10. Syauq

16K 942 83
                                    

  "Umi, kapan kita kerumah Afirah? Aku udah kangen pada adikku itu" ucap Faris setelah selesai makan malamnya.

"Besok. Pagi-pagi sekali kita kesana yah. Dan mungkin kita akan menginap dulu disana. Kita gak mungkin langsung pulang. Baru setelah selesai acara nikahannya kita pulang lagi" Faris manggut-manggut. Pria itu melahap pisang nya.

"Katanya Afirah di jodohin yah, Mi?"

"Iyah. Katanya sih gitu. Yah semoga mereka saling mencintai nanti".

"Terus bagaimana dengan pria yang ia suakainya itu? Apa dia masih belum datang juga, Mi?".

"Belum. Sampai sekarang Afirah mau nikahpun, Afirah belum bertemu dengannya".

"Kasian yah, Mi. Mereka saling mencintai. Tapi harus terpisah kaya gini" ucap Faris lagi. 

  Ia ingat saat Afirah-adik sepupunya itu pernah bercerita padanya jika adiknya itu mencintai teman satu pesantren nya sendiri.

  Faris mengetahui segalanya tentang adik sepupunya itu. Saat Faris di Mesir pun, Afirah selalu curhat padanya. Dan juga selalu bertukar kabar-hampir setiap hari. Walaupun Afirah bukan adik kandungnya, ia tetap sangat menyayangi adik sepupunya itu. Sejak kecil Afirah selalu main kerumah Faris. Menginap dan saring sekali berjalan-jalan kearea pondok Faris.

  Hingga saat Afirah mulai menginjak remaja, ia ingin mondok di sebuah pesantren yang sama besarnya seperti pondok Kakak sepupunya itu.

  Mengingat jika Faris tak mempunyai adik, jadi ia sudah menganggap Afirah sebagai adik kandungnya.

  Saroh dan Ma'ruf pun sama. Walaupun Afirah yang notabenya sebagai keponakannya, mereka sudah menganggap Afirah sebagai anaknya sendiri.

  Begitupun Afirah. Wanita itu tak mempunyai Kakak, karna ia anak tunggal. Maka ia pun menganggap Faris sebagai Kakak satu-satunya.

  Dan besok Afirah akan menikah dengan Gus di pesantren nya sendiri.

  Faris sangat kesihan dengan adiknya itu. Bagaimana tidak? Adiknya mencintai orang lain. Tetapi yang akan menikah dengannya bukan pujaan hatinya.

  Makanya Faris akan datang besok sebelum hari pernikahannya tiba. Ia akan menghibur adiknya. Mendekapnya dan memberi pengertian pada adiknya itu.

"Apa Umi pernah tahu pria yang akan menikah dengan Afirah?" ucap Faris lagi.

"Iyah. Umi pernah bertemu dengan calon suami Afirah. Saat kamu masih di Mesir. Terus Umi dan Abah disuruh kerumah paman Hadi untuk Ikut membicarakan pernikahan nya. Karna Umi kan udah menganggap Afirah sebagai anak Umi sendiri. Jadi, Umi juga terlibat dengan hal itu".

"Apa Afirah akan di boyong suaminya, Mi?
"Umi belum tahu hal itu. Kalo Afirah di boyong suaminya, pasti paman dan bibimu akan kesepian. Apalagi Afirah itu anak perempuan mereka satu-satunya".

  Di tengah-tengah perbincangan anak dan ibu itu, seorang pemimpin keluarga yang sedari tadi ditunggu oleh mereka, akhirnya datang juga mengahampiri. 

  Ma'ruf langsung duduk kursi yang sudah di sediakan khusus untuknya.

"Abah" Saroh mencium tangan suaminya. Kemudian disusul oleh Faris.

"Lagi bicarain apa?"
 
  Saroh menyendok nasi untuk suaminya.
"Ini, Bah. Tentang pernikahan Afirah. Kita jadi besok kesana kan?" kata Saroh sambil menyodorkan sepiring makanan.

"Jadi lah. Hadi sudah menelpon Abah sore tadi".

"Bagaimana dengan rumah kita, Bah? Siapa yang akan menunggu?" tanya istrinya lagi.

Gus KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang