Tak Terduga 🔨

20 5 0
                                    

Hujan yang menyelimuti pagi hari ini, tidak membuat semangat Tiva dan para sahabatnya menjadi pudar untuk pergi ke sekolah. Alhamdulillah, karena semangat juga. Tiva tidak telat datang ke sekolah karena hujan, biasanya kalau sudah hujan gini pengennya tidur dikamar meluk boneka sama guling, tarik selimut, dengerin lagu, tidur nyenyak, hehe.

"Eh, kok Tiva gak jawab pertanyaan gua yang kemaren ya?", tanya Bry kepada sahabat-sahabatnya itu ketika sudah berada di dalam kelas.

"Yang mana?", tanya balik Bayu.

"Gua nanya. Dia beneran kuliah di Belanda apa enggak?".

"Oh yang itu, coba aja tanya Zahra".

"Yeee, gua kira lu tau".

"Ada apa sih nyebut-nyebut nama gue?", sahut Zahra dari bangkunya.

"Itu loh, si Bry. Dia nanyain soal Tiva yang kuliah di Belanda itu", ujar Bayu.

"Oh, ya mana gue tau sih. Bener apa enggaknya, mendingan tanya langsung ke orangnya aja dah".

"Yah, malah di pontang-panting gini. Udah kaya pesawat jet aja", ketus Bry.

"Emang pesawat jet di pontang-panting?", tanya Bayu bingung.

"Tau ah!", timpal Bry dan Zahra serempak.

"Kompak banget, haha".

Ketika mereka sedang membicarakan Tiva. Tiva pun sampai di kelas. Semuanya langsung diam dan kaku tak ada satu pun yang melanjutkan pembicaraannya kembali. Yang tadinya ingin menanyakan langsung perihal dirinya yang ingin ke Belanda. Seketika semuanya membisu.

Menit berganti detik, dimana untuk hari ini Tiva ingin langsung pulang kerumah. Karena memang udaranya yang dingin dan masih diguyur hujan. Kak Naher pun yang langsung menjemput Tiva ke sekolah dengan mobilnya itu, tapi tetap saja baju sekolahnya basah karena Kak Naher tidak mau turun untuk memayunginya. Sebab, Tiva juga tidak membawa payung dari rumah karena perkiraan dirinya tidak akan turun hujan ketika sudah pulang sekolah.

"Ah Kak Naher mah. Jahat banget! Bukannya dijemput pake payung, malah diem disini. Jadi basah kan bajunya", ucap Tiva sambil cemberut ketika sudah di dalam mobil.

"Mager gua, hahaha. Siapa suruh gak bawa payung?", tanya Kak Naher sambil menyubiti hidung Tiva.
"Yah, jangan ngambek dong. Yaudah deh, kita beli ice cream dulu gimana?", rayu Kak Naher ketika melihat wajah adiknya yang cemberut karena baju sekolahnya yang sudah basah.

"Terserah!".

Langsunglah Kak Naher melajukan mobilnya menuju tempat ice cream favorit mereka. Tempat dimana ice creamnya yang lezat *pasti*, dingin *jelas*, menenangkan hati *apalagi*. Itu yang membuat Tiva sangat suka dengan ice cream, apalagi topping nya yang dilumuri oleh coklat tiramitzu seperti air terjun, hmmmm...

Kak Naher memang jahil, malas, emosian, tapi penyayang. Dan ini semua ia lakukan untuk kebaikan serta untuk menjaga adik-adik tersayangnya. Ya walaupun, terkadang Tiva juga kesal dengan tingkah Kak Naher.

Tapi Tiva sadar, bahwa ia lebih suka mempunyai kakak laki-laki yang selalu menjaganya daripada harus mempunyai pacar yang belum tentu jodoh kita kelak. Hahaha cie baper.

Tapi tenang, disisi lain ia juga mempunyai sahabat yang sangaaaat baik. Mereka hampir sama seperti Kak Naher, walaupun mereka berbeda jenis, tapi cara mereka merespon dan bersikap satu sama lain jelas sama, tidak ada yang berbeda.

"Assalamu'alaikum", ucap Tiva dan Kak Naher saat tiba dirumah.

Tampak sunyi dan sepi keadaan rumah saat ini, tak ada yang menyahut salam mereka.

Jalan Cahaya {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang