BDILY - SEMBILAN

16.2K 958 23
                                    

10 vote buat part depan wkwkwk 😝 hitung-hitung buat celeng-celengan bukan challengean😂

Gue bercanda tapi ini serius, entah kenapa susah banget dapetin ide buat nulis Part lanjutan BDILY ini, seolah seluruh ide yang udah gue bangun hilang semua nggak tau kemana😪😪😪

Mana lagi setelah ngurus KRS (Kartu Rencana Studi) buat mata kuliah semester ini, gue harus ketemu lagi sama dosen yang Nauzubillah nyebelin tingkat dewa. Tambah mampet dah otak gue😥😥

Daripada nggak kelar-kelar kalian baca curhatan gue mendingan langsung saja baca part yang kesembilan.

Cekidot

👇

👇

👇

3 hari telah berlalu, semenjak kedatangan Pak Kusno yang tidak diundang ke ruang perawatan ini, tidak satu jam pun Arvino bergeser dari tempat duduknya. Terkecuali jika ia ada panggilan hajatan di toilet. Semua ini ia lakukan karena Fiora yang tidak mungkin ia tinggalkan untuk sendiri di ruangan ini.

Belum lagi kondisi psikologis Fiora yang masih trauma, setiap ada laki-laki tua yang berusia lanjut datang menjenguknya ia akan berubah histeris, hanya dengan Arvinolah Fiora baru bisa ditenangkan.

Fiora hanya melamun setiap menitnya, ia tidak memperdulikan orang-orang yang menjenguknya.

"Vin, kayaknya Pak Kusno harus dikasih pelajaran!". Galen membuka pembicaraan setelah 5 menit dirinya dan Miko berada di ruangan ini. Sehabis pulang kuliah mereka langsung tancap gas ke rumah sakit ini, mereka hanya berdua saja karena Kayla, Firman dan teman-temannya yang lain sudah duluan menjenguk Fiora.

"Iya Vin, gue nggak tega melihat Bu Fiora kayak begini, biasanya Bu Fiora itu selalu meledak-ledak dan enerjik tapi sekarang dia kayak nggak ada nyawanya gitu". Sahut Miko yang duduk di sofa di ujung ruangan tapi masih bisa mencuri dengar pembicaraan mereka.

Arvino menghela napasnya lalu menatap kedua sahabatnya dan Fiora yang sedang makan bubur ayam sambil ia suapi. Fiora masih asik makan bubur ayam itu tanpa memperdulikan pembicaraan-pembicaraan dalam ruangan ini mengenai dirinya.

"Nanti deh Len, Ko soal tua bangka itu jadi urusan belakang yang gue peduliin sekarang ini adalah kesembuhan Fiora".

"Iya gue setuju sama ucapan Lo Vin, cuma Pak Kusno itu kalau nggak dikasih pelajaran dia bakal terus semena-mena, Lo nggak kasihan sama Bu Fiora". Miko dan Arvino membenarkan ucapan Galen saat mereka ingin bersuara lagi, terdengar pintu ruangan ini terbuka.

Seketika pembicaraan mereka terhenti dan teralihkan untuk melihat sosok siapa yang datang ke ruangan ini, terlihat Sesosok laki-laki bertubuh tinggi dan berkacamata masuk ke ruangan itu.

"Boleh saya masuk!".

Arvino memutar kedua bola matanya sebal, sudah jelas-jelas laki-laki ini masuk ke dalam ruangan tanpa meminta izin, sekarang kenapa harus berbicara lagi.

"Pak Rudi". Miko terkejut melihat dosen yang terkenal duda hot itu menjenguk Bu Fiora.

Mereka bingung masalah Pak Kusno  saja belum selesai, kenapa adalagi tokoh baru yang muncul dalam cerita sahabat dan dosennya.

"Ada apa pak Rudi kemari?". Pandangan Galen tertuju pada sebuket bunga Mawar yang ada di genggaman tangan kanan Pak Rudi. Tatapan aneh Galen layangkan pada Pak Rudi yang saat ini sedang menggaruk tengkuknya salah tingkah karena kepergok dengan mahasiswanya yang lain.

Pak Rudi tersenyum kikuk setelah memahami pandangan aneh Galen dan Miko.

"Oh saya hanya kebetulan menjenguk Bu Fiora, tadi saya habis pulang dari kampus. Saya teringat kalau Bu Fiora masih di rawat di rumah sakit jadi saya menjenguknya". Pak Rudi tertawa garing, berharap tawanya ini menular pada Galen dan Miko, tapi rupanya tidak.

Bu Dosen I Love You ~EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang