07. Ungkapan

16.8K 1K 75
                                    

"Savirah. Akhir-akhir ini kok aku merasa beda yah?" Ana menghadap sahabat nya. Sedangkan Savirah masih sibuk dengan segala pekerjaannya. Yaitu melipat bajunya yang baru ia ambil dari jemuran. "Kayanya aku mendadak punya sakit jantung deh, Sav" Savirah tak merespon curhatan sahabatnya itu. "Aku takut tiba-tiba nanti jantung aku copot gimana?" kata Ana histeris. Ditambah dia semakin kesal pada sahabatnya itu karna tak menanggapi omongannya.

"Savirah!!! " bentak Ana. Sambil merusak lipatan baju Savirah yang sudah menumpuk itu.

"Ih Ana! Kamu apa-apaan sih?!" bentak Savirah kesal. Pasalnya Savirah sudah hampir selesai melipat bajunya itu. Dan Ana, malah merusaknya kembali. Gak lucu!
"Kamu dengerin aku ngomong gak sih? Aku lagi curhat sama kamu, Sav. Kamu malah diem aja!"

"Iyah-iyah aku dengerin. Kalo curhat-curhat aja gak usah di penggal-penggal gitu ngomongnya. Aku lagi dengerin selanjutnya. Bukan gak ngeladenin kamu!" tegas Savirah. Terkadang ia merasa kesal pada Ana karna sifat manjanya itu.
  Wajah Ana memelas. Gadis itu merasa bersalah karna sudah merusak lipatan baju Savirah. Kemudian Ana nyengir, hingga gigi-gigi rapinya terlihat "heheh maaf,,, aku kira kamu gak dengerin aku. Yaudah nih aku bantu lipatin baju kamu lagi" Ana memegang baju Savirah.

"Gak usah!" Tolak Savirah cepat. Gadis itu mengambil kembali baju yang dipegang Ana.

"Cepet lanjutin curhatanmu itu" perintah Savirah.

"Saviraah... Aku sakit jantung" rengek Ana dengan wajah yang memelas.

"Kok bisa?" tanya Savirah spontan.

"Gak tau, Sav. Terkadang jantung aku berdetak cepet banget".

"Seperti apa rasanya?"

"Nano-nano"

Savirah mengerutkan alisnya "Nano-nano? Kaya rasa permen?" tanya Savirah polos.

"Iyah, Sav. Campur-campur gitu".

"Ah kamu yang jelas dong kalo ngomong. Aku kan jadi bingung nerjemahinnya".

"Sekarang aku tanya sama kamu. Jantung kamu sekarang berdetak gak?" Ana memegang dadanya. Lalu setelah ia merasakan bahwa jantung nya berdetak santai, gadis itu mengangguk pelan.

"Terus saat jantung kamu kumat, kamu sedang bertemu siapa? maksudnya kamu sedang bersama siapa?"

"Pria tua itu...!" jawab Ana reflek. Gadis itu kelepasan. Lalu menepuk bibirnya pelan.

"Pria tua? T.... Tunggu.... Sepertinya aku pernah dengar kamu menyebut pria tua"
  Ana... Kau bodoh sekali, kenapa malah keceplosan? Semoga tebakan Savirah salah. Harap Ana dalam hati

  Savirah masih mengingat-ingat. Sampai    keningnya berkerut-kerut.

"Oh iyah..." Savirah melirik kearah Ana. "Jangan-jangan kamu suka yah sama Gus Faris? Hayo ngaku?" telunjuk Savirah ia arahkan kewajah Ana sambil tersenyum jahil "udah ngaku aja, Ana..."

  Ana menggeleng, ia berusaha menolak pendapat Savirah "Enggak kok. Sok tahu banget kamu" elak Ana sambil gelagapan.

"Enggak-enggak, enggak apanya? Boong tuh dosa loh!".

"Ih beneran Savirah... Yang ada benci mah iyah".

"Sekarang mah bilangnya benci, nanti mah bilangnya cinta. Awas loh, An. Kamu awalnya benci tapi lama kelamaan jadi cinta. Terus awalnya kamu kesel karna terus di gannggu. Nanti lama-lama kamu merasa rindu saat gak pernah di ganggu lagi. Banyak loh kejadian nya" jelas Savirah panjang lebar.

   Dan Ana, sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatan sahabatnya itu. Ana memang selalu deg-deg gan saat di depan gusnya tapi bukan karna ada sebuah rasa yang spesial. Tapi sebuah rasa yang ia takut jika bertemu dengan gusnya itu akan di beri tatapan dingin dan tajam. Lalu keluar kata-kata pedas yang ia yakini lebih pedas dari sambal.

Gus KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang