Lariel membuka matanya perlahan. Ia merasa tidurnya sangat nyenyak. Berada di sebuah pelukan dan terasa nyaman. Ia melihat ke arah jendela yang memang sudah terbuka saat mereka masuk. Kemudian beralih ke orang yang saat ini ada di bawahnya dan sedang memeluknya. Ia melihat dagu pria. Tak tahu kenapa, senyumnya mengembang. Ia kemudian perlahan bangkit, dan entah kenapa, pelukan Tristan semakin erat.
"Tris," panggil Lariel lembut.
"5 menit lagi," jawab Tristan dengan mata tertutup sambil tetap mengeratkan pelukannya.
"Udah 2 jam, ini juga udah sore."
"5 menit aja," Tristan mengelus punggul Lariel.
Lariel tak membantah. Ia kembali menyandarkan kepalanya ke dada Tristan. Matanya menatap ke luar jendela.
"Aku bingung, kenapa aku bisa nerima kamu."
"Padahal, waktu itu aku masih merasa menyukai perempuan."
Tristan membuka matanya. Ia berusaha melihat Lariel yang sedang berbaring di dadanya. Melihat puncak kepala pria itu karena pria itu sedang menatap jendela.
"Tapi, aku mulai merasa, kamu itu memang tulus. Jadi, aku berusaha untuk mencintaimu. Dan, sekarang aku mulai mencintaimu."
Tristan mengembangkan senyumnya. Seketika, kepala Lariel terangkat. Ia melihat wajah Tristan yang sedang menatapnya. Dengan perlahan, Lariel menggulingkan badannya sampai akhirnya ia tidur di samping Tristan dan saling berhadapan. Tangan Tristan masih tetap memeluknya.
"Kamu tau gak? Saat 2 bulan itu?"
"Yang mana?" tanya Tristan kebingungan.
"Yang aku mengabaikanmu."
"Kenapa?"
"Aku gak bisa. Makanya aku cari alasan untuk bisa melihatmu. Dan berkas-berkas itu hanya alasan."
"Jadi... Semua itu hanya akting?"
"Bener, ih pinter."
"Kok kamu gitu?"
"Gak tau, gengsi ku saat itu masih tinggi. Makanya waktu kamu minta maaf, kamu gak tau kan? Aku senengnya bukan main?"
"Kamu tau gak? Aku itu khawatir sampai gak tau harus ngapain. Kamu memang benar-benar orang yang bisa ngubah aku. Aku gak peduli kamu laki-laki. Aku gak peduli omongan orang lain. Yang penting, aku bisa nemuin pujaan hati."
"Gombal banget."
"Beneran, kok gombal sih?" Tristan mendekatkan wajahnya sampai akhirnya ia mencium kening Lariel. "Jangan tinggalin aku ya," pintanya.
"Jangan kecewain aku," jawab Lariel.
"Iya."
Tristan beralih menatap bibir Lariel. Kemudian, ia menyentuh bibir lembut itu. Bibir yang selalu membuatnya melayang. Bibir lembut yang seketika dapat mengubah dunianya walau sebentar. Hanya bibir itu. Bukan gombal, tapi benar.
"Boleh?" tanya Tristan. Meminta izin untuk mencium bibir lembut Lariel.
"Sure," jawab Lariel yang kemudian langsung menutup matanya.
Tristan tersenyum lalu langsung mencium bibir manis itu dengan lembut. Tanpa nafsu, dan tanpa memaksa. Pure ciuman hangat. Ia sudah bisa mengontrol nafsunya. Walaupun kadang Lariel yang bikin nafsunya meningkat.
III
"Kita mau kemana, sih?!" tanya Lariel. Ia sedang merapikan kausnya dan celana pendeknya. Sementara Tristan mengenakan kemeja dan celana casual.
![](https://img.wattpad.com/cover/155182876-288-k317517.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss [end]
Lãng mạnTristan. Umurnya yang masih 27 tahun sudah menjadi pengusaha. Dan perusahaan yang ia pegang sudah terkenal di seluruh pelosok negeri bahkan sudah mendunia. Ibunya sering menanyakan kapan dia akan menikah. Dan jawabannya selalu "Besok" Tristan meman...