Love, Paris

70 27 4
                                        

Hari itu adalah sesuatu yang istimewa, sekarang atau nanti pun, akan istimewa. Aku ingin selalu melihatmu, untuk mengganti setiap detik di saat saat aku tidak dapat melihatmu.

      Suasana kota Paris begitu ramai. Banyak gedung-gedung yang menjulang tinggi, orang orang berlalu lalang dengan kesibukan mereka sendiri. Johan menggandeng tangan Shima dan berusaha keluar dari kerumunan orang orang.
     "Disini tidak seperti yang aku bayangkan. Ini begitu ramai. Kita harus mencari Daniel dan Ray, mereka sedang memesan kamar hotel. Jangan lepaskan tanganku, dengar?" perintah Johan.
      "Ya ya ya, aku mendengarmu" jawab Shima. Kemudian mereka berusaha melewati kerumunan orang orang itu. Sedikit demi sedikit mereka mulai berjalan, tapi kerumunan orang itu begitu rapatnya sehingga tangan Johan terlepas dari tangan Shima.
     "Shima? Shima?! Apa kau masih bisa mendengarku? Jangan bergerak dari tempatmu. Aku akan mendekat kearahmu" teriak Johan dengan panik karena ia takut bila terpisah dengan Shima.
     "Dimana Johan, orang orang ini seperti ikan, tidak tahu jalan. Mereka menabrak aku seenaknya" batin Shima kesal.
      Kemudian Shima mencoba berjalan untuk menjauhi orang orang tadi. Tiba tiba ada seseorang yang menggandeng tangan Shima dengan erat dan menariknya ke arah tepi jalan. Shima berusaha melawan tapi tarikan itu begitu kuat menarik tangan Shima.
      "Shima, apa kau baik baik saja? Jangan lepaskan tanganku lagi" kata Johan
      "Syukurlah, ini Johan. Aku pikir dia siapa, aku bahkan tak tau ini tempat apa" kata Shima dalam hati.
      "Aku bisa mendengar suaramu itu, itu sangat mudah bagiku. Mulai sekarang jangan lepas tanganku, kita akan selalu bersama" kata Johan lalu menggandeng tangan Shima dengan erat.
      Setelah bisa melewati kerumunan tadi, Johan dan Shima duduk di kursi di dekat taman. Tak lama kemudian, ponsel Johan berbunyi.
      "Halo, Daniel, kau dimana? Kami mencarimu" kata Johan.
      "Apa kau lupa ingatan, aku sedang memesan kamarnya, kemarilah. Aku sekarang berada di Hotel Dove diseberang jalan dari taman" kata Daniel.
      "Baiklah, kami akan kesana" jawab Johan. Kemudian Johan dan Shima menuju ke hotel itu dan bertemu dengan Daniel dan Ray.
      "Akhirnya kalian datang, dihotel ini ada cafe, ayo kita cari makanan disana" kata Daniel. Akhirnya Johan, Shima, Daniel, dan Ray menuju ke cafe. Setelah makan mereka menuju kamar masing masing. Sekarang Johan dan Shima satu kamar, karena mereka adalah suami istri.
      "Shima, apa kau tau, aku benar benar senang sekali ketika aku bisa melihatmu tersenyum karena aku. Aku sangat menyayangimu. Ketika kita meiliki anak dan tua nanti, aku ingin kita selalu bersama" kata Johan sambil berbaring ditempat tidur.
     Shima hanya diam dan tiba tiba dia terlihat sangat sedih. Johan yang melihat Shima seperti itu, langsung bangun dan duduk disampingnya.
     "Shima, apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak bahagia?" tanya Johan lembut.
      "Tidak Johan, aku bahagia, aku sangat bahagia. Hanya saja aku takut jika anak anak kita nanti seperti ku, menjadi seorang duyung. Aku takut mereka tidak bisa menerima takdir itu dan membenciku" ucap Shima sedih.
      Kemudian Johan berusaha menenangkan Shima dengan memeluk Shima. "Itu tidak akan terjadi" jawab Johan. Shima hanya menganggukkan kepalanya dan menuju tempat tidur.
     Malam itu menjadi malam yang istimewa bagi Johan dan Shima.    Mereka berharap untuk segera diberi buah hati. Ketakutan Shima memang tak beralasan tapi Johan berhasil menenangkan Shima dan menjelaskan kepadanya.
------------------------------------------
      Suara alarm menganggu tidur Johan dan Shima. Johan kemudian bangun dan mematikan alarmnya, Shima masih tertidur pulas, Johan hendak membangunkannya tapi mendadak berhenti.
      "Jangan, aku akan bangunkan dia nanti, aku akan memberinya kejutan. Ya ya, sebuah kejutan" ucap Johan sambil mengelus rambut Shima.
      Johan lalu keluar dari kamar dan menuju ke toko bunga. Ia hendak membelikan Shima sebuah bunga.
     "Excuse me, I want to see that flower. Bring here, please. (Permisi, aku ingin melihat bunga yang itu. Tolong bawakan kesini)" kata Johan.
      "Sure. (Tentu)" jawab pemilik toko bunga sambil mengambil bunga yang diminta Johan. Tak lama pemilik toko kembali dan membawa bunga itu.
      "Wow. It's beautiful. I bought this one. (Wow. Ini cantik. Aku beli yang ini)" kata Johan. Kemudian pemilik toko membungkuskan bunganya.
      Setelah membeli bunga, Johan kembali ke hotel. Shima masih tertidur, kemudian Johan mencium kening Shima untuk membangunkannya. Mata Shima sangat berat, tapi Shima berusaha membukanya.
      "Selamat pagi sayang" kata Johan sambil menunjukkan bunganya.
.
.
.
.
.
.

