewat 30 menit.

Lariel langsung melompat dari tempat tidurnya. Ia langsung menarik handuk lalu menuju kamar mandi. Gak sampai 10 menit, Lariel sudah selesai membersihkan dirinya. Biasanya, Lariel mandi kurang lebih setengah jam. Jadi, hari ini adalah hari yang paling bersejarah. Karena, Lariel selesai mandi cuma 10 menitan.

Setelah selesai berpakaian, ia langsung keluar kamar. Ia melihat ibunya sedang menata sarapan untuk mereka. Disana ada juga ayahnya.

"Selamat pagi pangeran mama," sapa Tantri.

"Pagi ma, pagi pa," sapa Lariel juga. "Ma, mama kok gak bangunin Lariel sih? Kan Lariel telat jadinya," rengeknya di kursinya.

"Ya, kamu gak bilang apa-apa sama mama. Mana mama tau,"

"Ya udah lah, Lariel berangkat dulu ya ma, pa. Bye,"

Lariel meminum susunya kemudian langsung pergi. Ia langsung menuju pagar. Sambil mengotak-ngatik hp nya. Lalu menempelkannya ke telinganya.

"Halo! Bang Sat, Lariel telat, abang dimana?"

"Ini lagi jalan ke rumah kamu,"

"Ya udah, cepat ya bang,"

"Iya-iya,"

Lariel melepaskan ponselnya dari telinganya, lalu memasukkannya ke saku celananya. Tak lama ia menunggu, mobil Satria sudah berada di depannya. Ia langsung membuka pintunya kemudian masuk ke dalam mobil.

"Ayo bang cepat. Bisa mampus Lariel kalau telat," suruh Lariel masuk dan duduk di dalam mobil.

"Iya-iya, pakai seatbelt dulu," Lariel langsung menuruti perintah Satria. Ia menarik seatbeltnya.

Mereka pergi menuju kantor Lariel. Jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat 50 menit. Dan mereka masih berada di jalan. Lariel mulai cemas. Ia terus melihat jamnya. Wajahnya sudah mulai pucat pasi. Keringatnya bercucuran. AC mobil sudah tidak terasa baginya.

Satria melihat kepanikan Lariel. Sebegitu takutnya dia dikeluarkan dari kantornya. Baru lagi ia di terima kemarin. Sudah langsung di pecat. Ada-ada aja.

"Santai aja sih, gak usah panik gitu,"

"Gimana gak panik? Pak Tristan nyuruh jam 8 harus sudah di kantor, kalau tidak-"

"Kalau tidak kenapa?"

"Kalau tidak, gaji ku bisa dikurangi,"

Satria tiba-tiba tertawa lepas. Lariel yang ada di sebelahnya heran. Setan apa pagi-pagi langsung merasuki pria yang satu itu. Gak ada hujan, gak ada badai, tiba-tiba ia tertawa.

"Cuma gara-gara telat, gaji kamu dikurangi? Gak etis banget, udah jangan kerja di sana, kerja sama abang aja, kamu gak akan tertekan gitu,"

Lariel berdecak di kursinya kemudian bersandar ke jok mobil. "Bang Sat! Kalau aku mau kerja di tempat abang, aku udah jatuhin lamaran kesana," jelas Lariel.

My Annoying Boss [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang