" Eh bantuin turunin barang nih. Tidur mulu kerjaannya ", sahut Tiva yang menyuruh Rai untuk membantunya menuruni barang dari mobil.
Terjadilah antrian yang cukup panjang, setelah mereka sampai di salah satu tempat wisata yang isinya terdapat kolam renang, taman bunga, kebun binatang, tempat shopping, serta taman bermain anak-anak yang cukup banyak disini.
Taman wisata disini sejuk, karena banyak pepohonan, sehingga nyaman untuk berteduh dari teriknya sinar matahari di siang hari. Selain itu juga, luasnya taman wisata ini bisa dijadikan tempat perlombaan, baik dari hal yang tersimple sampai yang terheboh.
Langsung berlarilah mereka ke kolam renang meninggalkan Ayah Jodi dan juga Ibu Risa ditempat yang sudah disiapkan oleh petugas disana untuk para pengunjungnya yang bisa langsung beristirahat dan bersantai. Tiva, Kak Naher dan juga Rai sangat menikmati permainan yang ada di air, menghilangkan semua beban yang tersimpan pada pikiran mereka. Tapi di tengah-tengah keceriaan mereka, Tiva melihat seseorang yang sangat di kenalinya. Ternyata ialah Rian, sahabat barunya.
" Hai ", Tiva pun langsung menghampiri dan menyapanya yang sedang asik bermain bersama adiknya itu.
" Oh, hai Tiv. Lagi liburan juga? ", jawabnya kaget dan langsung memberikan senyuman manisnya itu disertai giginya yang putih rapi dan tinggi yang semampai.
"Hm.. iya. Kamu udah dari tadi disini?".
"Ah, enggak kok. Ya lumayan lah, haha ".
" Oh yaudah deh. Aku kesana dulu ya. Daah ", sahut Tiva sambil menunjuk ke arah Kak Naher serta Rai yang sedang bermain seluncuran dan mengabaikan ucapan terakhirnya.
Kenapa jantung ini berasa beda banget ya. Apa ada yang salah? Ujarnya dalam hati usai bertemu dengan Rian. Ia berusaha tidak memperdulikan hal itu, tetapi bayangannya selalu menghantuinya terus-menerus.
Bruuuuuk
" Aduhhhh, bisa liat jalan gak sih? " sahut Tiva kesal kepada seseorang yang sudah membuatnya jatuh ke tanah akibat tubrukan badan dengannya.
" Eh Kak Naher, kenapa sih? Kesambet setan? ", lanjutnya saat menoleh ke atas ternyata Kak Naher yang sudah menabraknya hingga terjatuh." Eh iya sorry sorry. Noh liat si Rai bawa-bawa kadal. Sakit nih gua ", jawabnya.
" Haha iya maaf lah kak. Lagian kakak sendiri yang lari-lari gak jelas panik gitu. Ya wajar sih panik, haha ".
" Haha hayo mau kemana? Pegangin tangan Kak Naher, Kak Tiv ", ujar Rai yang sudah datang tiba-tiba sambil membawa kadal di tangannya.
"Aaaa, parah lu ya. Udah deh udah, gila gua nih lama-lama. Kalo pingsan pada mau gotong emang?", sahut Kak Naher dengan muka menahan geli.
" Hahaha, yaudah-udah. Kita ke Ayah sama Ibu aja yuk. Laper nih ", ajak Tiva kepada mereka dan langsung menuju ke tempat Ayah dan Ibunya duduk.
Memanglah, Kak Naher sangat phobia dengan kadal, katanya sih ekornya yang bikin geli. Apalagi kalau sudah di gabung dengan tokek dan cicak. Hahaha, membayangkan wajahnya saja sudah tidak karuan deh.
Matahari sudah mulai turun dan perlahan-lahan menghilang. Itu sebabnya mereka harus bergegas pulang kerumah. Apalagi cuacanya yang saat ini sudah terlihat mendung dan menandakan akan segera turun hujan.
Tak usah berpikir panjang lagi. Setelah sampai rumah, benarlah hujan lebat pun turun membasahi seluruh kota disini dan lingkungan Perumahan Residence City Park.
#kebahagiaan dengan orang-orang terdekat kita. Apalagi dengan keluarga. Tak akan pernah terbayarkan oleh apa pun dan dengan bagaimana pun akhirnya pasti akan tetap bahagia.
In syaa' Allah akan terus diselipkan quotes di setiap akhir ceritnya 😊
#Jangan lupa untuk terus menunggu jalan ceritanya. Pasti seru 👏
Yuk swipe up 🔝😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}
General Fiction📌 Seorang gadis yang mengalami masa kebimbangan selama hidupnya. Baik senang-sedih, senang-kecewa, atau senang-sedih-kecewa Ketika dirinya bertemu dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia pun berniat untuk memperbaiki penampilannya...