     "Cantik sekali, kau membelikannya untukku?" tanya Shima dengan ekspresi sangat senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     "Cantik sekali, kau membelikannya untukku?" tanya Shima dengan ekspresi sangat senang.
     "Tidak, aku membelikannya untuk Ray" jawab Johan kesal karena Shima menanyakan hal yang aneh.
     "Aku pikir bunga ini untukku, kenapa aku bodoh sekali. Pasti Johan membelinya untuk berterimakasih kepada Ray karena sudah memesankan kamar ini" ucap Shima dalam hati. Mendengar suara hati Shima, Johan lantas terkejut dan tertawa.
     "Tentu saja bunga ini untukmu, aku hanya bercanda. Kau kan istriku" kata Johan.
     "Jadi, jika Ray istrimu, kau akan membelikannya bunga juga?" tanya Shima. Johan hanya diam sambil melongoh karena bingung dengan apa yang dikatakan Shima.  Pertanyaannya semakin lama semakin aneh, mungkin karena Shima baru bangun tidur.
      "Kenapa kau diam, aku hanya bercanda" kata Shima sambil tertawa. Johan sebenarnya masih bingung tapi dia tidak ingin menyinggung perasaan Shima, jadi dia ikut tertawa bersama Shima.

Tok... Tok... Tok...

      "Johan, Shima? Apa kalian sudah bagun? Ayo kita makan dan setelah makan ayo kita jalan jalan. Aku sudah tidak sabar" kata Daniel dari luar kamar.
       "Baiklah, kalian duluan saja" jawab Johan. Kemudian Johan dan Shima bersiap menuju cafe.
       Setelah sampai, Daniel dan Ray sudah ada disana bersama makanan yang lezat. Johan dan Shimapun duduk dan ikut makan.
       "Shima, bagaimana malammu? Apa semuanya lancar?" ejek Daniel. Johan terlihat malu dan kesal dengan pertanyaan Daniel.
       "Malamku? Aku pikir baik baik saja" jawab Shima polos.
       "Jadi apa kamu sudah mengalami efek sampingnya? Apa ada rasa mual? Kapan kalian akan kedokter? Dan jika aku boleh memberi saran bagaimana jika kita memberi nama Shihan, itu singkatan dari Shima dan Johan" kata Daniel membujuk Shima.
      "Aku tidak sakit, kenapa aku harus pergi kedokter? Dan aku juga tidak ingin mengganti namaku" jawab Shima. Mendengar jawaban Shima yang aneh, Johanpun menahan tawanya.
       "Ya benar, kau memang tidak sakit. Tapi perutmu nanti pasti sakit. Kau akan mual mual" kata Daniel sambil tertawa. Ray pun ikut tertawa.
       Setelah makan mereka kemudian jalan jalan mengelilingi kota Paris. Mereka membeli baju, sepatu, jam tangan, makanan. Hampir semuanya ingin dibeli oleh mereka. Tak lupa mereka juga mengunjungi Eiffel Tower atau menara Eiffel.
       Suasana sore hari di kota Paris begitu indah. Johan dan Shima sedang makan sambil menikmati matahari tenggelam. Begitu bahagianya Johan dan Shima, mereka saling menyuapi. Tiba tiba......

Wuekkk.. Wuekkk... Wuekk..

     Shima tiba tiba merasa sangat mual. Johan sangat malu karena saat itu mereka berada ditempat umum. Johan menutupi Shima yang sedang muntah itu dengan jaketnya.
      Orang orang melihat kearah mereka. Kemudian ada pelayan yang memberinya kantong plastik. Johan hanya dapat tersenyum karena malu.
   

😂

Bersambung......
Vote & komen
Ikuti trs ceritanya
Salam : GhostLister

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang