( NEW DAY)

124 5 2
                                    

Cowok Yang secara diam- diam memperhatikan Anisa itu adalah, Mohd mahira dzakira. Dia cowok berusia, delapan belas tahun. Paras nya perpaduan tampan plus imut. dengan hidung bangir serta rambut cepak pirang, berkulit putih, dengan ukuran fostur tubuh tinggi. Menambah good locking nya seorang cowok kelahiran Surabaya campuran Sumatra, padang ini. Mahira nama panggilan nya, Dia anak tunggal dari Ibu, Laraz ayni lazimah, dan Ayah nya, Absyar rafeyfa adima. Kelahiran Sumatra barat.

kedua orang tua nya lebih memilih hidup di ibu kota besar Jakarta. Di sini lah dia lahir dan di besar kan. Tempat ia menjalani pendidikan nya, juga kota tempat orang tua nya bekerja. Dua- dua nya, berprofesi sebagai (bussiness man).

Mahira, sebenar nya,
anak yang cerdas Dia tergolong cepat memahami pengetahuan. Hanya saja masalah nya baru-baru ini, membuat nya menghempas begitu saja, keintelejensian nya, Dia lebih memilih larut dalam dunia pergaulan yang bisa di bilang jauh dari kata positif. Kesibukan kedua orang tua nya, yang membuat nya lepas dari pengawasan. Sikap tempramen nya yang terkadang muncul, bila rasa jengah datang menghampiri, tak ayal pembokat nya, yang selalu ada dan menjaga nya sejak kecil, kadang terkena pelampiasan amarah nya. Akan kah? Mahira dzakira ,berubah menjadi lebih baik ??.

"""""""""

Ada rasa ketidak penerimaan di hati Anisa, bagi nya cowok itu sudah bersikap tak sopan pada nya, menurut nya lagi, jika Dia cowek Sholeh, Dia pasti akan berusaha menjaga pandangan. bukan nya malah bebas melepaskan tatapan.

"Maksud nya apa? coba, mantengin ampe segitu nya, emang Aku cewek apa an!!" ,omel Anisa, sementara tangan nya bergerak membuka pagar, Ia meneruskan langkah masuk ke dalam rumah, di iringi wajah cemberut. Tetapi saat melintasi ruang tamu Anisa memutuskan untuk berakting, seolah sebelum nya tak terjadi apa-apa, Ia spontan pamer senyum, dan bersikap secara normal.

"eem.. Anisa mau ke atas dulu ya" ,ucap nya bernada canggung. berdiri di samping tangga.


"Aja mangan jajan dhisik, nduk."(tidak makan kue dulu) tutur Umi (lembut). Semua langsung sumringah mendengar nya, bukan karna apa-apa, itu justru karna mereka sudah mengerti. Terkait Kebiasaan Umi yang tak jarang menggunakan bahasa jawa, membuat Abi, Anisa juga Mba Ratih, lama kelamaan jadi paham dengan salah satu bahasa daerah itu.


"Ya, Anisa makan kue dulu" ,ujar Abi, ikut menawarkan. Abi duduk di sopa tunggal berwarna merah marun, bersebelahan dengan Umi.

"Ya, benar non, entar kue nya ludes, loh !!" ,kelakar Mbak Ratih yang duduk di sopa tunggal berwarna senada, gadis muda itu duduk berseberangan dengan Umi dan Abi. Anisa manggut pelan. Rasa nya Ia ngebet ingin membalas banyolan miss kepo, tapi entah kenapa tiba-tiba Ia merasa sukar untuk melakukan nya. Setengah berlari Anisa menyusuri anak tangga. setelah masuk dalam kamar , Ia baru merasa lega, usai menutup pintu, Ia mendudukkan diri di bagian ujung ranjang.

"Ih !! menyebalkan banget" ,kesal nya, memukulkan kedua tangan pada kasur. Anisa mengaplikasikan ketidaknyamanan nya, dengan cara, mengubah posisi duduk, sebentar ke kanan sebentar ke kiri. Ia masih memikirkan sosok si pencuri pandang itu. Perlahan Anisa beranjak, Ia berdiri di samping jendela, mengulurkan tangan, menggeser sedikit kain gorden. Mengintip ke arah seberang lewat kaca yang di buat khusus, untuk memantau kearah luar, tapi tidak bisa melihat ke dalam.

(  HIDAYAH. )....IT,S  (BEAUTIFUL) (proses revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang