Chapter 6

1.2K 41 2
                                    

Seseorang terbangun dari tidurnya, kemudian dia mengambil selembar sticky note yang terletak di atas meja dengan obat. Di dalam sticky note itu tertulis:

"tuh obatnya diminum kalo kepala lo pusing, lo ngerepotin gue tau ga?! malem-malem datang kerumah Vivi dengan keadaan mabuk, kalo orang salham gimana dong. Hadeuhh jadi gemezh deh sama abangku yang gantheng. Satu lagi ya, semalam ngapain pake acara kangen-kangen segala, jijik tau. Udah ah gue berangkat skul dulu. Bye"

Orang yang membaca sticky note itu tersenyum, dia adalah abang Radhenvia, Putra. Dia berbeda sekolah dengan Radhenvia.

***

Ketika sampai di depan kelas, semua orang menatap dia dengan tatapan yang berbeda, dimulai dari jijik, meremehkan, kasihan, sampai yang biasa.

Radhenvia tau ada yang tidak beres dengan tatapan mereka, tetapi gadis itu tidak peduli. Dia mendaratkan bokong ke kursi lalu mulai mengeluarkan earphone nya.

"masa sih dia ga yau berita ini" batin laki di sampingnya kemudian menepuk bahu Radhenvia pelan. Sadar panggilan, gadis itu melepaskan satu earphonenya lalu menatap laki disampingnya dengan muka seakan "ada apa"

Lalu laki disampingnya memperlihatkan foto seorang gadis yang membawa masuk seorang laki. Radhenvia hanya
ber "oh" ria, gadis itu tau pasti ada seseorang yang menguntit mereka. Radhenvia tidak mau menunjukkan keterkejutannya maka dia hanya mengedikkan bahu lalu memasang kembali earphonenya. Mood Radhenvia hancur seketika

Tiba-tiba seorang cewek menggebrak meja Radhenvia, sontak membuat seisi kelas terkejut. Radhenvia hanya menutup matanya sekilas, dia tidak peduli dengan semua orang yang menatap dia. Seorang dari mereka menyabut earphone yang terpasang di telinganya lalu melemparkannya pada Radhenvia. Radhenvia menutup matanya sekali lagi, orang itu membuat emosi Radhenvia naik.

"Heh! lu abaikan gue?!" Teriak cewek itu tak lain adalah Adel yang memiliki sebutan "cabe,queen of bullying"

Radhenvia hanya menatapnya dengan tatapan kosong, "emang lo sapa?" tanya Radhenvia dingin sambil berdiri memasukkan satu tangannya ke kantong rok.

"gue sapa? heh lo cabe, yang bawa masuk cowok kedalam rumah, masih ga malu elo?" Radhenvia hanya tersenyum meremehkan menatap Adel dari atas sampai bawah.

"elo lah cabe, baju ketat gitu, rok pendek gitu" Adel yang tidak tahan mendengar kata-kata yang dilontarkan kepadanya, lalu mencengkeram kerah baju Radhenvia, tapi dengan cepat ditepis oleh Radhenvia.

"Gue bilang ya, cowok itu abang gue" Adel tertawa sambil memgang perutnya. Sebetulnya Adel sudah tau bahwa itu adalah abangnya, tapi dia hanya mau mencelakakan Radhenvia.

"lo pikir semua orang disini bakal percaya ama lo?" Radhenvia menatapnya dengan muka datar.

"serah mreka mau percaya atau ga, serah mreka mau percaya ama kenyataan ato ga, gue gak peduli, gue datang sekolah bukan buat ngurusin masalah kek gitu." Radhenvia mengambil earphonenya yang sempat jatuh tadi dengan kasar lalu memasangkannya ke telinganya, tidak lupa juga buat menghubungkannya ke hp nya, dan berjalan keluar kelas.

Semua orang mulai berbisik beralih menatap Adel dengan tatapan tidak percaya.

"ada benarnya Radhenvia"

"kelihatan deh dia ga boong, soalnya dia ga cemas gitu"

"pasti kerjaaan Adel lagi nih"

"Adel tuh ya emang lah sifat cabenya"

"pasti malu tuh dapet kata-kata pedas dari murid baru"

"Radhenvia keren deh"

Saat Adel hendak menjerit orang kelasnya, guru sudah masuk, karena bel sekolah sudah berbunyi. Mau tidak mau Adel balik ke tempatnya dengan perasaan marah. "gue ga akan maafin lo! gue bakal buat kamu menderita!" batin Adel menjerit.

***
Tibalah seorang gadis di rooftop, sambil memandang pemandangan di sekitarnya, dia bolos. Radhenvia duduk di tempat duduk yang terbuat dari batu, membiarkan angin membelai mukanya lembut.

"Like the sea, she keeps kissing the shoreline,
no matter how many times he pushes her away, cuz baby everything you are"

Radhenvia menyanyikan singkat lagu yang didengarnya

Dari belakang seorang laki tenggelam dalam suara merdu Radhenvia walau hanya sebentar.

Radhenvia terkejut saat seseorang melepaskan satu earphonenya dan memasangkannya di telinganya. Radhenvia kemudian menoleh kesamping

"eh elo? bolos?" Ricky tidak menjawab, dia menoleh kearah Radhenvia lalu tersenyum.

"bolos sekali ga bisa bodoh kok" Radhenvia dan Ricky terdiam bersama hingga satu les berakhir.

"Yuk masuk kelas, nanti ketinggalan banyak loh" Radhenvia menawar, lalu Ricky mengangguk setuju. Keduanya pun masuk bersama, membuat semua orang berteriak gaduh.

Lalu semuanya menjadi diam ketika guru masuk.

"Ga akan gue biarin lo" batin seseorang

setengah jam berlalu

"jadi kalian cuman perlu lihat rumusnya lalu.."

Tok tok tok

"permisi pak, ada yang mau disampaikan" guru Fisika pun mengangguk.

"Perhatian, Kamis ini akan diadakan kegiatan ekstrakulikuler dari kelas X smpai kelas XII, ada berbagai macam ekskul yang dapat diikuti, semua orang harus berbagian, kertas angket akan dibagikan nanti jam istirahat. Sekian yang saya sampaikan, kalau ada yang ditanyakan, cari saya saja, saya permisi" orang itu keluar dari kelas.

"jadi bagi yang ada pertanyaan, nanti tanyakan sama dia" ucap guru fisika mereka lalu melanjutkan pelajaran yang sempat tertunda.

***
Semua orang berhamburan keluar kelas, tidak peduli lagi angket yang akan dibagikan. Kecuali Radhenvia yang berdiam diri di kelas.

"Eh, murid kelas XI-IPA kemana semua?" Radhenvia yang mendengar suara orang itu lalu mengangkat kepalanya dan berjalan mendekati orang itu.

"sini gue bagi aja, udah pada keluar" Orang itu lalu tersenyum ramah kepada Radhenvia.

"makasih ya, hehe. Eh btw namanya siapa?" tanya orang itu.

"Radhenvia" jawab Radhenvia singkat.

"oh ok2" Radhenvia berjalan meninggalkan orang itu lalu membagikan angket yang ada di tangannya.

***
"lo pulangnya bareng sapa?" Radhenvia menoleh ke arah suara.

"abang jemput" Ricky melihat Radhenvia sekilas.

"oh orang yang tadi kalian bicarain" Radhenvia mengangguk malas.

"btw ig kamu apa?" tanya Ricky.

"@Rdhnviax_01" Ricky dengan segera membuka ig lalu memfollow Radhenvia.

"gue pulang dulu ya, abang dah datang" Ricky mengangguk sambil menatap punggung Radhenvia yang menghilang di balik pintu.

***
"abang tumben jalan kaki" Putra menoleh kearah Radhenvia

"iya, sekalian buat olahraga" Radhenvia mengerucutkan bibir.

"emang mau kasih aku jadi cicak kering" Putra terkekeh melihat Radhenvia yang terlihat kesal.

"eh bang, aku mampir dulu bentar ke restoran ini" Putra mengernyit heran.

"buat apa?" tanya Putra. Radhenvia hanya menunjuk kertas yang tertempel di pintu masuk.

"heh, sapa suruh buat kerja?" Putra menoleh kearah Radhenvia.

"gue yang mau" Radhenvia berjalan masuk kedalam toko. Putra hanya mengikuti Radhenvia di belakang. Bukan dia tidak mau memberikan Radhenvia untuk kerja. Tapi dia takut ingatan itu kembali pada Radhenvia lagi.


Haii!!Si Ricky udah mulai penasaran sama Radhenvia. Ingatan apa sih yang Putra takuti.
vomentnya ya❤️

03-02-2019

d e s t i n yTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang