Allah... Aku kembali menemui Mu dalam sujud terakhir ku. Dalam sujud ini, aku tak meminta banyak hal dari Mu. Aku ingin yang terbaik tentang sebuah perasaan yang ku miliki. Jika rasa ini memang untuknya, maka kuatkan aku untuk selalu berada di tempat ini. Namun jika ternyata aku masih tak sanggup dengan segala ujianMu, maka ijinkan aku untuk pergi dari hidupnya. Bukannya aku menyerah, tapi aku hanya ingin mendapat cinta yang Engkau ridhoi, bukan cinta yang semu.
Aku memang menginginkan dia untuk menjadi imamku, menggelar sajadah ku di shof keduanya, lalu mencium tangannya. Akau ingin semua ibadahku di lengkapi olehnya, di samping dia menjadi pelengkap iman ku, namun aku juga ingin dia menjadi pelengkap separuh jiwaku.
Tetapi semua itu tak akan terjadi jika Engkau tak merodhoi. Semua kehendakMu. Aku hanya hambaMu yang terlalu mempunyai banyak ambigu.
Ya Rabbi...
Aku pasrah kan semuanya padaMu. Jika aku memang harus pergi darinya, maka aku ikhlaskan dia bersama orang lain. Aku tak berhak mendapat cintanya. Semua orang telah melihat ku wanita yang hina, namun dihadapan Mu, aku ingin menjadi wanita yang jauh kata hina.
Jika aku benar-benar tak pantas untuk Gus Faris, buatlah hatiku ikhlas menerima semuanya, Rabb... Aku ingin yang terbaik untuknya. Namun jika ada orang yang ingin menyakitinya, tolong jangan Engkau biarkan orang itu mendekati Gus Faris. Jauhkan ia...
Genggam hatinya selalu dimanapun ia berada, jangan pernah Engkau lepaskan ia.
Ana bangkit dari sujudnya, lalu gadis itu mengakhiri sholat malam nya. Hatinya merasa lega saat isi hatinya ia curahkan pada Rabb nya.
Gadis itu menyeka air mata yang hendak keluar dari sudut mata. Betapa cinta benar-benar membuatnya rapuh.
Tangan gadis itu ia ulurkan untuk mengambil mushaf, bibir mungil gadis itu mulai melantunkan ayat-ayat Allah dengan sangat lirih namun tetap dengan bacaan yang fasekh nan merdu. Ia tak mau membuat kedua sahabatnya terganggu.
Kali ini ia membaca surat yusuf, lalu pada ayat keempat surat itu, Ana membacanya tiga kali. Ia sambil menyebut nama gusnya, bukan apa-apa. Dia hanya ingin menyampaikan kerinduannya pada gusnya itu.
Setelah setengah jam berkutik dengan bacaan Al-qur'annya, ia kembali melepas mukenahnya, kemudian gadis itu menyempatkan untuk menulis sesuatu di buku binder miliknya.
Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Masih ada dua jam lagi untuk menjelang subuh, jadi, Ana berencana untuk merebahkan badanya lagi.
Hari esok ia harus bersiap-siap menyambut orang tuanya datang.
***
Sama persis dengan Ana, Faris juga mendoakan Ana dalam setiap sholat malamnya.
Dalam satu naungan langit yang sama namun dengan benua yang berbeda Faris sedang mencium hajar aswad, sebuah batu dari syurga,
Allah... Yang Maha pembolak balikkan hati, aku serahkan semua hidup ku untukmu, genggampula hatinya, jagalah ia selalu di manapun dirinya berada, hatiku telah memilihnya untuk menjadi pelengkap tulang rusukku, berada di shaf paling depan dari shaf nya, dan menjadi pembimbing tulangnya yang bengkok.
Aku begitu mencintainya, hingga aku pun tak tahu jika harus hidup tanpa dirinya. Tolong jadikan dia pelengkap iman ku, pelengkap hidupku dan penenang ku saat dunia mulai menjauh dari ku.
Jadikan dia bidadari ku didunia, dan juga di JannahMu kelak.
Jauhkan pula ia dari orang-orang yang ingin membuat jahat padanya. Sabarkan hatinya, genggamlah ia selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Killer
Romance[Siquel dari Pacar Halal, tapi kalian bisa bacanya secara terpisah] "Dasar pria tua menyebalkan! beraninya dia menciumku di pinggir jalan yang begitu ramai. Aku tidak terima ini! Akan ku laporkan kamu pada Abi dan Umiku!". Seorang Gus yang sangat...